---
Untung saja Barra memutuskan untuk pulang kerumahnya setelah satu bulan yang lalu memutuskan tinggal diapartementnya sendiri. Seperti yang sudah direncanakan ibu dan nenek mertuanya datang berkunjung membawa begitu banyak makanan dan juga oleh-oleh untuk anak dan menantunya.
" Ibu.. Nenek padahal tidak usah membawa makanan sebanyak ini. Siapa yang akan memakannya.." Dita terheran-heran dengan banyaknya bungkusan besar berada di atas meja makan.
" Barra yang akan memakannya sayang.. Barra itu jago ngemil loh.. Dan juga Barra paling suka makanan rumahan. Dia itu hanya sekali-kali mau makan diluar kalo bukan ada acara kantor."
Poin baru yang diutarakan ibunya Barra tentang kebiasan suaminya menjadi poin tambahan penting dicatatan Dita.
" Loh Barra nya mana.. Ko dari tadi tidak keliatan."
" Oh iya hampir lupa bu.. Barra masih tidur. Tadi malam kepalanya pusing. Sebentar saya bangunin dulu ya.."
" Bi... Tolong buatin minuman ya buat ibu dan nenek."
"Iya non.. Ini lagi dibikin."
Dita pergi kekamarnya untuk membangunkan Barra yang masih terlelap tidur.
Sudah berulang-ulang Dita membangunkannya tapi Barra tak kunjung membuka mata hingga akhirnya Dita terpaksa membangunkan Barra dengan mencolek pundaknya.
Barra akhirnya bergeming perlahan membuka matanya dan Dita sudah berada berdiri dihadapannya.
" Kenapa membangunkanku?."
" Ibu dan nenek berkunjung.. Mereka ada di ruang tengah sedang menunggumu."
"Ibu dan nenek?."
" Kenapa tidak memberitahukanku sebelumnya, bagaimana kalo aku tidak pulang.." Barra beringsut dari tempat tidurnya, tidur di sofa tidak satu ranjang dengan istrinya itu.
Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah itu memilih pakaian yang ada dalam lemari. Alangkah terkejutnya saat melihat isi lemari yang sudah tersusun sangat rapi, terlihat dari susunan warna yang tertata cukup apik. Warna putih dengan warna putih begitupun dengan pakaian warna lain sesuai warnanya. Dita sudah membuat perbedaan dari hal kecil selama Barra tidak tinggal disana.
" Bu.. Nek.. udah lama?."
" Barra.. Kamu ini jam segini baru bangun. Ibu dan nenek baru aja nyampe ko belum lama."
Barra hanya diam tidak seperti Barra yang biasanya.
" Kamu kenapa? Apa hubunganmu dengan Dita ada masalah?." Tanya Ibunya penuh selidik dengan melihat-lihat takut Dita tiba-tiba datang.
" Nggak ko bu.. baik-baik aja. Kami lagi banyak kerjaan aja dikantor jadinya suka kebawa-bawa nyampe rumah."
" Jangan bohong Barra.. Sini!!." Ibunya menarik tangan Barra mendekati jendela ruang depan.
" Ibu denger kamu udah hampir satu bulan penuh tidak tinggal disini.. Kenapa?." mata ibunya melotot..
" Ibu tau dari mana? Apa Bi Iin yang kasih tau?."
" Oh berarti bener ya apa kata orang-orang. Kamu ini.. Gimana perasaan istri kamu Barra.. Ibu gak pernah ngajarin kamu untuk berbuat seperti itu!."
" Bu.. Nenek.. ini Dita buatin puding."
" Dita nggak usah repot-repot nak.. Itu kan nenek bawain makanan banyak banget. Coba dibuka sayang! Suamimu pasti mau makan."
" Gak repot ko.. Cuma puding doang nenek."
Ibunya Barra segera bergegas menemui Dita yang sedang mengobrol dengan neneknya Barra.
Melihat keakraban antara istri dan ibunya ada perasaan sedikit bersalah menyelimuti dihati Barra. Apalagi perkataan ibunya barusan terngiang-ngiang terus ditelinganya. Apa benar perlakuannya pada Dita tidak baik..
" Barra, Dita.. Ini sudah sore lain kali kami akan mampir lagi. Kalo kalian ada waktu senggang, sesekali datang ke rumah ya.. Ayahmu pasti sangat senang sekali."
