Episode 6 Makan Siang

Masa SMA-ku pun akhirnya mulai menyenangkan setelah aku duduk di kelas 3, karena kami adalah senior tertinggi. Aku memilih jurusan IPS, karena aku tidak dapat bersahabat dengan rumus-rumus fisika dan kimia.

Keputusanku untuk memilih jurusan IPS mendapatkan pertentangan dari ayahku, yang sangat menginginkan aku berada di kelas IPA, seperti dirinya dahulu. Untuk itu, perang dingin pun terjadi di antara kami berdua, di akhir masa SMA-ku, hingga akhirnya aku lulus dengan nilai rata-rata delapan dan diterima berkuliah di jurusan desain interior.

Masa perkuliahanku dapat kuselesaikan dalam waktu 4,5 tahun dengan IPK yang cukup tinggi, bahkan tertinggi di antara saudara-saudaraku, yaitu 3,08. Tetapi, walaupun dengan IPK tinggi, aku tidak serta merta mudah mendapatkan pekerjaan, hingga aku ditarik oleh mas Verdi, yang mendirikan perusahaan konsultan arsitektur dan desain interior.

Aku pun mulai bekerja bersama mas Verdi dan kedua teman kampusnya dari jurusan arsitektur.

Sementara itu, di hari-hari libur, aku kembali bersosialisasi dengan teman SMA-ku dulu dan di saat itulah aku kembali dipertemukan oleh Tyo, seorang mantan ketua Rohis di angkatanku.

Selama SMA, kami tidak pernah saling berbicara ataupun menyapa, cukup saling tahu walaupun kami berada di kelas yang sama sewaktu kelas 1. Hingga 5 tahun setelah lulus dari SMA, Rohis angkatanku mengadakan acara rutin pengajian 3 bulanan, untuk saling bertukar informasi tentang lapangan pekerjaan dan mempererat ukhuwah.

Hingga tiba saatnya, giliran aku yang mendapat jatah sebagai tuan rumah. Ahad pagi, sekitar pukul 8 satu-persatu kawan SMA-ku mulai berdatangan. Ruang keluarga telah kutata dengan karpet untuk kami dapat duduk lesehan.

Pertemuan kali ini cukup ramai, ketimbang pertemuan sebelumnya, yaitu sekitar hampir 30 orang. Acara temu kangen, hingga tausyiah dan dilanjutkan dengan berbagi cerita dan informasi lainnya, mengundang perhatian ibu. Hingga kemudian di saat makan siang, ibuku menghampiri.

"Lin, itu siapa yang pakai kemeja krem kotak-kotak?" tanya ibu.

"Ooo, itu Tyo. Dokter UI, tuh Bu," jawabku yang membuat ibu tersenyum.

"Sudah punya calon belum?" tanya ibu lagi.

"Yaa mana aku tahu, Bu. Orangnya diem banget, aku nggak pernah ngobrol sama dia," jawabku.

Aku pun curiga akan apa yang ibu pikirkan, tetapi aku menepis semua pikiranku.

Malam harinya, ibu kembali bertanya tentang Tyo.

"Lin, coba kamu tanya Ayu, minta Ayu tanyain ke Adra tentang Tyo."

"Tanya apa, sih Bu?"

"Ya yang tadi itu, sudah punya calon atau belum. Kalau belum, ya sama kamu aja, gimana?" usul ibu.

"Hah, sama aku? Emang dia mau, aku kan Rohis coret, Bu," jawabku.

"Ya kan nggak tahu kalau nggak ditanya. Sini deh, kamu telpon Ayu, nanti ibu yang bicara," lanjut ibu lagi.

Aku pun segera menghubungi Ayu, sesuai permintaan ibu. Pada saat itu, Ayu telah menikah dengan Adra, teman sekelasnya di kelas 3 SMA. Adra dan Tyo berteman cukup baik, keduanya juga sama-sama aktif di Rohis SMA kami.

"Yu, ibu mau ngomong nih!" seruku.

"Eh, ada apa? Kunaon ini, kok ibu mau ngomong sama gue?" tanya Ayu.

"Tauk. Nih ibu ya," ucapku sambil menyerahkan telepon ke ibu.

"Assalamu'alaikum, Yu."

"Wa'alaikumsalam, Bu. Ada apa ya? Aku kok deg-degan," jawab Ayu.

"Tenang Yu. Eh ibu mau mau minta tolong, cariin info tentang Tyo, bisa nggak?"

"Info apaan, Bu?" tanya Ayu.

"Tyo sudah punya calon atau belum," jawab ibu straight to the point.

"Heh, Tyo? Memangnya kenapa, Bu?" tanya Ayu lagi.

"Nggak papa sih, cuma ibu lihat kok sepertinya dia baik, mau ibu jodohin sama Lina."

Saat itu aku hanya mendengarkan percakapan antara ibu dan Ayu, tanpa ada perasaan apapun akan Tyo.

To be honest, fisically dia bukanlah sosok my ideal man, bahkan jauh dari itu. Menurutku dia adalah pria mungil, karena selain kurus ia juga tidak tinggi, mungkin tingginya hanya sekitar 165 cm. Wajahnya pun sangat Indonesia dengan perawakan standar pria Indonesia.

Saat itu, seleraku lebih kepada pria blasteran atau bule, sehingga Tyo tidak pernah masuk dalam daftar pria idealku, seperti Gary Barlow atau Ronan Keating. Tetapi aku diam saja, karena aku yakin akan penilaian ibu. Lagipula, aku berfikir bahwa fisik bisa dipermak.

