Empat gadis itu pun menemani Quinsy pergi ke cafe milik Sonya. Sesampainya mereka di sana Sonya lalu mengatakan apa saja yang harus dilakukan oleh Quinsy.
"Jadi tugas kamu di sini cuman antar makanan dan minuman yang diminta sama pelanggan, selebihnya biar orang lain yang mengerjakn." Ucap sonya, memberitahukan tugas yang akan Quinsy lakukan. Gadis itu mengangguk paham akan perkataan dari sahabat barunya itu. Quinsy pun memulai pekerjaan barunya di cafe milik Sonya.
"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku masih ada pemotretan untuk sampul majalah remaja." Ucap Jessy, dan meninggalkan Emy serta Sonya yang tengah asik berbincang di ruang pribadi milik Sonya.
Seperti yang direncanakan oleh Glen, sore ini dia kembali ke cafe milik Sonya untuk menemui si gadis misteriusnya. Dan benar saja, gadis manis itu nampak tengah sibuk melayani pelanggan cafe yang cukup ramai hari ini.
Dengan senyum sinis, Glen melangkah menuju salah satu meja kosong di cafe itu dan meulai memesan makanan. Saat pelayan lain menghampirinya, Glen berkata bila ia hanya mau dilayani oleh wanita yang tidak memakai seragam di sana, tunjuknya pada Quinsy.
Pelayan itu pun mengangguk dan menghampiri Quinsy. "Hei, orang yang di sana memintamu untuk melayaninya dan menolak pelayan lain. Segeralah kesana sebelum dia marah padamu." Ucapnya sambil menujuk ke arah Glen yang tengah menatap mereka berdua.
Quinsy memandang ke arah orang yang ditunjuk oleh karyawan sahabatnya Sonya. Rupanya, orang yang di maksut pelayan tadi adalah lelaki kurang ajar yang tiba-tiba menciumnya kemarin.
Ingin rasanya Quinsy menolak namun, demi janjinya pada Sonya, dengan enggan Quinsy melangkah menuju tempat laki-laki itu duduk. Dengan senyum yang dibuat seramah mungkin oleh Quinsy, dia menyapa pria di depannya itu.
"selamat sore Tuan, mau pesan apa?"
Glen tak langsung menjawab pertanyaan dari gadis manis dihadapannya kini namun, ia justru asik menelisik penampilan Quinsy dari atas hingga bawah, membuat gadis cantik itu jengkel setengah mati di buatnya. Andaikan saja ia tak sedang menjalani profesinya sebagai seorang pelayan, mungkin Quinsy sudah membuat kedua bola mata lelki itu buta.
"Maaf tuan apa ada yang mau anda pesan? Bila tidak, saya masih harus kembali berkerja." Quinsy masih mencoba sopan.
"Bagai mana bila aku menginginkan kamu? Berapa harga tubuhmu?"
Pertanyaan ambigu yang diucapkan oleh Glen sungguh membuat Quinsy benar-benar emosi. Gadis itu kemudian menjawab dengan nada pelan namun jelas sangat kasar.
"Oh begitukah? Kalau begitu, berapa kira-kira harga wanita yang telah melahirkan lelaki tak bermoral seperti Anda?"
"Kau! Kau benar-benar ingin mencari masalah denganku? Apakah kau tahu siapa aku?"
"Saya rasa, Anda tidaklah sepenting itu, higga saya harus mengenali Anda." Ucapnya ingin pergi meninggalkan Glen namun, kembali membalikan tubuh dan berkata "Lain kali, bila anda tak mampu membayar makanan di tempat ini, maka jangan berpura-pura untuk memintaku melayanimu sebagai alasan."
Saat Quinsy benar-benar berbalik, lelaki itu memegang pergelangan tangan Quinsy dengan erat. Tatapan matanya menunjukan emosi yang membara atas ucapan dari gadis dihadapannya itu.
"Aku memsan semua yang ada di tempat ini. Se-mu-a-nya!" Ucap Glen dengan nada sombongnya.
"Baiklah, mohon tunggu."
Glen melepaskan cengkraman tangannya dan membiarkan Quinsy meninggalkannya. Tak lama kemudian, beberapa pelayan nampak membawa semua menu yang ada di cafe itu. Quinsy pun membawakan minuman dan desseret yang ada di menu.
Dan lagi-lagi Glen menahan kepergian gadis manis itu, ia menarik pinggang Quinsy hingga terduduk dipangkuannya.
"Temani aku makan, bila kamu mampu menghabiskan seluruh makanan yang ada di atas meja ini, aku akan membayarnya sepuluh kali lipat."
