Resign

" Mm.. Itu saya juga tidak tau pak."

" Loh kok tidak tau bukannya kamu itu udah ketemu ayahku kemaren?." Barra tampak bingung dengan ucapan Dita.

" Kemarin memang saya ketemu dengan pak Agung, beliau berkata seperti itu. Tapi saya belum kasih jawabanya pak."

" Gadis ini seperti tidak gampang ditindas, lumayan."

" Kenapa belum kasih jawabannya? Bukannya kamu juga setuju.." Barra terus mencecar sampai ingin melihat Dita kewalahan.

" Sepertinya saya tidak bisa pak.. Saya tidak bisa menerima perjodohan ini."

" Widiih .. gadis ini berani juga ya nolak.. penasaran."

Tak lama seseorang masuk ke dalam ruangan Barra tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

" Barr.. Meetingnya mau dimulai. " Farhat menunjuk jam yang ada ditangannya pertanda Barra harus segera memimpin meeting internal perusahaan.

"Oh oke.. Bentar lagi ke sana."

Lagi.. Tatapannya kembali pada Dita.

"Ya udah kita lanjut nanti setelah meeting.."

" Baik.. Pak.. Saya permisi dulu mau menyiapkan bahan buat bapak meeting."

Barra mengangguk angkuh, ia hanya ingin terlihat berkharisma di depan Dita. Tidak mungkin Barra menunjukan sikap kekanak-kanakannya di depan gadis itu.

"Sepertinya gue harus ngasih pelajaran dulu buat gadis itu, kalo dia tahan berarti dia emang pantes nikah sama gue."

*****

Bagaimana bisa tatapan mata Barra tidak pernah lepas dari sosok Dita yang ada di sebelah kanannya, sampai Dita harus menundukan kepalanya saat Barra memulai meeting. Tak pernah dilakukan lelaki itu sebelumnya. Cukup membuat Dita risih, kenapa Barra harus menatapnya seperti itu apalagi ketika sedang meeting internal, bukan hanya ada mereka berdua disana.

Penjelasan Barra cukup jelas, ini kali kedua Barra memimpin meeting. Kemampuannya tidak diragukan lagi disaat semua orang meragukan kemampuannya. Barra dinilai cukup mampu menggantikan sosok ayahnya di perusahaan Barra Group.

Nama Barra Group dinamai oleh kakeknya Barra, kakek Nitinegoro saat Barra belum lahir. Itu membuktikan bahwa umur perusahaan sudah tua alias sudah lama berdiri. Akhirnya ketika Barra lahir ke dunia, bayi laki-laki lucu tampan itu diberi nama Barra Pramudya Nitinegoro. Diharapkan kelak Barra dapat menjadi penerus keluarga Nitinegoro.

*****

Setelah meeting selesai, Dita kembali dipanggil Barra keruangannya untuk melanjutkan rencana perjodohan mereka.

" Pasti orang tuamu setuju ya.. Kamu akan nikah sama aku, keluarga konglomerat Nitinegoro. "

" Gimana kalo aku ketemu ibu kamu, terus aku ngasih cek dengan nominal yang besar sampai kamu dan keluargamu bisa hidup selama bertahun-tahun tanpa bekerja dan perjodohan kita tidak usah dilakukan."

" Maksud bapak apa ya?." Dita merasa tidak senang mendengar ucapan Barra yang menyinggung orang tuanya.

" Kamu tidak ngerti juga? Ibu kamu atau ayah kamu ngelakuin apa sih dulu sampai kakekku mau kita nikah. Heran... "

" Stop pak.. Kenapa bapak seolah-olah menyalahkan orang tua saya atas perjodohan ini. Kalo memang bapak tidak mau ya jangan dipaksa. Lagian saya juga mana mau menikah sama bapak."

" Wah.. Wah.. Wah.. Hebat juga ya akting kamu. Pura-pura tertindas. Padahal hati kamu sangat ingin kan jadi bagian dari keluarga Nitinegoro." Barra berjalan mengitari Dita yang sedang berdiri dengan tangan memegang lipatan rok yang ia kenakan.

" Cukup pak.. Jangan dilanjutkan lagi. Saya tidak ingin melanjutkan perjodohan ini. "

" Udah deh.. Jangan jual mahal lagi. Bilang ke orang tua kamu jangan banyak mimpi deh buat kamu nikah sama aku-."

