Memenuhi Kewajiban Suami

" Udah makannya?." Barra menyodorkan segelas air putih untuk Dita minum.

" Makasih... glek.." Sekali tegukan Dita meneguk habis segelas air putih saat sudah selesai makan.

" Udah.. Kita langsung berangkat?."

" Tunggu bentar lagi.. Gak baik kalo pas abis makan langsung berdiri dan jalan."

Semua perkataan Barra dituruti Dita sepenuhnya.

" Ko pak Doni yang handle urusan, Farhat memangnya kemana?."

"Farhat lagi ke Malang, nanti malem baru pulang."

" Ooh gitu.. Pantesan udah beberapa hari ini gak liat."

Selang sepuluh menit berlalu Barra dan Dita memutuskan untuk segera beranjak dari tempat duduknya dan melanjutkan rencana awalnya pergi ke sebuah Mall terdekat. Entah apa maksud Barra mengajaknya ke Mall, biasanya kalau untuk keperluan belanja dapur Dita akan menyuruh Bi Iin belanja. Karena Barra sebelumnya tidak tinggal dengannya.

Selesai memarkirkan mobilnya Barra dan Dita segera masuk ke dalam Mall, tempat pertama yang Barra datangi adalah outlet pakaian khusus untuk wanita, disana juga menyediakan tas dan sepatu wanita branded dengan harga yang bisa merogoh kocek cukup dalam.

" Kamu pilih baju mana yang kamu suka ya.."

Dita hanya menatap Barra dengan pandangan kosongnya, sesungguhnya ia sedang berpikir kenapa Barra memperlakukannya sangat berbeda sekarang.

" Dit.. Kamu denger gak sih.." Barra memegang dagu Dita, rona wajah Dita berubah merah seketika membuat hatinya berdesir malu.

" Iya denger.. Baju apa ya maksudnya?."

" Baju buat kamu, buat santai, buat jalan, buat ngantor terserah kamu aja.. "

" Tapi buat apa?."

" Dit.. Aku kan belum memenuhi kewajibanku sebagai suamimu, jadi mulai sekarang kebutuhan kamu baik lahir dan batin juga bakalan aku penuhin."

" WHAT!! kebutuhan batin? Jangan bilang kebutuhan batin sebagai suami istri." Batin Dita dalam hatinya.

" Kalo kamu bingung aku yang pilihin aja ya.. biar gak lama. Soalnya masih banyak yang harus kita beli."

Barra memanggil pekerja perempuan yang sedang berdiri di dekat counter baju untuk membantunya mencari beberapa baju untuk Dita.

" Mbak.. tolong cariin saya baju untuk istri saya, jangan yang terlalu ketat atau terbuka ya!."

" Baik pak.. Mari ikut saya.."

Akhirnya setelah kurang lebih satu jam berada di Counter baju membuat Dita menjatuhkan pada beberapa pilihan yang membuatnya tertarik.

" Gak usah dipilih lagi, beli aja semuanya!." Lagi Barra menunjukan sikap dermawannya, ya iyalah dermawan kan buat istrinya juga.

" Tapi kebanyakan.."

" Cuma 10 pasang kok kebanyakan.. Nanti lain waktu lagi kita bisa belanja lagi kalo kamu mau.."

" Mbak.. Liat tas model barunya ya.. Juga tunjukin sepatu kerja wanita nya juga.."

" Buat siapa?." Dita menarik lengan Barra.

" Buat kamu lah... Kamu itu kurang aku perhatiin. Lain kali kalo kamu mau beli apa-apa kamu tinggal bilang. Liat tas sama sepatu kamu, itu model lama.. "

" Tapi pak.. Itu harganya mahal loh kan sayang.."

" Kalo aku beliin kamu berarti aku ada uang lebih Dit, jangan berontak deh... Aku gak mau di cap pelit sebagai suami."

Dita menghela nafasnya, kali ini matanya benar-benar melotot melihat harga tas dan sepatu senilai puljut-puljut.. Membuat jiwa miskin Dita meronta-ronta dan secara tidak langsung membuat jiwa matre Dita bangkit. Tapi tidak serta merta membuat Dita kalap mempunyai suami kaya raya adalah bonus buat dia.

" Sekarang gak boleh nolak lagi ya.. Aku tuh punya uang buat manjain istri dan itu gak dosa loh kalo hanya sekali-kali asal tidak boros."

