"Quinsy, Kamu akan menjadi model untuk mewakili Universitas ini tampil di ajang winter fashion show contest." Ucap Dosen pembimbing modeling Quinsy, yang melihat gadis muda itu telah mengganti high heels nya dengan sepatu. "Kau akan tampil bersama Jessy dan dua model laki-laki lain." Sambungnya lagi dan kemudian meninggalkan Quinsy.
"Baik Miss." Jawab Quinsy kemudian melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil.
"Apakah hari ini kita akan langsung ke perusahaan tempat Nona biasanya kerja?" Tanya supir pribadi Quinsy.
"Kita ke Butik dulu, aku sudah lama tidak memeriksa pekerjaan orang-orang butik."
"Baik Nona!"
Sang supir kini melajukan mobilnya menuju butik milik Quinsy. Sesampainya di sana, Quinsy langsung menuju ruangannya untuk memeriksa laporan mengenai pendapatan dan pengeluaran butik.
"Semuanya baik, aku rasa sudah waktunya untukku ke perusahaan."
......................
Di perusahaannya, Glen tengah menunggu kedatangan Quinsy. Dia tahu bila hari ini gadis itu memiliki dua jadwal. Tapi Apakah mungkin selama ini?
Hal itu membuatnya tidak fokus dalam melakukan apa pun, bahkan beberapa orang yang datang ingin meminta tanda tangan darinya juga terkena luapan emosi dari Glen.
"Permisi Tuan, ini adalah beberapa file mengenai proyek yang baru saja kita dapat, silahkan tandatangani." Ucap seorang pria tua berjas hitam. Dia adalah Mr. Rony, Manager teknik perusahaan Glen
"Letakkan saja di sana! Apakah kau tidak lihat aku sedang sibuk?!"
"Ba..baik Tuan!" Ucap Mr. Rony gagap lalu meletakkan file itu di atas meja kerja Glen.
'Ada apa dengan Tuan hari ini? Dia terlihat sangat gusar.' Batin sang sekretarisnya.
Glen kemudian meraih ponselnya dan menghubungi gadis itu. Dia benar-benar gelisah karena Quinsy belum juga tiba di perusahaannya. Namun, saat Glen menghubungi Quinsy, gadis itu telah lebih dulu mengetuk pintu ruangannya.
"Maaf saya terlambat, saya harus memeriksa butik terlebih dahulu."
"Lain kali beritahu aku dulu!" Ucap Glen dingin, tapi di dalam hatinya merasa begitu bahagia.
"Baik Tuan."
Saat Quinsy ingin duduk di kursinya, Glen tiba-tiba memintanya untuk membuatkan secangkir kopi.
"Buatkan aku kopi! Dalam satu menit kau sudah harus membawakan kopi itu kemari."
"Ta..tapi Tuan.."
"Kau ingin membantahku?!" Tanya Glen memotong ucapan Quinsy.
'Jarak ruangan ini dan pantry membutuhkan waktu sekitar lima menit, belum lagi menunggu mesin pembuat kopi menyeduhkan secangkir kopi, itu pun memerlukan waktu hampir satu menit. Lalu bagaimana caraku untuk kembali kemari dalam waktu satu menit?' Batin Quinsy sebelum mengangguk dan bergegas pergi ke pantry.
Quinsy mulai berlari saat menuju pantry, beruntung gadis itu berkerja menggunakan sepatu, bila tidak, ia yakin akan sangat kesulitan saat berlari. Setelah selesai membuat kopi, Quinsy kembali berlari sambil mengusahakan agar kopi itu tidak tumpah.
Dengan nafas terengah Quinsy tiba di ruangan Jovan namun, sekuat apa pun Quinsy berusaha mempersingkat waktu, tapi tetap saja dia terlambat dan kembali mendapatkan hukuman dari Glen.
"Kau terlambat satu menit empat puluh tujuh detik. Kembali ke pantry dan ambilkan aku segelas air."
"Tapi Tuan, bukankah di ruangan ini tersedia tempat minum khusus?" Tanya Quinsy dengan nada sedikit emosi.
"Ini adalah hukuman untukmu karena telah terlambat. Waktumu tetap sama, bila kau terlambat lagi, aku akan menambah hukumanmu. "
'f*ck!' Batin Quinsy mengumpat, tapi tetap saja dia menuruti ucapan atasannya itu.
