Sore hari saat Quinsy pulang ke rumahnya, terdengar kehebohan di dalam. Sepertinya baby princess mereka saat ini sedang rewel dan membuat kedua orang tuanya kebingungan.
"Kenapa dia Kak? Kok tumben rewel sore ini?" Tanya Quinsy pada Maya.
"Kayanya mau numbuh gigi lagi deh Sy, mana malam ini Kakak kamu minta di temenin ke acara amal lagi. Kalo Laura rewel gini, mana mungkin Kakak bisa ninggalin dia?" Jelas Maya pada Quinsy yang merasa kasihan pada putri kecilnya.
"Kakak tenang aja, biar aku yang pergi sama Kak Miguel."
"Kamu serius? Bukannya kamu paling gak suka pergi keacara yang begituan ya?"
Quinsy tersenyum lalu menjawab "Demi princess kecil ini, Quinsy gak masalah."
"Kalo gitu makasih ya Sy, dan gaunmu?"
"Nanti Quinsy sendiri yang pilih di butik. Oh ya, Kak Miguel mana?" Tanya gadis itu sambil celingukan mencari keberadaan sang Kakak.
"Dia tadi kebalkon buat nerima panggilan." Jawab Maya dan diangguki oleh Quinsy.
Saat baby Laura sudah tertidur Quinsy keluar dari kamar Kakaknya, dan menelfon Manajer butiknya untuk membawakan gaun yang akan dikenakannya malam ini. Gaun yang akan ia kenakan adalah batik dari Indonesia, karya sang Kakak ipar.
Sekitar pukul 18.00 seseorang mengantarkan gaun yang dimintanya ke kediaman Karren. Quinsy membawa gaun itu ke kamarnya dan mulai berhias.
Saat tengah sibuk berhias, ponsel gadis itu berdering. Rupanya itu adalah panggilan dari Glen. Pria itu berniat untuk menjemput Quinsy kerumah, tapi segera ditolak oleh gadis itu dengan alasan dia akan datang bersama suaminya ke acara itu.
Glen, yang tidak percaya bila Quinsy telah memiliki suami membiarkan saja gadis itu datang bersama orang lain. Dengan syarat, bila gadis itu akan bersamanya di acara itu nanti. Quinsy pun setuju, lalu mengakhiri panggilan tersebut.
Setelah hampir satu jam Quinsy bergelut dengan alat make upnya, akhirnya gadis berusia sembilan belas tahun itu kini berubah menjadi wanita dewasa. Dengan gaun batik bergaya moderen yang dikenakannya, Quinsy nampak sangat mempesona.
Tubuh tinggi langsing yang dimiliki oleh gadis itu membuat penampilannya makin sempurna. Kulit kuning langsat yang berciri khas Indonesia, begitu menyatu dengan gaun yang ia kenakan saat ini.
"Wah... Adek, Kakak, malam ini cantik banget." Puji Maya pada Quinsy. Miguel, menatap kearah sang adik lalu mengerutkan keningnya.
"Kau ini mau ke acara lelang, atau kepameran tubuh? Pakaian yang kamu pakai ini kekurangan bahan banget." Protes Miguel melihat gaun Quinsy yang memang sedikit terbuka di bagian dada dan paha.
"Ish, kamu ini! Seorang model emang dituntut buat promosikan suatu karya desain. Apalagi diakan punya butik sendiri, jadi promo itu harus dong, biar orang jadi tertarik. Lagiankan gaun yang dipakai sama Quinsy ini hasil karyaku." Omel Maya pada suaminya.
Miguel hanya bisa diam bila sang istri sudah angkat suara. Terkadang dia sendiri bahkan bingung, sebenarnya siapa yang kakak kandung dan kakak ipar Quinsy. Mengapa adik dan istrinya lebih saling mendukung, ketimbang dia dan sang adik.
"Ok, ok... Kita akan terlambat, kalau terus berdebat. Ayo, aku udah gak sabar." Ucap Quinsy yang menggandeng lengan kakaknya menuju mobil.
Bila orang yang tidak mengenal mereka, pasti akan berfikir bila kedua orang itu adalah pasangan yang serasi. Sebab Miguel walaupun sudah berusia kepala tiga dan memiliki seorang putri, dia tetap terlihat tampan. Begitu pula Quinsy malam ini, make up yang dikenakannya membuat gadis itu terlihat lebih dewasa dalam balutan gaunnya malam ini.
Kedatangan keduanya mendapatkan sorotan tajam dari seseorang. Tatapan matanya seolah-olah ingin menguliti Quinsy saat itu juga. Bukan hanya karena dia benar-benar datang dengan seorang pria yang nampak begitu mesra dengannya. Tapi juga karena gadis itu mengenakan gaun yang begitu terbuka hingga membuat beberapa bagian tubuhnya menjadi tontonan gratis para pria lain disana.