" Iya Bu.. Kami pasti akan ke rumah kalo ada waktu senggang.. "
"Iya Bu.. Maaf merepotkan ibu dan nenek bawa banyak banget makanan."
" Udah.. Awas kalo nggak habis. Kalo butuh apa-apa tinggal bilang ya.."
Senyum bahagia mengembang dibibir ibu dan nenek mertua Dita tapi ada yang lain dengan tatapannya pada Barra..
*****
Biasanya malam hari merupakan malam yang intens bagi sepasang suami istri dan itu membuat Dita terinspirasi bagaimana caranya membuat hubungan dengan suaminya mencair.. Walaupun hanya sedikit.
Dengan perasaan yang sangat was-was Dita mencoba mendekati Barra.. AC yang dingin tidak membuat tubuh Dita merasa dingin bahkan sebaliknya.
" Kenapa diam disana? Dan kenapa kamu berpakaian seperti itu?."
Barra sedikit bingung kenapa istrinya tiba-tiba berpenampilan seksi dihadapannya.. Baru pertama kali semenjak pernikahan mereka.
" Apa aku salah berpenampilan seperti ini dihadapan suamiku sendiri?."
Barra menghela nafas panjang..
" Apa kamu lupa tentang perjanjian kita dulu?."
" Tidak! Aku masih ingat."
" Lalu kenapa kamu berpakaian seperti itu kalo bukan untuk menggodaku?."
Dita menelan salivanya, hal itu sudah ia perkirakan sejak awal.
" Aku hanya ingin membuat suamiku betah di rumah, kamu bisa menyentuhku kalo kamu mau.. Karena aku adalah istrimu.."
Tapi kenapa tatapan Dita kosong.. Apa ia mengatakan setulus hatinya. Apa hanya omong kosong belaka..
Sangat ragu Barra untuk menyentuh Dita.. Belum pernah sekalipun kulit mereka saling bersentuhan. Terakhir kali saat acara pernikahan itu juga waktu pertukaran cincin..
Hati Barra mencelos saat Bibir Dita mendarat di bibir Barra.. Butuh keberanian ekstra untuk melakukan hal itu. Bahkan kini harga dirinya sebagai wanita telah jatuh dihadapan lelaki baja itu. Tapi kalau suami istri tidak ada harga diri.. Yang ada adalah hak bagi istri maupun suami.
" Apa yang kamu lakukan.. " Barra menjauhkan dirinya dari Dita.. Ia tidak ingin ada perbuatan lebih jauh.
" Apa kamu akan bersikap seperti ini terus padaku?."
Barra diam tidak bergeming.. Ia hanya tidak tahu harus dibawa kemana arah pembicaraan mereka.
" Aku tidak dapat menjawabnya sekarang."
"Lalu kapan?."
" Aku tidak tahu!."
Kemudian lelaki baja itu pergi meninggalkan Dita sendirian dikamarnya. Barra takut perasaannya berubah dan mencair saat itu juga.
"Kenapa Barra? Kamu membuatku seperti ini.. Bahkan aku rela menyerahkan diriku padamu. Dengan pakaian seperti ini.. Bagaimana bisa kamu tetap dingin seperti itu.."
*****
Hubungan suami istri tidak dibawa-bawa ke dalam urusan kantor, hubungan antara Barra dan Dita sebagai sekretaris dibilang sangat baik. Mereka pergi bersama.. Kemudian berpisah saat Dita menempati meja kerjanya, begitupun Barra.
Kegiatan Dita sebagai sekretaris di perusahaan Barra group sehari-harinya adalah mengarsip dokumen atau surat masuk dan keluar, mengecek email kantor, menjadwal meeting direksi, menghandle tamu untuk Boss yang tak lain adalah suaminya sendiri dan hal yang mendasar adalah menjawab telepon penting.
" Dit.. Kamu cek email sekarang. Catat setiap poinnya dan laporkan segera!."
"Baik pak.. Ada lagi?."
" Tidak ada... Eh kalo ada tamu yang ingin ketemu bilang aku gak ada!."
" Tumben ngasih memo jangan ada tamu masuk. Biasanya gak pernah seperti itu." Gumam Dita dalam hatinya.
" Baik pak.. nanti saya bilang bapak lagi meeting diluar. Saya permisi dulu.."
"Ya.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Dini Anggoro
ditunggu ya..
2020-05-29
0
Dini Anggoro
up lg donk kak..
2020-05-29
0