Kini Quinsy kembali berlari sekuat tenaga, akhirnya dia tiba di ruangan itu tepat waktu. Tapi kakinya yang sempat terkilir tempo hari, kembali terasa sakit dan membuat langkah Quinsy sedikit terpincang.
Glen yang melihat hal itu mengerutkan kening, dia bertanya-tanya apakah karena berlarian tadi membuat kaki gadis itu menjadi sakit?. 'Lemah!' Gumamnya dalam hati, ia merasa puas karena sudah mengerjai Quinsy yang sudah membuatnya menunggu begitu lama.
Sore harinya, saat sudah waktunya untuk semua karyawan perusahaan pulang, Quinsy pun telah menyelesaikan tugas dan ingin segera kembali pulang. Tapi Glen menahan lengannya kemudian mendudukkan gadis itu ke atas sofa.
Quinsy yang merasa bingung, kemudian bertanya "Ada apa Tuan?"
"Biar kulihat kakimu."
Kemudian Glen menyingkap celana panjang yang dikenakan oleh Quinsy ke atas. Ia melihat pergelangan kaki gadis itu membengkak.
Tuk!!
Glen mengetuk kepala Quinsy dengan jarinya, membuat gadis cantik itu mengaduh kesakitan.
"Apakah kau bodoh? Kenapa tidak mengatakan padaku bila kakimu sedang sakit?"
"Lalu apakah kau akan mendengarkannya?"
Glen pun bangkit dan membawa Quinsy dalam gendongannya. Hal itu dilihat langsung oleh beberapa karyawan yang masih berada di perusahan saat itu.
"Wah...! Ternyata Tuan Glen sangat gantle. Dia membawa Nona Quinsy seperti itu, pasti mereka memiliki hubungan khusus." Bisik salah seorang karyawan yang melihat itu dengan temannya.
Bahkan mereka juga mengabadikan momen itu di ponsel mereka dan membagikannya ke Grup weechat perusahaan.
"Tuan, aku masih bisa berjalan, bisakah kau menurunkanku?" Ucap Quinsy yang merasa tidak nyaman saat ini dan mulai bergerak-gerak resah dalam gendongan Glen. Hal itu membuat Glen menjadi sedikit kesulitan mempertahankan posisi berdirinya.
"Diamlah! Apa kau ingin ku hembuskan kelantai?!"
Mendengar ancaman dari Glen, Quinsy langsung mengeratkan pelukan tangannya di leher pria itu sambil menggeleng cepat.
Glen membawa Quinsy menuju mobilnya sambil masih dengan posisi awal, dia mendudukkan gadis itu di pangkuannya. Mobil melaju menuju Apartemen milik Glen, membuat Quinsy bertanya-tanya mengapa pria itu membawanya kemari.
"Untuk apa kau membawaku kemari?"
Glen tidak menanggapi pertanyaan dari Quinsy, dia terus membawa dalam gendongannya itu ke kamar miliknya. Quinsy sekuat tenaga mencoba meronta agar bisa terlepas dari dendongan pria itu. Tapi usahanya masih sia-sia, tenaga yang dimiliki oleh Glen bukanlah tandingnya.
Glen membuka pintu kamar, lalu mendudukkan Quinsy di atas kursi dapurnya. Pria itu lalu meraih kirbat dan memasukan es kedalamannya. Ia juga membantu Quinsy mengompres pergelangan kakinya yang membengkak.
Quinsy yang awalnya berpikiran negatif tentang Glen, kini telah mengetahui tujuan dari pria itu membawanya kemari. Rupanya Glen hanya ingin membantu mengobati pembengkakan di kakinya.
"Kau duduklah di sini, aku akan membuatkan semangkuk sup untukmu."
'Dia bisa masak? Yang bener aja? Gak yakin gue.' Gumam Quinsy dalam hati.
Tapi matanya terbelalak saat melihat kelincahan tangan pria itu saat menggunakan pisau. Mulut Quinsy hampir saja menganga, ia benar-benar tidak percaya akan apa yang dilihat oleh matanya saat ini.
"Jadi dia beneran bisa masak? ya, ampun...! Kalah dong gue?'
Quinsy seakan terpesona oleh kemahiran yang dimiliki Glen. Baru Quinsy sadari bila ternyata atasannya itu memiliki wajah yang cukup tampan. Pantas saja, banyak wanita yang menggilainya di hapus waktu itu.
BERSAMBUNG...
♡Jngan lupa untuk selalu like dan favoritnya ya...😄😄♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments