Episode 13 ICU

Malam itu pun aku dipindahkan ke ruangan ICU, untuk mendapatkan perawatan intensif. Dokter dan perawat mencoba mengatasi muntah-muntahku yang tak berhenti dengan menyuntikkan obat pada selang infusku.

Sesaat kemudian muntahku pun berhenti, menyisakan sakit kepala dan perut yang seperti ditarik akibat tekanan ketika muntah. Tenggorokanku juga terasa pahit, badanku pun lemas.

Dr. Sandy akhirnya datang untuk memeriksa kondisiku, ia dengan seksama membaca status yang digantung di bagian kaki pada tempat tidur.

Hari yang sudah larut membuatku tidak kuat menahan kantuk dan lelahnya setelah muntah hebat itu, tetapi aku masih dapat mendengar sedikit percakapan antara dr. Sandy dan kedua orang tuaku.

"Kondisi Lina merupakan efek pasca operasi, selain pusing, ada vertigo yang menyebabkan Lina muntah-muntah, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Sebetulnya ini adalah reaksi normal pasca operasi hydrocephalus, yang mencetuskan muntah ini," jelas dr. Sandy.

"Padahal tadi Lina, sudah bisa masuk makanan, kok tiba-tiba muntah nggak berhenti?" tanya ibu.

"Cairan di dalam otak Lina, diperkirakan telah menumpuk sekitar 7-8 tahun lamanya. Jadi bisa saja karena tumpukan cairan yang telah lama terakumulasi di dalam otaknya, yaa kalau bahasa kasarnya, cairan lama yang mampet dialirkan kembali dan dibuang melalui lambung, kira-kira rasanya bagaimana ? Yaa seperti itulah kondisi Lina, ada benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuhnya pasti ada masa adaptasi. Kami akan memonitor keadaan Lina disini, saya juga sudah menghubungi dr. Lucas, beliau akan segera kesini setelah selesai praktek poli," jelas dr. Sandy.

Tak lama kemudian, aku pun tertidur, tetapi entah pukul berapa, aku terbangun karena mendengar suara dr. Lucas yang sedang memeriksa kondisiku.

Aku membuka mataku perlahan, kepala bagian belakangku mulai terasa sakit, sepertinya efek anestesinya sudah habis.

"Gimana? Masih mual?" tanya dr. Lucas.

"Sedikit, Dok," jawabku lirih.

Dr. Lucas memeriksa kondisi badanku seperti dokter yang lain. Lalu, Dr. Lucas mengambil senter kecil.

"Lin, kamu ikuti arah cahayanya, ya," ucap dr. Lucas lagi.

Aku pun mengikuti arah cahaya dari senter tersebut dengan mataku.

"Ya, bagus. Nggak papa, semua normal. Nanti kamu akan merasa sakit di bagian jahitan itu, kalau nggak kuat, panggil perawat biar ditambah dosis anti nyerinya," jelasnya.

"Iya, Dok, trima kasih," jawabku.

Dr. Lucas lalu kembali berbicara dengan ibuku, sedangkan aku tidak melihat ayahku, sepertinya ia sudah kembali pulang ke rumah.

Sesudah dr. Lucas meninggalkan ruangan ICU, ibu langsung menghampiriku.

"Bu, bakalan berapa lama aku di ICU?" tanyaku.

"Sampai kondisi kamu benar-benar stabil, mungkin 3-4 hari. Kalau di ICU, dokter dan perawat bisa ngontrol dan mengawasi lebih cepat, jadi kalau ada apa-apa, kamu akan lebih cepat ditangani," jelas ibu.

Hari itu, tidak ada keluhan berarti, hanya sedikit mual dan nyeri pada kepala dan perutku.

Sore harinya, aku mendapatkan kunjungan dari 2 orang sahabat-sahabat SMAku.

"Ya Allah Lin, Lo berhasil bikin kaget kita semua! Wah, keren operasinya nggak cemen, langsung kepala!" ucap Sarah.

"Keren, yaa. Gue langsung ngalahin yang pernah operasi usus buntu," jawabku.

"Emang keren! Eh, ntar ini berapa?" tanya Sarah sambil menunjukkan 3 jari tangannya ke arahku.

"Sar, gue baru operasi kepala, bukan mata," jawabku.

"Alhamdulillah, Lina masih normal," balas Sarah.

"Eh, kapan Lu balik ke kamar biasa?" tanya Ayu.

"Nggak tahu, tergantung perkembangan kondisi gue, katanya sih gitu."

"Biar cepet ngembang, gimana kalau kita kasih ragi aja," ucap Sarah yang membuat Ayu menahan tawanya.

"Terserah Elu aje, dah," jawabku malas.

Sarah lalu berbisik padaku, "Lin, sebelah Lo kok rame amat ya?"

