"Hey Quinsy! Hari ini kita jadi kan ke kafe ku? Aku punya menu baru di sana. Aku mau dengar pendapat kalian mengenai menu yang baru aku buat itu." Ucap Sonya penuh kegirangan, dia yang memang memiliki cafe pribadi sering mencoba membuat menu baru.
"Em tentu saja, tapi aku harus menyelesaikan tugas dari Mr. Arnold dulu."
"Tugas? Tugas apa? Bukankah kita hari ini tidak mendapatkan tugas apapun?" Dengan wajah mengkerut Emy berujar. Dia tidak ingat sekalipun bila tadi Mr. Arnold memberikan tugas.
"Memang tidak, hanya saja Mr. Arnold memintaku untuk mengumpulkan lembar kertas yang berserakan pagi tadi akibat kecerobohanku," jawap Quinsy dengan wajah kecut. Gadis itu lalu menceritakan kejadian yang menimpanya pagi tadi.
Saat Quinsy datang pagi ini dia tidak sengaja bertemu dengan Mr. Arnold. Dosen pembimbing yang berwajah tampan dan berkarisma. Quinsy yang buru-buru ingin ketoilet tidak sengaja menabrak Mr. Arnold yang baru saja hendak keluar dari ruangannya. Hingga kertas-kertas yang dibawa pria itu berserakan dan memenuhi ruang kantornya. Hingga Quinsy ditugaskan datang keruangan lelaki itu, untuk merapikan semua kekacauan yang telah dilakukan sang gadis berparas cantik tersebut.
"Oh, tak apa, kami akan menunggu. Lagipula kamipun dapat membantu, lumyan bisa melihat wajah tampan Mr. Arnold." Ucap Emy sambil membayangkan wajah tampan Dosen pembimbing jurusan mereka.
"Ya benar! walaupun Mr. Arnold orangnya dingin namun, dia tetap tampan," sambung Sonya kemudian.
"Baiklah bila kalian mau membantuku, tentu aku sangat senang."
Keempat gadis itu lalu menuju ruangan Mr. Arnold, dan benar saja wajah dingin yang tampannya telah menunggu di meja kerjanya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya lelaki itu sambil menatap tajam pada tiga teman Quinsy.
"Maaf Pak, mereka datang untuk membantu saya." Jelas Quinsy cepat, karena takut dengan tatapan dari lelaki dingin dihadapannya kini.
"Oh, baguslah! Kalian berempat bersihkan ruangan ini hingga tidak ada satu debupun yang tersisa!" Titah Mr. Arnold pada empat gadis dihadapannya yang tertunduk tidak berani menatap matanya, yang bagaikan ribuan jarum menusuk hingga ke jantung setiap orang yang ditatapnya.
"Tapi Pak, bukankah Bapak bilang bila saya hanya harus merapikan kertas yang berserakan pagi tadi?" Tanya Quinsy tanpa sengaja menatap mata sang lelaki yang kini melebarkan bola matanya akibat pertanyaan tersebut.
"Itu tugasmu bila kamu sendiri tapi, karna kini kamu sudah membawa pasukan, maka sekalianlah kalian membersihkan ruangan saya, untuk meringankan tugas pekerja kebersihan di kampus ini." Ucap lelaki itu dan berlalu melawti emapt orang gadis dihadapannya. Namun, sebelum dia benar-banar meninggalkan mereka Mr. Arnold berbalik dan berkata "Jangan harap kalian pulang sebelum semuanya bersih. Jangan kira saya tidak mengetahui kalian berbuat curang, karena saya telah memasang kamera pengawas di ruangan ini."
"Ah sial! Betapa menjengkelkannya orang itu."
"Maaf ini semua salahku, kalian bisa pergi dulu, aku akan menyelesaikan semuanya sendiri." Ucap Quinsy dengan nada memelas.
Jessy mendekat dan merangkul bahu temannya itu, ia menyadari Quinsy pasti merasa tidak nyaman akibat gerutuannya. "Oh ayolah, bukankah ini kemauan kami sendiri? Jadi tidak perlu meminta maaf. Sebaiknya kita segera menyelesaikan semuanya agar kitapun lekas pulang."
Didalam mobil mewahnya Mr. Arnold memandangi layar tab ditangannya. Pria itu sedang melihat keempat gadis cantik yang tengah membersihkan ruangan miliknya. Mata lelaki itu tak lepas dari seorang gadis cantik yang memiliki keunikan di antara yang lain. Dia adalah Quinsy, gadis berkulit kuning langsat khas negaranya itu telah memikat hati sang Dosen sejak pertama kali Dosen itu mengajar di kelas mereka.