Ayu segera melancarkan aksi bersama dengan Adra, suaminya. Lalu, keesokan harinya, Ayu menghubungiku.

"Lin, semalam Adra sudah nelpon Tyo," ucap Ayu.

"Trus?"

"Masih single sih. Trus gue pancing, gue bilang kalau gue mimpiin Elo berdua jadian," lanjut Ayu.

"Ngaco Lo, pakai bohong segala," protesku.

"Ssst, kan demi...."

"Iyee, demikianlah sodara-sodara!" sahutku kesal.

"Yowes, mau dengerin lanjutannya nggak?"

"Sok, lanjut."

"Nah, Tyo ketawa tuh, katanya mimpi gue aneh. Trus gue bilang aja, eh siapa tahu ini sinyal buat Lo!"

"Haish, sinyal yaa, emangnya pasang antena dimana?" sahutku lagi.

"Ssst, intinya nih, dia masih single, masih available. Yowes Lin, gas keun saja!" ucap Ayu untuk menyemangatiku.

Tak lama kemudian, aku mengakhiri percakapanku dengan Ayu dan aku mulai berfikir, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Hatiku antara menolak dan menerima perjodohan ini, alasan aku menolak karena aku tidak memilik perasaan apa pun untuknya. Tetapi aku tidak menghentikan proses ini dan tetap membiarkannya berjalan.

Hingga suatu waktu aku sedang berada di rumah Lia, teman sebangkuku saat di kelas 1 SMA dulu dan kami berencana untuk makan siang bersama.

"Lin, nggak enak kalau cuma kita berdua. Ajak yang lain dong," pinta Lia.

Aku pun menghubungi Ayu.

"Yu, makan siang bareng yuk," ajakku.

"Sekarang? Lo mendadak amat, sih?!" protesnya.

"Yaa, baru kepikiran, ini gue lagi di rumah Lia. Dah yuk, ikut aja," bujukku.

"Nggak bisa, Lin. Gue mau nemenin nyokap ke RS, biasa kontrol," tolak Ayu.

Aku dan Lia pun mencoba menghubungi teman-temanku yang lain, tetapi tidak ada satupun yang bisa.

Akhirnya Lia mengusulkan satu nama, "Lin, Lo coba telpon Tyo, siapa tahu dia lagi nggak praktek."

"Lo aja yang telpon, gue nunggu aja," jawabku malas.

Lia pun menghubungi Tyo yang kala itu baru saja menyelesaikan prakteknya di klinik terminal Pulogadung.

"Yo, gue sama Lina mau makan siang bareng nih, Lo mau ikutan nggak?" tanya Lia.

"Eh gue baru selesai praktek nih, tapi dari kemarin gue belum pulang, masih bau," jawab Tyo.

"Nggak papa Yo, cuek ajalah. Mau nggak, kalau mau ntar kita jemput," ucap Lia.

"Hmmm boleh deh, tapi nggak usah ke terminal, aku nunggu di halte Mediros aja, jadi nggak muter-muter," jawab Tyo.

Setelah percakapan berakhir, aku dan Lia segera menuju tempat yang disebut Tyo. Hanya sekitar 10 menit, kami telah sampai di depan RS Mediros dan tak sulit untuk kami mencari Tyo, yang berdiri sendiri dengan kemeja coklat dan tas ransel hitam yang cukup besar.

Melihatnya dengan penampilan yang kusut, membuatku berfikir, apa benar dia jodohku?

Ia pun menghampiri mobilku setelah Lia memanggilnya dengan membuka jendela.

"Tyo, masuk."

"Assalamu'alaikum," sapanya sebelum masuk ke dalam mobil.

"Wa'alaikumsalam," jawabku dan Lia.

Sesaat kemudian aku pun melajukan mobilku menuju Kelapa Gading.

"Mau makan dimana?" tanyaku, karena aku dan Lia memang belum menentukan tempatnya.

"Di Saung Abah, Komplek Walikota aja, Lin," jawab Lia.

"Oke," jawabku sambil mengarahkan mobilku menuju komplek Walikota.

Sesampainya di Saung Abah Resto, kami segera memesan makan siang kami.

Lia pun memulai percakapan, "Yo, Lo praktek di terminal?"

"Nggak, aku habis jaga di rumah sakit, trus diminta temen untuk bantuin dia jaga klinik di terminal, cuma 2 jam aja sih," jawab Tyo.

"Itu tas gede banget, isi apaan aja?" tanya Lia lagi.

"Baju ganti, aku belum pulang dari kemarin. Kemarin jaga UGD dari siang sampai malam, trus diminta gantiin dokter jaga ruang jadi nginep di rumah sakit sampai tadi selesai jam 8 pagi. Tapi trus istirahat sebentar di musholla, malah bablas tidur sampai jam 11," jawabnya dengan wajah kusut dan kantung mata tebal dibalik kacamatanya.

Aku kembali memperhatikan penampilannya, aku pun teringat pembicaraan teman-temanku tentang Tyo, yang mengatakan dirinya ganteng, manis lah, alim dan sebagainya, bahkan ada sebagian dari mereka menyebutkan bahwa Tyo mirip dengan Andre Taulani. Kalau yang terakhir mungkin ada sedikit kemiripannya, tetapi keduanya juga bukan tipe pria idealku.

Menurutku, Tyo terkesan jadul dan kaku dan aku benar-benar tidak tertarik dengannya.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

kok aneh, untuk makan siang harus ngajak kawan2?

2023-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!