Tyo telah sampai di Jakarta, beberapa hari yang lalu, tetapi ia sibuk dengan rapat kerja di kantor pusat, sehingga ia tidak sempat untuk mempersiapkan kebutuhan pada akad nikah nanti.
2 hari menjelang akad nikah, Tyo datang ke rumah, sepulang dari kantor. Wajahnya tampak ceria ketika ia melihatku.
Penampilannya pun sedikit berubah.
"Hmmm nambah berapa kilo?" tanyaku.
"Hampir 5 kg, sekarang 54,5 kg," jawabnya.
"Alhamdulillah, nggak saingan lagi beratnya sama aku," candaku yang membuatnya tersipu.
Sebelum berangkat ke Medan, aku memang sempat menanyakan berat badannya.
"Beratnya berapa sih? Kurus amat?" tanyaku to the point.
"Iya memang kurus, sering malas makan, kadang juga lupa," jawab Tyo.
"Makan kok bisa lupa? Nggak laper? Eh, berapa kilo, jangan-jangan kita saingan beratnya," lanjutku.
"Jangan diketawain, 50 kg," jawabnya yang membuatku terkejut, sekejut-kejutnya.
"50 kg!! Pak Dokter?!! Tahukah bahwa berat badan Anda dibawah angka normal pria dewasa?! Seriusan, only 50 !!"
"Eh ini sudah nambah 2 kg.."
"Sudah nambah 2 kg??!! berarti sebelumnya 48 kg?! Waaaah itu beratku Pak dokter Tunggul !!" ucapku gregetan.
Tyo hanya tertawa kecil melihat reaksiku.
"Nggak boleh!! Aku nggak mau. Nggak ada yaa, judulnya pengantin kurus!! No big no!! Pokoknya kudu naikin beratnya, gimana pun caranya, kudu harus wajib!!"
Mungkin karena ucapanku itu, akhirnya ia berusaha menambah berat badannya.
Walaupun masih terlihat kurus, tetapi sudah terlihat lebih segar tanpa pipi yang cekung.
"Persiapan untuk akad nikah sudah semua?" tanyaku.
"Lagi mau cari kemeja," jawabnya.
Lalu aku melihat ke sepatunya, "Sepatu untuk akad?"
"Pakai ini juga cukup," ucapnya sambil menunjukkan sepatu lama dengan model yang bukan Halina banget!
"Yakin mau pakai sepatu itu untuk nikahan?" tanyaku memastikannya.
"Ya, yakin aja, memangnya kenapa?" tanya Tyo yang membuatku gemas akan selera fashionnya yang jadul.
"Kita ke Mall, cari kemeja sekalian sepatu," ucapku.
Aku pun berpamitan dengan ibuku sebelum aku pergi ke Mall, ditemani oleh supir, karena aku sedang malas mencari parkiran.
Jarak Mall dengan rumahku hanya sekitar 2,5 km atau 5-7 menit berkendara, tetapi membutuhkan 15 menit untuk mendapatkan parkiran.
Sesampainya di Mall, aku segera menuju ke outlet kemeja pria. Aku pun memilih kemeja untuk Tyo memilih dengan cepat. Aku mengambil kemeja lengan panjang berwarna biru laut, dengan tekstur garis diagonal.
"Ini, ukurannya berapa?" tanyaku.
"Hmm M, itu nomor berapa? jawab Tyo.
Aku pun segera menanyakan ketersediaan kemeja yang kumaksud kepada pramuniaga yang bertugas.
Tidak membutuhkan waktu lama, kemeja biru itu pun sudah berada di dalam paper bag.
"Dasinya punya?" tanyaku.
Tyo pun menggelengkan kepalanya.
Aku lalu mengajaknya ke departemen store untuk mencari dasi. Aku segera memilih semua dasi berwarna biru dongker dan merah marun, untuk dipasangkan dengan kemeja berwarna biru laut tadi.
"Yang dongker aja," ucap Tyo ketika aku menunjukkan padanya.
