Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!

Alhamdulillah, akhirnya aku kembali ke ruang perawatan biasa, setelah dirawat intensif selama 4 hari di ICU.

Walaupun sudah tidak merasakan mual, tetapi aku merasa seperti terombang-ambing di atas kapal, badanku serasa oleng dan bergoyang.

"Yang kamu rasakan itu dinamakan vertigo, itu normal, biasanya setelah 3 atau 4 bulan akan menghilang, paling lama 6 bulan. Untuk mengurangi keluhannya, kamu harus mengkonsumsi mertigo 3x sehari. Lalu dolo neurobion untuk perawatan sarafnya," jelas dr. Lucas yang kembali memeriksaku keesokan harinya.

Aku lalu mendengar dr. Lucas berbicara kepada ayahku, sebelum ia meninggalkan kamar perawatanku.

"Besok Halina kita CT-scan kembali, untuk melihat lokasi VP shunt-nya, jika tidak ada masalah atau keluhan, Lina sudah diperbolehkan untuk rawat jalan."

Mendengar hal itu, aku pun merasa lega, akhirnya dua hari lagi, aku diperbolehkan pulang ke rumah.

"Lin, kamu dengar, kan? Katanya 2 hari lagi kalau semua pemeriksaan normal, kamu bisa pulang. Sekarang pastikan kondisi badanmu harus stabil, harus kuat," ucap ibu.

"Bu, kapan aku boleh jalan?" tanyaku lagi.

"Kalau dr. Lucas tadi bilang, besok kamu sudah boleh latihan jalan, semoga nggak pusing," jawab ibu.

"Kamu minum madu dan sari kurma, untuk membantu pemulihan juga untuk tenaga. Ibu sudah tanyakan ke dr. Lucas, katanya boleh kok," lanjut ibu lagi.

Aku pun merasa bersemangat setelah mendengar kalau lusa aku sudah diperbolehkan pulang.

Keesokannya, aku mulai latihan berjalan, ternyata tidak semudah yang kukira. Aku benar-benar merasa seperti berada di atas kapal dan kapalnya oleng, kapten!

"Duduk dulu, tunggu sampai stabil baru coba berdiri," ucap perawat yang membantuku.

Setelah beberapa saat, aku pun mencoba berdiri, sepertinya mode 'Titanic' ini akan ku jalani dalam beberapa pekan ke depan.

Perlahan-lahan aku pun mencoba melangkah dengan dibantu oleh mbak Nina, perawat yang memegangi tanganku. Selangkah demi selangkah, akhirnya aku berhasil berjalan sampai pintu kamar dan kembali ke tempat tidur.

"Yeeei, adikku sudah bisa berjalan sendiri," canda Mbak Hana untuk menyemangatiku.

"Yeii, aku berjalan di Titanic! Kapalnya oleng, kapten!! Mbak, cobain deh, seru nih berasa naik kapal padahal nggak," candaku.

"Ogah, kepala di odal-odel gitu, nonton kamu juga sudah hiburan," balas mbak Hana.

"Hiburan gratis, ya," tambahku.

Mbak Hana adalah my biggest supporter, dalam segala keadaan dan situasi apapun. Ia selalu mempunyai cara sendiri dalam membantuku. Walaupun usia kami berdua selisih 4 tahun, tetapi kami lahir di bulan yang sama, sehingga kami banyak memiliki kemiripan termasuk suara, kecuali wajah. Ya, mbak Hana adalah kakak perempuanku satu-satunya tetapi wajah kami berdua tidak mirip, penampilan fisik kami juga berbeda. Mbak Hana adalah penganut slim shady, sedangkan aku mempunyai cadangan lemak yang lebih banyak darinya. Ada satu kemiripan yang kami miliki, bahkan orang tua kami sulit membedakannya, yaitu suara. Suara kami sangat mirip, bahkan jika di telepon, orang tua kami pasti bertanya, "Ini siapa, Hana atau Halina?"

Perlahan tapi pasti aku mulai latihan berjalan walau dengan keseimbangan yang sedikit tidak karuan, ditambah rasa nyeri pada kepalaku membuatku banyak terdiam sesaat.

"Pelan-pelan aja, Lin. Jangan dipaksain, kalau pusing berhenti dulu," ucap mbak Hana.

"Pusingnya belum hilang dari selesai operasi, entah sampai kapan aku akan berada di atas kapal oleng ini," sahutku.

"Oiya, sampai kapan kamu bakalan di atas kapal oleng?" tanya mbak Hana.

"Nggak tahu. Eh, sampai kapan, Mbak? Tahu, nggak?" tanyaku kepada mbak Nina.

"Biasanya sih, sekitar 6 bulan sudah kembali normal," jawabnya.

"Hmm, akhir tahun dong," sahutku.

Aku harus bersabar menjalani pemulihan pasca operasi ini, yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Siangnya, aku telah dijadwalkan untuk mengambil CT-scan pasca operasi, aku berharap hasilnya normal, sehingga aku bisa segera pulang.

Lalu, sku dimasukkan ke dalam mesin CT-scan. Suara mesin dan posisiku yang berbaring sejajar, membuatku kembali pusing dan nyeri pada bagian jahitan di kepalaku. Aku pun harus bertahan hingga prosesnya berakhir.

Setelah beberapa saat, akhirnya selesai sudah pengambilan CT-scan kepalaku. Dengan perlahan, aku dikeluarkan dari mesin CT-scan, kapal pun kembali oleng, Kapten!

Fix, jika kalian ingin merasakan wahana kapal yang terombang-ambing, menjadi aku saat itu rasanya sudah cukup.

Aku pun duduk cukup lama, untuk menstabilkan vertigoku sampai akhirnya aku dapat berdiri.

"Pusing?" tanya ibu yang menemani.

"Iya, Bu," jawabku.

Mbak Nina kemudian mengambil kursi roda dan membantuku untuk duduk di atasnya.

"Langsung ke kamar sekarang aja, Mbak," pintaku.

Mbak Nina pun mendorong kursi roda menuju kamar perawatanku, diikuti oleh ibu yang berjalan di belakangku.

Sesampainya di kamar, aku merasa sangat pusing, sehingga aku hanya duduk bersandar pada tempat tidur sambil memejamkan mata, hingga aku pun tertidur.

Sore harinya, dr. Sandy datang sambil membawa hasil CT-scanku siang tadi.

"Semuanya normal, cairannya sudah teralirkan dengan baik, tinggal pemulihan pascaoperasi saja. Nanti malam, dr. Lucas akan memeriksa Lina sekali lagi, sebelum kamu diperbolehkan pulang. Nanti untuk kontrolnya, langsung ke dr. Lucas di RS tempat beliau praktek, nanti akan diberikan surat pengantarnya," dr. Sandy menjelaskan.

"Jadi nggak kontrol ke dr. Sandy?" tanyaku.

"Iya, kontrolnya nanti hanya ke dr. Lucas saja," jawabnya.

dr. Sandy, meninggalkan ruang perawatanku, setelah ibu selesai berkonsultasi dengan beliau.

"Alhamdulillah, hasilnya bagus. Nih lihat, cairannya sudah mulai kembali normal. Kita tunggu dr. Lucas nanti malam," ucap ibuku dengan wajah berseri-seri.

Malamnya, perawat ruangan memberi kabar, jika dr. Lucas akan datang lewat pukul 11, karena mendadak terjadi kecelakaan yang membutuhkan penanganan bedah saraf.

"Yowes Lin, kamu tidur aja. Nanti kalau dr. Lucas datang, ibu bangunin," ucap ibu.

Benar saja, sekitar pukul 00.30, dr. Lucas datang untuk memeriksa kondisiku. Ketika ibu ingin membangunkan aku, dr. Lucas melarangnya.

"Jangan dibangunkan, biarkan Lina tidur. Saya bisa memeriksa Lina, tanpa harus membangunkannya," cegah dr. Lucas.

Aku sebenarnya setengah terjaga, tetapi mataku terasa sangat berat, sehingga membuatku tetap menutup mataku.

"Besok, Lina sudah bisa rawat jalan," ucap dr. Lucas setelah selesai memeriksaku.

"Kapan lepas jahitannya, Dok?" tanya ibu.

"Besok pagi sebelum pulang sudah bisa lepas jahitan. Pekan depan, kontrol pertama di RS St. CRL," jawab dr. Lucas.

Saat itu, aku mulai membayangkan bagaimana rasanya dilepaskan jahitan yang berada di kepalaku. Ketika benang jahitan di kepalaku digunting kemudian ditarik, satu-persatu, hingga habis, kemudian berlanjut dengan jahitan yang ada di perutku.

"Ouch, rasanya sakit dan ngilu nggak sih?" tanyaku dalam hati.

Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!