"Nggak tahu, yang penting kalian jangan ikutan rame," ucapku.

Setelah Sarah dan Ayu pulang, kulihat keluarga dari pasien di sampingku itu tampak bergantian masuk. Hingga akhirnya sampai sekitar 5-6 orang, mereka semua berdiri mengelilingi tempat tidur di sampingku.

Sepertinya mereka sedang berdo'a, karena aku mendengar kata-kata pujian dan permohonan kepada Tuhannya.

Hari semakin malam, ternyata mereka semakin ramai berkumpul, kali ini aku rasa mereka memanggil pendetanya, untuk mendoakan pasien.

Aku tidak bisa tidur sama sekali, karena mereka menggelar do'a yang dipimpin oleh Pendeta dengan puji-pujian berupa nyanyian di samping tempat tidurku yang harus kudengarkan. Hal ini membuatku bertanya, memangnya diperbolehkan berkumpul sambil bernyanyi di ICU. Kepalaku pun semakin sakit, lalu aku mengeluhkannya pada mbak Hana yang menjagaku.

"Aku panggil perawat, ya," jawab mbak Hana.

Perawat yang bertugas pun segera menghampiriku.

"Ada apa?" tanyanya.

"Mbak, aku ngantuk banget, tapi nggak bisa tidur," keluhku.

"Oh, iya. Itu neneknya lagi kritis, makanya mereka ngadain Misa disini. Sebentar yaa, aku tanyain ke dr. Ari, yaa," jawabnya yang mengetahui maksudku.

Tak lama kemudian, perawat tadi menghampiriku kembali bersama dr. Ari.

"Saya sudah tanyakan ke dr. Sandy, katanya malam ini kamu boleh minum obat tidur, biar kamu bisa istirahat," ucap dr. Ari, dokter jaga ICU.

Lalu perawat membantuku untuk meminum obatnya, tak lama setelah itu aku pun tertidur.

Lewat tengah malam, aku terbangun karena suara yang cukup ramai dari keluarga pasien sebelahku, tetapi tak lama kemudian aku kembali tertidur hingga sayup-sayup terdengar adzan Shubuh, tetapi aku pun tertidur kembali hingga matahari mulai menampakkan cahayanya di jendela.

Alhamdulillah, semalam aku tidur cukup nyenyak. Suasana ruang ICU pagi ini sangat tenang, tidak seperti semalam, yang ramai dengan penjenguk dan suara ventilator, bahkan pagi ini sudah tidak terdengar sama sekali suara-suara dari bed di sebelahku. Aku pun melihat tempat tidurnya telah kosong dan rapi.

"Mbak, pasien yang disebelah kemana? Kok sepi?" tanyaku kepada perawat yang sedang memeriksa cairan infusku.

"Tadi setelah shubuh, neneknya sudah meninggal," jawabnya.

"Oh pantas saja, kemarin mereka semua berkumpul dan berdo'a bersama," gumamku.

Hari itu di ICU pun kembali tenang dan membuatku dapat memulihkan kondisiku dengan nyaman.

Tetapi, aku kembali terganggu oleh suara radio di sore harinya. Entah siapa yang memutar radio di ruang ICU, "Memangnya boleh ya?" dalam hatiku bertanya.

Suara musik dari radio membuat kepalaku sakit kembali, aku merasakan bekas jahitan operasinya berdenyut, sehingga membuatku menahan sakit dengan memejamkan mata dan beristighfar.

Tak terasa aku kembali tertidur, hingga kudengar sayup-sayup suara dr. Sandy memarahi para perawat yang memutar radio. Beliau memarahi dengan suara yang perlahan, tetapi intonasinya sangat jelas dan tegas.

"Kamu ini kerja pakai otak atau tidak?! Ini ruang ICU! Pasien yang berada disini adalah pasien yang membutuhkan perhatian khusus, mereka harus dalam keadaan tenang! Kamu tahu, pasien saya baru selesai operasi kepala, mendengar suara musik atau suara yang keras akan membuatnya terganggu dan sakit. Saya akan laporkan tindakan kalian pada kepala ICU dan manajemen," ucapnya penuh emosi.

Setelah itu, dr. Sandy menghampiriku lalu meminta maaf.

"Lina, maafkan perawat itu, mereka nggak ngerti tanggung jawab. Maaf ya," ucap dr. Sandy.

"Begini, kondisi kamu sudah stabil, tidak ada mual dan muntah lagi. Saya sudah baca statusnya, kamu juga sudah bisa makan dengan baik. Untuk itu, kamu sudah bisa kembali ke ruang perawatan biasa, ya. Secepatnya kamu akan dipindahkan kembali," ucap dr. Sandy yang membuatku lega.

Malam itu, aku pun kembali ke ruang perawatan VIP yang jauh lebih nyaman ketimbang dengan ICU.

Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!