Senyum ramah dan sifat ceria yang dimiliki Quinsy, memang mampu menggoda lelaki manapun tak terkecuali sang Dosen muda yang belum memiliki pasangan hingga kini.
"Karren La Quinsy, kamu gadis yang berbeda," gumam Mr. Arnold dari jok blakang supir.
Hampir dua jam lamanya empat orang gadis itu mengerjakan tugas mereka, hingga kini merekapun telah berada di cafe milik Sonya. Mereka tiba di cafe tersebut saat matahari telah tenggelam sepenuhnya. Mungkin waktu telah berada di pukul tujuh malam.
Sang gadis cantik berambut coklat itu pun membawa desrt baru buatannya, untuk dicoba oleh para sahabat. Dengan mata berbinar dia menyodorkan kreasi barunya itu.
Quinsy, Emy dan Jessy langsung melahap hidangan yang telah disuguhkan oleh Sonya.
"Bagai mana? Apakah enak?"
"Em, ini sangat enak Sonya! Kau sangat berbakat dalam bidang ini." Puji Quinsy pada temannya itu.
"Not bad." Jessy berujar datar.
"Ok, aku harap setelah ini tidak ada orang yang akan keracunan karena makanan buatanmu ya Sonya?" Gurau Emy yang membuat wajah Sonya mengkerut masam.
"Oh ya Quinsy, bukankah kamu memiliki butik di sini? Siapakah perancang busana di butikmu?" Tanya Jessy.
"Aku mendapat sponsor dari istri kakak pertamaku. Dia adalah seorang disainer kondang di Indonesia." Jawab Quinsy sambil terus melahap hidangan yang disajikan oleh Sonya.
"Hei, kalian juga harus mencicipi minuman ini. Aku mencampurkan beberapa bahan dan kurasa rasanya lumayan enak." Sonya kembali dengan membawa minuman yang mengandung alkohol di tangannya.
"Nice! Aku rasa kamu semakin hebat Sonya." Kini giliran Jessy yang memberikan komentar positif. Jessy memanglah seorang model, dia sangat menyukai minuman sejenis yang dibuat oleh Sonya.
"Apakah ini beralkohol?" Tanya Quinsy dengan polosnya.
"Tentu saja sayang, kau pikir ini air laut?" Gurau Emy yang membuat gelak tawa pada teman-temannya yang lain.
"Apakah kamu tidak pernah meminum alkohol sebelumnya Quinsy?" Tanya Jessy cemas.
"Tidak, aku sering meminumnya sedikit ketika ada acara di Perusahaan atau sedang berada di pesta para anggota keluarga. Yah... kau tau, hanya sekedar menghargai orang yang memberikannya padaku."
"Lalu kenapa kamu terlihat gugup sekarang?" Tanya Sonya yang melihat gelagat Quinsy. Temannya ini nampak seperti enggan untuk mencicipi minuman beralkohol itu. Quinsy tersenyum lalu menenggak habis minuman dalam gelas tersebut.
"Tidak apa! Hanya saja, aku adalah peminum yang buruk. Aku sangat mudah mabuk walau hanya meminum sedikit alkohol. Hahaha" Ucap Quinsy dengan wajah yang sudah memerah bak udang rebus.
"Kalau begitu, jangan kita biarkan teman kita mabuk sendiri. Itu tidaklah adil untuknya." Ucap Emy kemudian menenggak minumannya hingga tandas pula.
Ke empat gadis itu menikmati minumannya hingga benar-bebar mabuk. Jessylah satu-satunya yang masih normal di sana. Sebab Jessy sudah terbiasa meminum minuman tersebut hingga, bila hanya sekedar satu atau dua botol alkoholpun gadis itu tidak akan terpengaruh.
Tak jauh dari tempat empat gadis itu menikmati minumannya, duduklah sekelompok peria dan wanita yang juga tengah mengadakan pesta kecil. Orang-orang itu nampaknya adalah pekerja kantoran. Terlihat dari pakaian casual yang mereka kenakan.
