Di Perusahaannya, CEO Glen tengah menghadiri rapat dengan para staf. Hari ini suasana hatinya tengah buruk, dan semua orang di ruangan itu terkena dampaknya.
"Kalian ini bisa berkerja tidak! Apakah gajih besar yang ku berikan untuk kalian hanya untuk mengerjakan sampah sampah ini!" Teriak Glen pada bawahan di Perusahaannya.
Semua orang tertunduk, tidak ada satupun di antara mereka yang berani menatap wajah Glen. Entah mengapa hari ini Presdir mereka kembali mengamuk, setelah beberapa hari terakhir kondisi emosionalnya membaik.
"Cepat bawa pergi semua sampah ini! Bila besok masih tidak ada kemajuan, maka cepat kemasi barang kalian!"
"Baik Presdir!" Ucap semua orang serempak dan meninggalkan ruangan itu bersamaan. Glen kembali duduk di kursinya,mengambil ponsel, lalu menghubungi seseorang.
"Bagaimana? Apakah sudah ada informasi tentang gadis itu?"
"Maaf Tuan, tapi kali ini kami masih belum bisa menemukan apapun tentang wanita itu selain dia hanyalah seorang mahasiswi di Universitas yang berada di bawah naungan keluarga Hamsworth." Ucap seseorang yang diperintahkan oleh Glen untuk mencari informasi mengenai Quinsy.
"Benarkah? Bagus! Terus awasi dia, cari tahu siapa lelaki dan anak kecil yang bersamanya tempo hari."
"Baik Tuan!" Glen mengakhiri panggilan, ia memiliki rencana untuk esok hari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini Quinsy merasa kurang enak badan, jadi Maya menyuruhnya untuk beristirahat saja di rumah hari ini. Quinsy menuruti ucapan Kakak iparnya itu sebab, kepalanya terasa sangat pening.
Mungkin Quinsy terlalu kelelahan, tentu saja itu disebabkan karena beberapa hari terakhir ini dia tidak ada waktu untuk beristirahat. Waktunya tiga kali lebih padat dari sebelumnya, sebab ia harus menjadi pelayan paruh waktu di Cafe milik sahabatnya.
Usai meminum obat yang diberikan oleh dokter, Quinsy segera berbaring dan mulai memejamkan matanya. Hari ini Quinsy benar-benar berniat untuk menghabiskan waktunya berada di rumah. Hingga ia teringat akan satu hal penting yang belum dilakukannya.
'Astaga, gue lupa kasih kabar ke Sonya kalo hari ini gue gak datang ke cafenya dulu' batin Quinsy, lalu meraih ponselnya dari atas nakas dan menghubungi sahabatnya itu.
"Hai my dear, kenapa hari kamu terlambat? Apakah kamu baik-baik saja?"
"Aku baik, hanya saja sedikit pusing. Maaf untuk hari ini aku tidak bisa datang ke cafemu dulu."
"Tak apa, kau istirahatlah dulu. Bukankah sudah kukatakan untuk tidak perlu melakukan hal itu? Kau sungguh keras kepala."
Quinsy terkekeh kecil mendengar omelan dari sahabatnya itu, ia masih mengatakan hal yang sama. "hehehe... Tidak Sonya, bukankah sudah kukatakan bila keturunan Karren tidak akan mengingkari janji?"
"ya...ya...ya, terserah apa katamu. Baiklah pergilah beristirahat dan lekaslah sembuh, aku akan memberitahukan pada Dosen bila hari ini kamu sedang sakit."
"Ok, terima kasih Sonya."
Panggilan diakhiri, Quinsy kini benar-benar memejamkan matanya dan menuju alam mimpi. Gadis manis itu tertidur diatas ranjang empuknya seperti seorang putri tidur dalam negeri dongeng.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedangkan di Universitas tempat Quinsy dan ketiga sahabatnya berkuliah, hari ini digemparkan oleh kedatangan dosen pembimbing baru. Sang Dosen tampan yang sudah sangat terkenal di Negara New York ini, adalah seorang pembisnis terkemuka. Entah mengapa orang nomor satu di kota New York saat ini mau menjadi tenaga pengajar di sebuah Universitas seperti saat ini.
Kehadiran sang Dosen tampan tentu saja membuat seluruh mahasiswi wanita di Universitas itu gempar. Bagaimana tidak, bila Dosen muda yang memiliki kekayaan dan kekuasaan tak terbatas saat ini berada di hadapan mereka.