Dita sudah tidak tahan lagi mendengar semua perkataan Barra yang menyakiti hatinya, terlebih saat orang tuanya ikut-ikutan disinggung dan disalahkan. Dita sangat yakin semasa hidup orang tuanya, tidak ada keluar kata-kata dari pihak orang tuanya untuk meminta Barra menikahi Dita.

Dita keluar dari ruangan Barra dengan mata sembab, tangisannya pecah sampai membasahi kedua pipinya. Hati anak mana yang tidak sakit ketika orang tuanya yang sudah meninggal disalahkan.

Tak ingin tinggal diam lebih lama, Dita mengambil jalan pintas untuk resign dari perusahaan Barra Group. Dari pada ia harus menerima tekanan yang ia sendiri tidak tahu menahu kenapa dirinya yang dipilih. Kenapa tidak orang lain saja.

Tabungannya cukup untuk bertahan hidup selama beberapa bulan ke depan, uang sewa kontrakan sudah ia bayar. Tinggal ia harus sisihkan untuk pendidikan anak-anak yayasan yatim piatu, selama setahun terakhir ini Dita memang menjadi donatur tetap bagi anak-anak yayasan yatim piatu pelita harapan yang tidak jauh dari tempatnya tinggal. Walaupun tidak terlalu besar tapi cukup untuk biaya anak-anak yatim piatu.

Dita memang mempunyai rasa empati yang tinggi terhadap sesama. Apalagi dengan anak yatim piatu, ia akan merasa sangat sayang sekali. Bukan hanya hartanya yang diberikan, kalau Dita ada waktu terkadang ia membantu mereka belajar. Hatinya sangat mulia sehingga anak-anak kembali menyayangi Dita dan menganggapnya sebagai kakaknya sendiri.

" Apa ini?."

Barra membuka amplop yang ternyat surat resign Dita Prameswari.

" Resign?."

" Iya pak.. Saya mau resign.."

"Tapi kenapa? Apa karena pembicaraan kita tadi?."

" Iya pak.. Saya hanya tidak mau menjadi bahan tuduhan bapak. Apalagi orang tua saya sudah meninggal kedua-duanya, bapak malah menyalahkan mereka yang sudah tiada. " Suara Dita terdengar lirih menahan getir dihatinya.

Deg...

" Meninggal?."

Dita menunduk.. Tak ingin terbawa suasana. Dita mohon pamit untuk segera membereskan barang-barang dari meja kerjanya.

" Maaf pak.. Saya tidak bisa lama-lama. Saya mohon pamit."

Barra cengo hatinya mencelos.. Kenapa ada perasaan tidak enak dihatinya saat tahu orang tua Dita sudah lama meninggal. Apakah Barra juga manusia, kenapa tadi ia bisa dengan sangat kejam melontarkan tuduhan sadis terhadap mendiang kedua orang tua Dita.

" Aarrrgghhhh...." Barra mengacak-acak rambutnya. Perasaannya semakin bersalah dengan pengunduran diri Dita dari perusahaan.

Hati Dita sakit Barr... Hati wanita sangat rapuh.

*****

Dita membuka-buka buku tabungannya. Kini ia harus memutar otak bagaimana caranya bisa memenuhi kebutuhannya setelah uang yang ada habis. Apalagi biaya perbulan yang harus Dita keluarkan lumayan besar. Gaji jadi sekretaris di perusahaan Barra Group tidak dipungkirinya sangat besar, kini ia kehilangan hampir semua penghasilannya. Bahkan bulan itu saat dirinya resign masih jauh dari tanggal ia gajian. Tidak ada penyesalan dalam hati Dita, dari pada ia harus hidup penuh hinaan dan tekanan ia memilih hidup bebas keluar dari zona bahaya.

Dita tersenyum.. Ia menemukan ide cemerlang. Dengan kepiawaiannya membuat kue, ia berencana untuk mulai usaha kuenya sendiri. Siapa tahu di Jakarta ada banyak peluang usaha untuk dirinya, hingga ia berhasil menghasilkan pundi-pundi uang yang banyak.

Catatan dalam kertas sudah cukup penuh, ia mulai me-list apa saja bahan yang dibutuhkan olehnya. Mulai dari bahan sampai alat-alat ia harus menyediakan mulai dari awal lagi.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

salut sama Dita tidak mudah di tindas....

2023-12-07

1

A.0122

A.0122

bgs Dita

2021-02-04

0

Naoki Miki

Naoki Miki

haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tonggalkan jejaak🤗
tkn prfil q ajaa yaa😍
vielen danke😘

2020-10-20

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!