Di antara para orang-orang tersebut ada seorang pria tampan yang duduk diposisi paling tengah. Pria itu berwajah tampan dengan bibir pink alami tengah menikmati minumannya. Hanya dia seorang yang datang tanpa pasangan. Entah apakah dia memang belum memilikinya, atau sengaja tak membawa pasangannya ketempat ini.
Ketampanan pria itu memunculkan ide dipikiran Sonya. Gadis itupun mencetuskan idenya pada salah seorang temannya.
"Quinsy, kau lihat pria tampan di sana?" tunjuknya pada sang pemuda yang nampak duduk menikmati minumannya sambil bercengkrama dan sesekali melirik kearah mereka. "Bagai mana kalau kita taruhan? Bila kamu mampu berjalan kearah lelaki itu dan kembali lagi kemari tanpa terjatuh, maka aku akan memberikan cafe ini padamu! Namun, bila terjatuh, maka kamu harus menjadi pelayan di cafe ini selama seminggu."
Quinsi yang posisi duduknya sedang membelakangi tempat lelaki yang dimaksud oleh temannya itu menoleh sepintas kemudian berkata "Baiklah! Bersiaplah kehilangam kafemu ini, Sonya."
Sedangkan di meja lain, lelaki yang tidak tahu bila dirinya menjadi bahan taruhan dua orang gadis pun tengah melakukan taruhan. Temannya yang melihat dia tak memiliki pasangan menganggap bila lelaki itu tidak normal. Dan untuk membuktikan kenormalannya, dia harus mencium seorang gadis yang tengah berjalan menuju ke arah mereka.
Saat Quinsy melangkah hati-hati berusaha agar tidak terjatuh, sang lelaki tersebut bangun dari duduknya dan menghampiri Quinsy. Akibat alkohol yang diminumnya, Quinsy harus berusaha keras menyeimbangkan langkah agar tidak terjatuh dan kalah taruhan namun, tanpa dia duga lelaki yang tidak dikenalnya itu mencium bibir Quinsy dihadapan semua orang.
Quinsy yang tidak siap dengan serangan dadakan yang didapatnya, kemudian limbung saat sang lelaki melepaskan ciumannya. Alhasil, gadis itupun terduduk di lantai sambil memegangi bibirnya yang kebas akibat ciuman tersebut.
Lelaki yang merasa telah memenangkan taruhan dan sudah membuktikan bila dirinya masih normal itupun kembali duduk. Saat bokongnya baru menempel di atas sofa, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
Tatapan tajam didapatnya dari orang yang telah menampar dirinya. Orang itu tidak lain adalah Quinsy, gadis yang baru saja mendapatkam ciuman dadakan dari seorang lelaki asing.
Usai menampar pria brengs*k itu, Quinsy kembali menuju teman-temannya yang terlihat takjub akan pemandangan unik, suguhan dari Quinsy dan seorang pria tampan. Gadis itu kemudian menyambar tasnya dan memilih pulang.
Kepergian Quinsy yang tiba-tiba membuat para sahabatnya gelagapan. Mereka pikir Quinsy marah akibat kejadian tadi.
"Quinsy, maaf, karena aku kamu dilecehkan. Aku benar-benar menyesal." Sonya berujar sambil memegangi tangan Quinsy dengan erat. Bagaimanapun hal itu terjadi karena dia mengajak taruhan sang sahabat.
"Apakah kamu baik-baik saja Quinsy? Apa kamu tidak terluka?" Emy mersa hawatir pada temannya itu.
"Aku baik-baik saja. Tidak perlu risau dengan keadaanku. Ini sudah terlalu larut malam, Kakaku akan mencariku bila aku tak segera pulang." Jelas Quinsy pada tiga temannya itu, yang sukses membuat hati mereka lega. "Aku akan melunasi taruhannya besok."
"Oh ayolah Quinsy, kamu tidak perlu melakukan itu. Kamu sudah dirugikan dalam hal ini." Ucap Sonya yang terdengar bersalah.
"Tidak Sonya! Aku keturunan Karren tidak akan melanggar janjinya." Setelah berucap denikian gadis itupun berlalu meninggalkan cafe, tempat para sahabatnya itu dan pulang bersama supir yang tengah menunggunya.
BERSAMBUNG....
♡Gimana guys...seru gak?
Nantikan episode selanjutnya ya...
jangan lupa kunjungi karyaku yang lain tinggal tag aku aja.
salam sayang dari
^^^NAZUA MUGHOZA♡^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trussukses
2023-07-03
1
Sophia Aya
keren thor
2023-07-03
0