Semua gadis itu pun berlomba-lomba untuk mencuri perhatian pada sang dosen tampan. Dari dimulainya mata kuliah hingga telah berakhir, Dosen muda itu telah mendapatkan beragam macam godaan dari para mahasiswinya.
Mulai dari yang mainkan rambut sambil mengerlingkan mata, menggigit bibir bawah dan seakan mengucapkan kata-kata intim, hingga ada yang membuka kemeja mereka untuk memperlihatkan bagian dada yang mereka miliki.
Namun sayangnya, sang Dosen seperti tidak tertarik sama sekali pada apapun yang mereka lakukan. Wajahnya tetap datar dan fokus memberikan penjelasan tentang materi yang akan diberikannya hari ini.
Di antara sekian banyak mahasiswi yang menghadiri pertemuan kali ini dengannya, Dosen itu tidak mendapati gadis yang menjadi alasannya datang ke Universitas ini. Matanya terus menyisir ruangan itu, berharap ia akan menemukan gadis yang membuatnya sangat penasaran. Hingga membuat seorang Glen Jhonsson Hamworth rela menjadi seorang dosen ditengah kesibukannya.
Sayang sekali, kehadirannya kali ini sia-sia. Gadis itu tidak berada di kelasnya, hanya beberapa teman dekat dari gadis itu yang dikenali oleh Glen ternyata juga mengambil jurusan yang sama. Glen terus memberikan materi yang disampaikannya dengan setengah hati.
"Bukankah itu Glen Jhonsson Hamworth? Mengapa dia menjadi Dosen di sini?" Bisik Emy pada Sonya.
"Entahlah, mungkin dia sedang iseng," jawab Sonya ikut berbisik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi yang baru, awal yang baru ,keadaan Quinsy setelah beristirahat seharian kemarin kini telah membaik. Iapun sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasanya. Berhubung hari ini tidak ada jadwal pagi, Quinsy memutuskan untuk mengunjungi butik miliknya.
Di perjalanan, tiba-tiba ban mobilnya mengalami kebocoran. Quinsy yang tidak bisa menggantikan ban mobilnya, memutuskan untuk memanggil mobil derek dan mencari taksi. Sayangnya, jalur yang dia lewati saat ini memanglah sulit untuk mendapatkan taksi yang diinginkan. Terpaksa Quinsy berjalan kaki lebih dulu untuk mencari sebuah taksi.
Tak berapa lama muncul sebuah mobil putih lalu berhenti dihadapan Quinsy. Dari dalam mobil turun seorang pria muda seumuran dengannya. Pria itu menghampiri Quinsy lalu menawarkan bantuan untuk gadis manis itu.
"Anggap saja, ini adalah permintaan maafku untuk tempo hari"
"Baiklah, kalau kau memaksa. Antarkan aku menuju butik KLQ dijalan Bc. Bisa?"
Pemuda itu mengangguk antusias dan membukakan pintu untuk Quinsy. Keduanya menaiki mobil dan menuju tempat yang disebutkan oleh Quinsy tadi. Sepanjang perjalanan, mereka melakukan obrolan obrolan ringan.
"Oh ya, kita belum berkenalan. Namaku Billy, Billy Williams," Ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya pada Quinsy. Dengan senyuman manis Quinsy menyambut uluran tangan itu dan menyebutkan namanya.
"Aku Quinsy, Karren La Quinsy."
"Kau pasti dari Indonesia kan?"
"Bagaimana kau tahu?" Quinsy terkejut, pemuda yang bernama Billy itu bisa mengetahui Negara asalnya. Pemuda terkekeh dan berkata "Tentu aku tahu, Nenekku juga berasal dari Indonesia. Dia memiliki senyuman ramah sepertimu," jelasnya pada Quinsy kemudian.
"Ah, begitukah?"
"Yap! Dan hanya orang yang berasal dari Negara itulah yang memiliki senyum hangat dan, manis."
"Dan kurasa kau kini mulai berkata manis, mungkinkah karena kau keturunan dari orang Indonesia?" Tanya Quinsy bergurau.
Tak terasa mereka telah tiba di butik milik Quinsy, gadis itu turun lalu melambaikan tangan pada Billy yang kemudian melajukan mobilnya meninggalkan halaman butik itu.
BERSAMBUNG....
♡Sory,,,,,,banget aku baru up. 😔
Tempo hari aku sibuk merevisi karya aku yang satunya,soalnya udah mau di ajukan.
Doain ya...semoga ajuan aku di terima🙏🙏🙏♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-03
0