Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan

Tyo telah sampai di Jakarta, beberapa hari yang lalu, tetapi ia sibuk dengan rapat kerja di kantor pusat, sehingga ia tidak sempat untuk mempersiapkan kebutuhan pada akad nikah nanti.

2 hari menjelang akad nikah, Tyo datang ke rumah, sepulang dari kantor. Wajahnya tampak ceria ketika ia melihatku.

Penampilannya pun sedikit berubah.

"Hmmm nambah berapa kilo?" tanyaku.

"Hampir 5 kg, sekarang 54,5 kg," jawabnya.

"Alhamdulillah, nggak saingan lagi beratnya sama aku," candaku yang membuatnya tersipu.

Sebelum berangkat ke Medan, aku memang sempat menanyakan berat badannya.

"Beratnya berapa sih? Kurus amat?" tanyaku to the point.

"Iya memang kurus, sering malas makan, kadang juga lupa," jawab Tyo.

"Makan kok bisa lupa? Nggak laper? Eh, berapa kilo, jangan-jangan kita saingan beratnya," lanjutku.

"Jangan diketawain, 50 kg," jawabnya yang membuatku terkejut, sekejut-kejutnya.

"50 kg!! Pak Dokter?!! Tahukah bahwa berat badan Anda dibawah angka normal pria dewasa?! Seriusan, only 50 !!"

"Eh ini sudah nambah 2 kg.."

"Sudah nambah 2 kg??!! berarti sebelumnya 48 kg?! Waaaah itu beratku Pak dokter Tunggul !!" ucapku gregetan.

Tyo hanya tertawa kecil melihat reaksiku.

"Nggak boleh!! Aku nggak mau. Nggak ada yaa, judulnya pengantin kurus!! No big no!! Pokoknya kudu naikin beratnya, gimana pun caranya, kudu harus wajib!!"

Mungkin karena ucapanku itu, akhirnya ia berusaha menambah berat badannya.

Walaupun masih terlihat kurus, tetapi sudah terlihat lebih segar tanpa pipi yang cekung.

"Persiapan untuk akad nikah sudah semua?" tanyaku.

"Lagi mau cari kemeja," jawabnya.

Lalu aku melihat ke sepatunya, "Sepatu untuk akad?"

"Pakai ini juga cukup," ucapnya sambil menunjukkan sepatu lama dengan model yang bukan Halina banget!

"Yakin mau pakai sepatu itu untuk nikahan?" tanyaku memastikannya.

"Ya, yakin aja, memangnya kenapa?" tanya Tyo yang membuatku gemas akan selera fashionnya yang jadul.

"Kita ke Mall, cari kemeja sekalian sepatu," ucapku.

Aku pun berpamitan dengan ibuku sebelum aku pergi ke Mall, ditemani oleh supir, karena aku sedang malas mencari parkiran.

Jarak Mall dengan rumahku hanya sekitar 2,5 km atau 5-7 menit berkendara, tetapi membutuhkan 15 menit untuk mendapatkan parkiran.

Sesampainya di Mall, aku segera menuju ke outlet kemeja pria. Aku pun memilih kemeja untuk Tyo memilih dengan cepat. Aku mengambil kemeja lengan panjang berwarna biru laut, dengan tekstur garis diagonal.

"Ini, ukurannya berapa?" tanyaku.

"Hmm M, itu nomor berapa? jawab Tyo.

Aku pun segera menanyakan ketersediaan kemeja yang kumaksud kepada pramuniaga yang bertugas.

Tidak membutuhkan waktu lama, kemeja biru itu pun sudah berada di dalam paper bag.

"Dasinya punya?" tanyaku.

Tyo pun menggelengkan kepalanya.

Aku lalu mengajaknya ke departemen store untuk mencari dasi. Aku segera memilih semua dasi berwarna biru dongker dan merah marun, untuk dipasangkan dengan kemeja berwarna biru laut tadi.

"Yang dongker aja," ucap Tyo ketika aku menunjukkan padanya.