Quinsy sekuat tenaga meronta ingin bangkit dari posisi yang sangat tidak mengenakan saat ini namun, tenaganya kalah kuat dengan lengan kekar yang dimiliki oleh seorang Glen. Akhirnya gadis manis itu hanya mampu menurut dan mulai memakan makanan di sana.
Glen sangat senang melihat ekspresi wajah Quinsy yang terlihat menggemaskan di matanya. 'Kau sungguh wanita yang berbeda. Tunggulah, aku akan segera mendapatkanmu' batin Glen.
hampir seluruh hidangan telah masuk ke dalam perut langsing Quinsy, membuat gadis itu merasa sulit bergerak. Glen tersenyum puas melihat kesengsaraan di wajah Quinsy yang hampir memuntahkan makanan dari mulutnya akibat kekenyangan.
"Baiklah, aku rasa cukup untuk hari ini. Besok, aku ingin kamu menemani aku makan seperti saat ini."
Lelaki itu kemudian bangkit dan membayar seluruh makanan sesuai janjinya. Quinsy segera bangkit dan menuju ruang pribadi milik Sonya. Di sana, dia kemudian merebahkan dirinya karena merasa sesak akan makanan yang telah memenuhi perutnya saat ini.
"Apa yang terjadi Qunsy? Apakah kau sakit? Kau terlihat sangat lelah," tanya Emy dengan penuh kehawatiran.
"Aku baik-baik saja Emy, hanya saja pria brengs*k itu menyuruhku untuk menghabiskan seluruh makanan yang ada di cafe ini." Ucap Quinsy dengan mendudukan tubuhnya pada sofa yang semula dijadikan tempat berbaringnya.
"Pria brengs*k? Siapa?" Emy kembali bertanya.
"Lelaki yang tadi kalian bicarakan di kampus. Aku rasa dia memang orang yang kurang waras!" Ia sangat kesal dengan perbuatan Glen yang terlalu sok bossy menurutnya.
"Apakah Glen Jhonsson Hawerth maksudmu?"
"Ya Sonya." Ucap Quinsy sebelum berlari ketoilet dan memuntahkan makanan di westafel.
"Astaga! Quinsy!" Pekik Emy dan Sonya bersamaan kemudian menyusul Quinsy ke toilet.
Dalam sebuah gedung pencakar langit Jessy yang tengah melakukan sesi pemotretan akhirnya bisa pulang. Sebenarnya walaupun dia tak lagi menjadi model, gadis cantik itu masih bisa mencukupi kehidupannya. Dia bukan terlahir dari keluarga yang tidak mampu.
Pekerjaan ini dilakukannya semata-mata hanya sebagai pelarian, untuk menghibur dirinya yang bosan akan pertengkaran kedua orang tuanya. Bahkan, Jessy tak lagi tinggal bersama mereka, dia tinggal dalam filla pribadi keluarganya. Gadis itu hanya akan sekali-kali mengunjungi Adiknya di rumah utama, kemudian kembali ke Fillanya.
Dalam perjalanan pulang, ban mobilnya mengalami kebocoran. Sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 11.00 malam. Hingga akan sangat sulit untuk mencari tumpangan di waktu itu.
Beruntunglah, ada sebuah mobil mewah yang menepi dan pemiliknya menawarkan tumpangan padanya. Tanpa ragu Jessy menaiki mobil yang membantunya itu. Rupanya sang pemilik mobil adalah seorang pria muda tampan.
"Di mana alamat rumahmu?" Tanya lelaki itu dengan tetap fokus pada jalanan.
"Di filla XXX jalan XX." Jawap Jessy sedikit gugup. Untuk pertama kali, jantungnya berdebar kala berdua dengan seorang lelaki.
Mobil tiba di tujuan, sang pemilik mobil itu melihat kesebelahnya. Rupanya, gadis yang menumpang di mobilnya itu telah tertidur pulas. Saat ia ingin membangunkan gadis itu, mata cantik yang semula terpejam rapat mulai mengerjap dan menampakkan bola mata hijau yang cantik.
"Emh..." lenguhan yang keluar dari bibir gadis muda itu terdengar sangat seksy. Bohong bila itu tak menggoda pria di sampingnya namun, dengan cepat ia menepis fikiran kotor dari otaknya.
"Ah maaf, aku tertidur. Kalau begitu terimakasih Tuan, selamat malam." Jessy kemudian turun dan meninggalkan pria itu di dalam mobil.
Mobil pun kembali melaju meningglkan halaman Filla tempat tinggal sang gadis muda cantik.
BERSAMBUNG...
♡Thank's For readers yang udah mau ikutin novel aku...😊
Aku do'akan semoga kalian selalu bahagia selamanya...😄
Tolong bantu aku dengan like, vaforit dan komen ya...🙇
I love you all...😉😉♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Maya Sari
bukan filla tapi villa
2023-10-01
0
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-03
0