" Tenggorokanku kering.. " Ucap Dita pelan.
" Kirain karna denger perkataanku tadi.." Barra terkekeh, menurutnya Dita terlalu polos.
" Abis acara ini langsung ke kamar ya!."
" Kenapa?."
" Ada yang mau aku omongin sama kamu."
Dita mengangguk menyetujui permintaan Barra. Sepertinya Barra akan membicarakan hal penting dengannya sampai memintanya untuk segera ke kamar.
Acara syukuran berjalan lancar, doa mengiringi dan Barra beserta ayahnya menyampaikan sepatah dua patah kata demi kelancaran dan kesuksesan anak cabang perusahaan keluarga Nitinegoro. Barra sebagai CEO tentu saja mempunyai tanggung jawab yang besar dan beban yang berat.
" Dengan dukungan dari keluarga dan juga semua yang hadir pada malam hari ini, semoga apa yang menjadi hajat saya beserta keluarga dapat tercapai tentunya dengan izin Allah.. Aamiin..."
"Aamiin..."
Selesai acara dilanjutkan dengan doa penutup oleh Ustadz Mirza sendiri. Untuk merayakan syukuran dan merupakan puncaknya semua tamu yang hadir didaulat untuk menyantap hidangan yang telah disediakan.
Dita mengambilkan makanan untuk suaminya dalam beberapa piring kecil dari meja perasmanan. Kalau kata orang sunda tidak sopan kalau mengambilkan makanan yang di alas. Seperti memberikan jatah makan. Makanya Dita menuangkan berberapa macam makanan yang berbeda dalam beberapa piring kecil. Setelah siap Dita menyuruh suaminya untuk makan bersamanya di meja makan. Barra kurang suka kalau makan seperti lesehan, beralasan membuat kakinya pegal.
Hari sudah mulai larut Sean dan Sisil pamit pulang, mereka tidak berencana untuk menginap karena pagi-pagi sudah harus berangkat praktek.
Sesuai apa yang diperintahkan suaminya, selesai makan Dita segera masuk ke kamar. Barra sudah terlebih dahulu menunggunya dan duduk di sofa sambil menyesap sebatang rokok di tangan kanannya.
" Ada apa sepertinya ada hal penting?."
" Iya ada hal penting."
Dita menaikan kedua alisnya menunggu Barra menyelesaikan pembicaraannya. Sebelum masuk ke topik pembicaraan, Barra mematikan terlebih dahulu rokok yang dipegangnya ke dalam asbak.
" Tadi denger kan permohonan ibu?." Barra menatap Dita serius.
" Yang mana?."
" Yang minta kita buat segera punya momongan.."
Jleb...
Tepat kena di jantung Dita, saat ini jantungnya berdegup kencang, wajahnya memerah. Bukan karena pikirannya jadi mesum tapi langkah sebelum punya momongan haruslah berhubungan suami istri.
" Dulu aku memang pernah tidak berniat menyentuhmu sama sekali. Tapi aku hanya ingin menjadi suami yang baik dan juga ingin berumah tangga sekali seumur hidup."
Perasaan Dita mulai meleleh, ia tidak tahu harus menjawab seperti bagaimana. Dita tidak tidak pandai merangkai kata-kata romantis atau bijak, Dita lebih senang mengukapkan perasaannya lewat sikap dan perbuatan.
" Jadi apa maksudmu katakan saja!."
" Aku ingin kita menjadi suami istri sungguhan Dit! Bukan hanya sebatas punya buku nikah saja. Tapi aku ingin seperti pasangan suami istri yang lain, bahagia dengan keluarga mereka dan juga punya anak."
Dita mengedarkan pandangannya asal, ia hanya tidak ingin Barra menangkap kegugupannya lewat sorot mata.
" Bagaimana apa kamu setuju? Aku hanya tidak ingin memaksa.."
Dita tidak punya pilihan lain. Sudah sewajarnya dan menjadi kewajibannya menuruti semua perintah suami. Dita tidak ingin menjadi istri pembangkang.
" Iya... Aku bersedia barr.."
" Dita!." Seru Barra kemudian..
" Jangan lagi memanggilku hanya menyebut nama... Kamu panggil aku " Mas.."!."
Dita kali ini terlihat salah tingkah dan wajahnya bersemu merah.
" Iya mas.. "
Barra tersenyum puas, ia beruntung mendapatkan Dita yang hampir tidak pernah membantah setiap apa yang dikatakan Barra.
*****
**Haii.... Berikan dukungan kalian dengan menambahkan komen, like dan votenya ya.. Dan jangan lupa mampir ke ceritaku di novel yang berjudul " MY PERFECT HUBBY"
Thanks.. 😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Dini Anggoro
kok part yg ini dikit skli kak..😢 up lg ya kakak author.. aq tunggu nih..😘
2020-06-07
0