Aku pun meletakkan kembali dasi berwarna marun dan memasukkan dasi biru dongker ke dalam tas belanja.

Kemudian aku beralih ke alas kaki. Sepatu dan kaos kaki, 2 yang tidak boleh dilupakan.

Aku sangat hafal merk-merk sepatu pria di departemen store ini, karena aku biasa menemani kedua adik laki-lakiku berbelanja sepatu sekolahnya.

Aku pun teringat rekomendasi yang mas Verdi berikan padaku. Merk sepatu asal Inggris dengan ikon berbentuk anak anjing adalah yang menjadi andalannya saat itu, karena menurutnya solnya empuk dan cukup tebal.

Aku pun memilih sepatu pantofel pria berwarna hitam.

"Sok, inih," aku pun memberikan sepatu pilihanku kepada Tyo.

Tyo pastinya puas dengan pilihanku dan segera mencari ukuran yang sesuai untuknya.

Belanja cepat ala Halina adalah mengetahui apa yang akan dibeli tanpa tergoda dengan setan-setan belanja yang bergentayangan, yang memiliki visi shop 'till you drop!

"Sekalian kaos kakinya," ucapku.

Hmmm, aku tidak dapat mempercayai seleranya, bahkan untuk urusan kaos kaki sekali pun. Maka, aku pun kembali memilihkan kaos kaki dan sapu tangan untuknya. Sekali lagi, Tyo hanya membiarkanku melakukannya.

Saat itu, ada sisi dimana aku ingin Tyo memprotes tindakan ku.

"Sudah cukup, jangan beli apa-apa lagi."

Ingin aku mendengar Tyo mengucapkan kalimat itu, tetapi tidak ada satupun kata, hanya senyum andalannya. Aku sempat berfikir, jika ia menikmati kesempatan ini, yaitu memiliki barang bermerk yang tak pernah ia miliki sebelumnya.

Akhirnya aku hanya mengambil satu pasang kaos kaki yang sedang promosi potongan harga sebesar 35% dan tanpa melihat ke arah Tyo lagi, aku segera menyelesaikan transaksi di kasir.

Ini adalah kali pertama aku membelanjakan uang milik orangtuaku lebih dari setengah juta rupiah, yang bahkan aku tidak pernah melakukannya untuk diriku sendiri.

"Yowes sudah selesai. Oiya, jas untuk akad sudah diambil Mas Mukti, sekalian sama seragam keluarga," ucapku dalam perjalanan pulang.

"Mbak, kita pulang ke rumah?" tanya Pak Ageng supir keluargaku.

"Iya, langsung ke rumah," jawabku.

Aku duduk sendiri di belakang, sedangkan Tyo duduk di depan, yang membuatku tidak dapat melihat reaksi wajahnya ketika aku meminta untuk segera pulang, bukan mengantarkannya terlebih dahulu.

Tetapi, sesampainya aku di rumah.

"Pak Ageng, tolong langsung antar Tyo pulang," ucap ibuku dari teras.

Aku pun membalikkan badanku ke arah Tyo, "Yowes Mas, langsung pulang aja, biar bisa istirahat," ucapku seakan-akan mengusirnya, well aku memang mengusirnya secara halus.

Sepertinya Tyo berharap untuk dapat masuk ke dalam rumah, tetapi begitu mendengar aku menyuruhnya pulang, ia pun berpamitan dengan ibuku.

"Kalau gitu, Tyo pulang dulu, Bu. Terima kasih, belanjanya banyak banget," ucapnya basa-basi.

"Ini kan untuk akad nikah kamu besok, jadi yaa nggak masalah. Sebaiknya kamu segera pulang, biar bisa beristirahat," balas ibuku.

"Kalau begitu, Tyo permisi dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah Tyo berlalu, aku menuju kamarku untuk meluruskan kakiku.

"Serius itu? Tyo memanggil dirinya sendiri memakai namanya? emang umurnya berapa?" pertanyaan yang dengan asyiknya melintas dibenakku.

Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!