Dengan geram, Glen menghampiri kedua kakak beradik itu. Berpura-pura menyapa mereka seakan-akan tidak saling mengenal sebelumnya.
"Selamat Malam Tuan Karren. Senang melihatmu di acaraku malam ini." Ucap Geln pada Miguel sambil mengulurkan tangannya.
Miguel menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum senang. Bagaimana tidak, seorang yang amat penting dan nomor satu di kota New York saat ini sedang menyapanya.
"Selamat malam Tuan Hamworth, tentu saja saya akan menghadiri acara yang begitu luar biasa ini."
"Dan apakah ini istri anda? Dia begitu... mempesona malam ini." Ucap Glen sambil memberikan tatapan tajam pada Quinsy. Miguel tertawa dengan ucapan Glen, dia tidak tau bila orang dihadapannya saat ini tengah menahan emosi pada sang adik.
Ada dua hal yang membuat emosinya seakan meledak saat ini, pertama karena kebahagiaan dan kedua, karena kemarahan. Dia bahagia mengetahui kalau dugaannya benar, bila Quinsy masih belum bersuamikan siapapun. Tapi dia juga emosi, karena gadis itu datang tidak mengenakan dress yang di belinya, justru mengenakan gaun yang tidak suka dilihatnya.
Bukan karena motifnya ataupun karena jenis kain dan merek dari gaun tersebut. Melainkan karena keindahan tubuh gadis itu yang tidak rela ia bagikan dengan pria lain.
"Hahaha... Dia adik bungsuku Tuan, namanya Karren La Quinsy. Dia menemaniku karena istriku harus menjaga putri kecil Kami yang akan tumbuh gigi keduanya."
"Oh, begitukah? Dan bolehkah aku membawa adik Anda ini dulu?" Tanya Glen berbasa basi pada Miguel sambil tersenyum ramah Yang membuat Miguel sulit untuk menolaknya.
"Tentu Tuan." Miguel pun menyerahkan Quinsy pada Glen. Glen kemudian membawa Quinsy ke lantai atas.
Sesuai janjinya, malam ini Quinsy menemani Glen di acara tersebut hingga akhir. Kedua orang itu mendapatkan banyak sorotan dari beberapa orang. Terutama yang terpesona akan kecantikan yang dimiliki oleh gadis muda disamping Glen saat ini.
Hal itu kian membuat Glen makin geram, dia melepaskan jas yang dikenakannya lalu memberikan itu pada Quinsy. Bahkan Glen juga merengkuh mesra pinggang gadis itu untuk menunjukkan bila ialah sang pemilik gadis di sampingnya saat ini.
Perlakuan Glen tentu saja membuat Quinsy merasa risih. Gadis itu berulang kali mencoba menepis lengan Glen dari pinggangnya namun, pria itu tetap melakukannya, bahkan kini makin erat merengkuh pinggang ramping Quinsy.
"Kau gila? Semua orang melihat kita." Bisik Quinsy pada Glen.
"Siapa suruh kamu mengenakan gaun yang memamerkan bentuk tubuhmu. Kemana dress yang kupilihkan tadi?" Jawab Glen ikut berbisik.
Dengan wajah masam Quinsy menjawab seenaknya "Kubuang!". Sontak saja hal itu membuat Glen menghentikan langkahnya kemudian menatap horor pada Quinsy.
"Apa? Apa kau merasa rugi karena telah membelinya? Tenang saja, aku akan menggantikan uangmu."
Glen tersenyum miring saat mendengar ucapan Quinsy. Gadis manis di hadapannya itu ternyata memiliki sifat angkuh juga. Glen makin tertarik untuk mendapatkannya, terlintas sebuah ide untuk membuat gadis itu selalu berada di sisinya.
"Oh benarkah? Tapi itu tidak perlu, sebab aku tidaklah kekurangan apapun. Hanya saja Kakak sekaligus suamimu itu tidak bertanggung jawab pada adiknya ya?"
"Apa maksutmu?" Tanya Quinsy sambil menatap nyalang pada pria di sampingnya itu.
BERSAMBUNG....
♡Hello gais...ini novel aku yang kedua.
sory ya kalau kurang memuaskan ceritanya...
aku harap kalian mau memberikan saran agar aku makin termotifasi
jangan lupa kunjungi novel-novel aku yang lain ya?
ada yang berjudul Cold hearted a girl,what's wrong with my bos? dan istri masadepanku yang pastinya ga kalah seru.♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2023-07-03
0