Aku pun meletakkan kembali dasi berwarna marun dan memasukkan dasi biru dongker ke dalam tas belanja.
Kemudian aku beralih ke alas kaki. Sepatu dan kaos kaki, 2 yang tidak boleh dilupakan.
Aku sangat hafal merk-merk sepatu pria di departemen store ini, karena aku biasa menemani kedua adik laki-lakiku berbelanja sepatu sekolahnya.
Aku pun teringat rekomendasi yang mas Verdi berikan padaku. Merk sepatu asal Inggris dengan ikon berbentuk anak anjing adalah yang menjadi andalannya saat itu, karena menurutnya solnya empuk dan cukup tebal.
Aku pun memilih sepatu pantofel pria berwarna hitam.
"Sok, inih," aku pun memberikan sepatu pilihanku kepada Tyo.
Tyo pastinya puas dengan pilihanku dan segera mencari ukuran yang sesuai untuknya.
Belanja cepat ala Halina adalah mengetahui apa yang akan dibeli tanpa tergoda dengan setan-setan belanja yang bergentayangan, yang memiliki visi shop 'till you drop!
"Sekalian kaos kakinya," ucapku.
Hmmm, aku tidak dapat mempercayai seleranya, bahkan untuk urusan kaos kaki sekali pun. Maka, aku pun kembali memilihkan kaos kaki dan sapu tangan untuknya. Sekali lagi, Tyo hanya membiarkanku melakukannya.
Saat itu, ada sisi dimana aku ingin Tyo memprotes tindakan ku.
"Sudah cukup, jangan beli apa-apa lagi."
Ingin aku mendengar Tyo mengucapkan kalimat itu, tetapi tidak ada satupun kata, hanya senyum andalannya. Aku sempat berfikir, jika ia menikmati kesempatan ini, yaitu memiliki barang bermerk yang tak pernah ia miliki sebelumnya.
Akhirnya aku hanya mengambil satu pasang kaos kaki yang sedang promosi potongan harga sebesar 35% dan tanpa melihat ke arah Tyo lagi, aku segera menyelesaikan transaksi di kasir.
Ini adalah kali pertama aku membelanjakan uang milik orangtuaku lebih dari setengah juta rupiah, yang bahkan aku tidak pernah melakukannya untuk diriku sendiri.
"Yowes sudah selesai. Oiya, jas untuk akad sudah diambil Mas Mukti, sekalian sama seragam keluarga," ucapku dalam perjalanan pulang.
"Mbak, kita pulang ke rumah?" tanya Pak Ageng supir keluargaku.
"Iya, langsung ke rumah," jawabku.
Aku duduk sendiri di belakang, sedangkan Tyo duduk di depan, yang membuatku tidak dapat melihat reaksi wajahnya ketika aku meminta untuk segera pulang, bukan mengantarkannya terlebih dahulu.
Tetapi, sesampainya aku di rumah.
"Pak Ageng, tolong langsung antar Tyo pulang," ucap ibuku dari teras.
Aku pun membalikkan badanku ke arah Tyo, "Yowes Mas, langsung pulang aja, biar bisa istirahat," ucapku seakan-akan mengusirnya, well aku memang mengusirnya secara halus.
Sepertinya Tyo berharap untuk dapat masuk ke dalam rumah, tetapi begitu mendengar aku menyuruhnya pulang, ia pun berpamitan dengan ibuku.
"Kalau gitu, Tyo pulang dulu, Bu. Terima kasih, belanjanya banyak banget," ucapnya basa-basi.
"Ini kan untuk akad nikah kamu besok, jadi yaa nggak masalah. Sebaiknya kamu segera pulang, biar bisa beristirahat," balas ibuku.
"Kalau begitu, Tyo permisi dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah Tyo berlalu, aku menuju kamarku untuk meluruskan kakiku.
"Serius itu? Tyo memanggil dirinya sendiri memakai namanya? emang umurnya berapa?" pertanyaan yang dengan asyiknya melintas dibenakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments