Anggota yang lain bertepuk tangan, kagum dengan pertunjukan di depannya. Padahal ini baru latihan pertama---walau sudah diulang berkali-kali.
"Kalo gini, gak perlu waktu tiga minggu. Senin depan kita udah bisa tampil," celetuk Ari dengan wajah konyolnya---seseorang yang berperan sebagai Count Paris, orang yang ingin menikahi Juliet.
"Lo satu baris dialognya aja belum hapal, Ri, mau tampil hari Senin pula," sahut Jacob tanpa diminta.
Mereka berdua kemudian beradu pendapat tanpa dipedulikan oleh yang lain.
"Tapi kayaknya, Amanda harus mulai belajar lepas kacamata deh," usul Dio tiba-tiba.
"Ah, iya-iya." Regina langsung menarik kacamata Nami yang bertengger manis di hidungnya.
"Eh." Nami mengerjap beberapa kali, tak terlalu jelas dalam melihat. Namun entah bagaimana matanya tertuju ke arah seorang pemuda yang juga tengah memerhatikannya. Pemuda itu tersenyum lembut. "Lo tambah cantik tanpa kacamata."
Orang-orang satu kelompok mereka heboh mendengar penuturan Dio. Sedangkan Nami malu sendiri dibuatnya.
"Eciyee... Abang Dio ngegombal," ejek Ari girang, dan disambut ejekan dari yang lainnya.
Suasana jadi riuh dan Zelan panas sendiri. Tanpa permisi, ia langsung pergi begitu saja. Tak ada yang menghentikannya karena mereka memang berniat pulang setelah scene tadi selesai.
***
"Ini bagus gak?"
"Bagus banget kalo lo mau nantangin guru BP," komentar Clarissa terhadap pilihan sohibnya.
"Bukan dipake buat sekolah Clar, tapi buat jalan-jalan gitu. Hang out."
"Cuih." Clarissa berlagak buang ludah. "Biasa ngeram di dalam kamar sok mau hang out-hang out."
Nami mengacak-ngacak rambut Clarissa sebal. Gadis itu memang Ratu Ketus. Tapi bukan salah Clarissa jika ia ketus begitu. Habisnya, Nami langsung menyeret paksa dirinya ke salah satu optik di mall terdekat setelah mereka pulang dari bimbingan belajar. Tanpa istirahat, tanpa traktiran makanan, siapa yang tak kesal? Walau hanya diskusi dengan tutor, Clarissa benar-benar merasa otaknya diperas untuk memahami PR fisikanya tadi.
Nami sendiri sudah lama ingin mengganti kacamatanya dengan lensa kontak. Ia juga sudah konsultasi dengan dokternya, tapi tak juga terealisasikan. Dan hari ini, sebab sebuah alasan konyol, Nami mengganti kacamatanya.
Selepas mata Nami diperiksa tadi, sebenarnya, gadis itu sudah menentukan pilihan. Sebuah lensa bening menjadi pilihannya, tentu karena ia tak mau cari masalah dengan guru BP. Namun, ia belum mau pergi. Apalagi banyak lensa kontak yang imut-imut. Ia gemas sendiri melihatnya.
"Udahlah, ayo pulang!" Clarissa menarik lengan Nami.
"Tap...."
"Shuttt...." Tangan Clarissa membungkam mulut Nami agak keras---sengaja. "Udah, ayok-ayok!" Gadis itu menggiring sahabatnya sesuka hati.
***
Setibanya di rumah, Nami mematut dirinya di depan cermin. Sedari tadi ia senyum-senyum sendiri seperti orang tak waras. Padahal warna matanya tak ada perubahan, tapi ia terus-menerus kedip-kedip tak jelas. Tersenyum, kedip-kedip, tersenyum lagi, begitu terus sampai ada gajah bisa senam poco-poco. Tapi tidak... selanjutnya gadis itu sudah melepas lensa kontaknya dan menyimpannya kembali.
Masih ada hal lain yang lebih penting untuk ia lakukan sekarang. Belajar. Nami membuka tas, menyalin apa yang didiskusikannya dengan tutor tadi---sambil mengulang agar lebih paham.
***
Ingat, sebagai pelajar belajar itu nomor satu. 😁
Oh iya, meski direvisi ceritanya emang gak banyak berubah.
Hope u like it.
Sincerely,
Pappermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Loey 92
thor pen juga dong clarissa ada lapaknya nguehehe gemez jg soalnya , pokonya semangat thor aku suka karyamu!! sukses y thor kalo ada niat semoga bisa jadi penulis sungguhan biar aku beli bukumu
2019-12-08
1