Episode 11 Persiapan Operasi

Sore hari setelah pemeriksaan MRI, aku kembali menemui dr. Sandy di RS bersama dengan kedua orang tuaku. Aku telah menyiapkan tas berisi pakaian guna persiapan jika aku harus segera di opname di rumah sakit.

Seperti kemarin, aku tidak perlu menunggu antrian, karena dr. Sandy memprioritaskan aku kembali.

"Ini Dok, hasil MRI tadi pagi," ucap ibu sambil menyerahkan amplop besar berwarna putih.

Dr. Sandy segera membuka amplop tersebut, lalu mengeluarkan satu persatu lembaran hasil MRI otakku, kemudian membaca surat pengantar dari dr. radiologi.

Wajah dr. Sandy sangat serius, ia pun memasang hasil MRI-ku di sebuah kotak kaca berlampu di dinding ruang prakteknya. Sambil mengerutkan dahinya, ia menunjukkan lokasi cairan dalam otakku, lalu memberikan penjelasan, "Cairan otak di kepala Lina ini sangat besar sekali, sekitar 10 kali ukuran normal. Ini sangat berbahaya jika tidak segera dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan cairan otaknya, karena cairan otaknya sudah menekan ke saraf-saraf otak yang lainnya."

"Nantinya dokter bedah saraf akan memasangkan selang atau vp shunt dari lokasi cairan otak sampai ke lambung. Selang itulah yang akan menjadi saluran baru agar cairan otaknya dapat kembali keluar dengan normal."

"Kasus ini dinamakan hydrocephalus," tambah dr. Sandy.

"Yang seperti bayi-bayi itu ya, Dok? Tapi kok kepalaku nggak membesar?" tanyaku.

"Kalau kasus yang terjadi pada bayi, mengapa kepalanya membesar? Karena tengkorak bayi masih lunak, jadi dia tidak menekan ke dalam, karena cairan otaknya terkumpul maka kepalanya ikut membesar sesuai dengan jumlah besaran penumpukan cairan pada otaknya. Kasus yang terjadi pada dewasa itu tidak banyak, kalaupun ada yaa, seperti kamu, sakit kepala hingga vertigo karena cairan menekan ke dalam, sehingga saraf-saraf di otak terhimpit oleh desakan dari cairan," jelas dr. Sandy.

"Kasus pada Halina harus segera ditangani, karena kita tidak tahu kapan dia tiba-tiba akan merusak sistem saraf yang lain, jika ini terjadi, dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian. Jika bersedia, sore ini juga Halina masuk ruang perawatan untuk menstabilkan kondisinya terlebih dahulu. Saya akan hubungi dr. Lucas, beliau dokter bedah saraf konsulen senior, yang jam terbangnya sudah sangat tinggi. Bisa dibilang, beliau adalah dokter spesialis bedah saraf nasional. Nanti beliau akan memeriksa Halina terlebih dahulu, sebelum menentukan jadwal operasinya," tambah dr. Sandy.

"Jadi malam ini juga, Lina harus mulai masuk ruang perawatan?" tanya ibu.

"Iya, saya akan pesankan kamarnya sekarang juga, bagaimana?" tanya dr. Sandy.

"Baik, Dok," jawab tegas ayah.

"Saya pesankan kamar VIP ya, karena kondisi Lina harus benar-benar stabil dan tenang sebelum menjalani operasi," jelas dr. Sandy lagi.

Ayahku pun segera menyetujuinya. Lalu, Dr. Sandy segera berkoordinasi dengan bagian perawatan, guna menyiapkan kamar VIP untukku.

"Tolong siapkan kamar VIP, atas nama Halina Ramadhani, perempuan, usia 23 tahun, 7 bulan," ucap dr. Sandy kepada bagian admisi rawat inap.

Hanya butuh sekitar 10 menit, kamar untukku telah siap. Sementara itu, aku dipasangkan gelang identitas oleh perawat sebelum ia mengantarkan aku dan ibuku ke ruang perawatan VIP di lantai 5.

Sementara itu ayahku masih harus mengurus administrasi di lantai 1, sebelum menyusul ke ruang perawatanku.

Tidak ada rasa khawatir atau kecemasan pada diriku, yang ada hanyalah rasa syukur, akhirnya sakit kepalaku yang menahun ini dapat ditangani dengan tepat.

Sesampainya di kamar VIP, aku diminta untuk segera berbaring di kasur. Perawat mulai mengukur tekanan darahku, setelah itu ia memasangkan selang infus pada lenganku.

"Mbak, infusnya sudah terpasang. Makan malam akan kami antarkan nanti pukul 7," ucapnya sebelum ia kembali ke nurse station.

Lalu ibu duduk di pinggir kasurku, sambil menatapku sayu.

"Alhamdulillah, kita ketemu dokter yang tepat dan bekerja cepat untuk menangani kasusmu. Bismillah, in syaa Allah, ini jalan menuju kesembuhanmu," ucap ibuku sambil membelai lenganku.

Ya, ibuku membelai lenganku bukan kepalaku, karena ibuku tahu benar, bahwa sedari kecil, aku memang tidak pernah suka jika ada yang membelai kepalaku, refleksku akan segera menyingkirkan tangannya.

Mulai malam itu, ruangan ini akan menjadi kamarku selama beberapa hari ke depan.

Di malam harinya, adik dan kakakku menjengukku bersama-sama.

"Akhirnya ya, Mbak," ucap Wawan.

"Akhirnya?" tanyaku.

"Iya, akhirnya diopname juga," jawabnya.

"Ho oh, akhirnya diopname, bonus operasi kepala," jawabku.

"Ih Lina, kamu tuh nggak pernah-pernah masuk rumah sakit, sekalinya masuk langsung operasi, eh operasinya, operasi kepala!" ucap mbak Hana.

"Asyik yaa, kalau di drama-drama langsung klimaksnya nih," sahutku.

"Hmmm, tapi emang sih, nih anak harus dioperasi kepalanya, erornya nggak sembuh-sembuh," balas mbak Hana yang membuatku tertawa.

"Eh seperti yang di film-film dong, kalau mau operasi tuh sedih, pada nangis keluarganya," candaku.

"Lah, ngapain sedih, kan kamu menuju kesembuhanmu. Lagian emangnya kita bisa nangis? Kita kan pelawak, Lin," jawab mbak Hana.

"Heh, Lina itu harus stabil kondisinya, nggak boleh terlalu senang atau terlalu sedih, jangan diajak ngelawak terus," tegur ibu yang membuat kami tertawa cekikikan.

Yah begitulah kami jika berkumpul, selalu ada yang menjelma menjadi pelawak.

"Malam ini, ibu nemenin kamu disini, tapi besok gantian sama Hana. Pokoknya nanti, ibu sama Hana akan selang-seling nungguin kamu," ucap ibu.

Keesokan paginya, dr. Sandy datang memeriksa kondisiku bersama dengan dr. Lucas, dokter bedah saraf yang akan melakukan tindakan operasi pemasangan VP shunt pada kepalaku.

Seperti yang dr. Sandy katakan sebelumnya, jika dr. Lucas adalah dokter bedah saraf senior, ia memang nampak sangat senior, dengan rambut yang mulai memutih, keriput pada wajahnya pun terlihat jelas, tetapi beliau tampak sangat segar dan tegap.

"Lina akan saya jadwalkan 3 hari lagi untuk operasi pemasangan VP shunt, karena tekanan di dalam otaknya harus diturunkan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya komplikasi," ucap dr. Lucas.

"Operasinya berapa lama ya, Dok?" tanya ibu.

"Sekitar 1 hingga 2 jam. Setelah observasi pasca operasi, Lina nantinya bisa langsung kembali ke ruang perawatan biasa," jawab dr. Lucas.

"Oiya, untuk alatnya atau VP shunt ini ada 3 macam, yang pertama buatan lokal harganya sekitar 2 juta, lalu ada buatan India, seharga 2,5 juta dan buatan Jerman seharga 4 juta, semuanya memiliki kualitas yang sama, yang membedakan hanya produsennya saja," jelas dr. Lucas sambil menunjukkan 3 macam selang VP shunt yang dimaksud.

Tanpa pikir panjang, ayahku segera memilih VP shunt buatan Jerman. Dr. Lucas kemudian berbicara dengan ayahku tentang teknis pemasangan selang VP shunt nanti, sebelum keluar kamar.

Sayup-sayup aku mendengar, penjelasan dr. Lucas akan teknis operasi yang akan dilakukan padaku.

"Selang VP Shunt itu nantinya akan dipasang dari otak kemudian akan diletakkan dibawah kulit melewati leher hingga sampai ke lambung, tempat akhir pembuangan cairan nantinya," jelasnya.

"Selang ini akan terpasang secara permanen, karena ini adalah pengganti dari saluran yang tersumbat," tambah dr. Lucas.

"Jadi selang itu permanen di dalam tubuh Lina?" tanya ayahku.

"Iya, Pak," jawab singkat dr. Lucas sebelum ia meninggalkan ruangan.

Sebelum operasi, aku juga harus melakukan pemeriksaan darah lengkap serta TORCH, guna mencari kemungkinan virus yang ada sebagai kemungkinan penyebab hydrocephalus-ku ini.

Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!