" Iya sih tidak boros, tapi kalo dijumlah harganya itu bisa buat biaya hidup beberapa bulan kedepan malah lebih.." Gumam Dita dalam hatinya.

" Udah dari sini kemana lagi?." Dita memperhatikan suaminya yang tengah melihat lurus ke depan counter bodyshop.

" Kita kesana yuk.." Kali ini Dita mengekor saja urusan tentengan belanjaan Barra membawakan untuknya.

Dengan cekatan Barra memilih beberapa perawatan untuk tubuh, seperti parfum, lotion, aromaterapi dan beberapa botol pengharum ruangan. Setelah itu pergi ke supermaketnya memilih banyak macam buah-buahan yang dibungkus berbentuk parcel sebagai hadiah untuk ibunya.

" Udah?."Tanya Dita seolah sudah lelah karena dari tadi ia dan suaminya sangat sibuk berbelanja.

" Kamu ada yang mau dibeli lagi?."

Dita menggeleng, ia sudah lelah dan ingin segera melepas heelsnya saat sudah sampai di mobil nanti.

" Akhirnya..." Dita melepaskan sepatu yang membuatnya tidak nyaman.

" Makanya beli sepatu itu yang bagus biar gak bikin sakit.."

" Aku belinya cukup mahal ko.. Tapi karena tadi lama muterin Mall aja kerasa sakit banget."Dita meringis kesakitan sambil sedikit membungkukan badannya memijat kecil pergelangan kakinya.

" Itu namanya sepatu jelek.. aku kasih tau ya kamu mending mengeluarkan uang banyak untuk sepatu dari pada tas.. Sepatu itu keliatan walaupun harganya kata kamu mahal tetep aja yang ori lebih terjamin dari pada kamu beli barang KW. Itu untuk sepatu.. Jadi dari pada baju mahal dan tas mahal aku lebih milih sepatu yang harganya lebih mahal.."

" Iya pak.. Ngerti."

" Ya udah kita pulang ya.."

Barra mulai menghidupkan mesin mobilnya untuk diparkirkan keluar dari parkiran Mall.

" Lain kali gak usah boros-boros lagi ya.." Dita memasang wajah bersalahnya karena ia tahu berapa banyak Barra mengeluarkan uang untuk membelanjainya kebutuhannya tadi.

" Aku bilang aku gak boros kalo sesekali.. lagian aku juga gak suka cewek boros. Meskipun pendapatan aku bisa untuk kamu jalan-jalan ke luar negeri, beli tas dan sepatu branded tapi aku tidak suka dengan gaya hidup seperti itu. Aku rasa kamu bukan tipikal orang kaya gitu. Makanya mulai bulan depan aku bakalan mempercayakan semua keuangan aku untuk kamu kelola untuk kebutuhan rumah tangga kita."

" Semua keuangan kamu?." Dita membuka mulutnya seolah tidak percaya.

" Iya keuangan aku.. Gaji aku dari perusahaan, kamu tau kan gaji aku sebagai CEO berapa. Bisnis sampingan aku yang lain-lain pokonya kamu yang urus."

" Ya Allah jiwa matreku meronta ya Allah.. aku gak kuat.." Desis Dita dalam hatinya.

" Iya.. makasih udah mau percayain semuanya."

" Iyalah kamu kan istri aku, kamu harus bisa!." Barra tersenyum kecil dan itu diakui Dita untuk yang pertama kalinya melihat penampakan senyuman manis menyungging di bibir Barra.

Barra memarkirkan mobilnya di halaman rumah keluarga Nitinegoro yang luas, halaman itu bisa menampung beberapa mobil. Bukan hanya mobil Barra saja yang sedang terparkir disana, sudah ada om dan tantenya Barra dan juga beberapa kerabat dekat keluarga ibu dan ayahnya.

" Eh kak Barra udah dateng... Bu.. ibu Agung kak Barra dan kak Dita udah dateng nih.." Sisil keponakannya Barra menyambut kedatangan sepupunya itu dengan hangat dan bahagia. Kedatangan Barra dan Dita memang sudah dinantikan semuanya, apalagi neneknya Barra sudah sangat kangen sekali pada Cucu mantunya itu.

*****

Haii minta dukungannya ya.. Berikan komen, like dan votenya.. Thanks..

Terpopuler

Comments

Mutia Rahma

Mutia Rahma

Semangat thor

2022-08-18

0

sumarti

sumarti

bagus thor lanjutt

2020-11-14

0

Heru Wati

Heru Wati

labour thor

2020-11-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!