Nami bertambah lesu. Membayangkan Dio yang terasa amat jauh, membuatnya ingin dilahirkan kembali saja. Tarik tambang tadi adalah acara terakhir. Jadi setelahnya, orang-orang langsung bubar untuk pulang ke rumah masing-masing. Mungkin hanya yang punya urusan saja yang tetap tinggal---panitia misalnya.
Dan sewaktu bubar, dapat Nami dengar beberapa gadis cantik (ulangi) CANTIK yang membahas tentang Dio dengan wajah cerah, berbinar, semangat, penuh cinta, senang, gembira, kagum. Ah, intinya mereka suka laki-laki itu. Seketika ia merasa buruk rupa saat melihat wajahnya di layar ponsel---sebelum mengambil tas untuk pulang. Jelas sekali ia adalah itik di antara para angsa.
Kenapa dulu ia bisa percaya diri sekali, ya?
Gadis itu tersentak saat ada yang menariknya dari belakang, membuatnya berjalan terbalik.
"Eh, siapa lo?" teriaknya marah sambil menoleh. Detik berikutnya, Nami ingin dunia dikiamatkan saja. Zelan. Ia melupakan laki-laki itu.
Zelan membawa Nami ke halaman belakang gedung sekolah lama. Tempat itu sudah sejak dulu terbengkalai dan tampak paling suram dibanding gedung-gedung lain. Cat-catnya sudah terkelupas dengan beberapa atap yang sudah bolong-bolong. Pintu dan jendelanya pun banyak yang sudah rusak dan hilang dari tempatnya.
Begitu tiba di samping sebuah pohon ketapang setinggi hampir 20 meter, pemuda itu mendorong punggung Nami ke tanah berlapis rumput-rumput liar. Kacamata Nami terlepas dan terpental di samping tubuhnya, tapi tak ia pedulikan. Cepat-cepat Nami langsung berlutut, kedua tangannya menyatu seperti orang memohon belas kasihan. Dan memang itu yang akan ia lakukan.
Dengan wajah menunduk dan tangan yang saling mengusap satu sama lain di depan dada, gadis itu berucap, "Maaf. Maaf banget Zelan, gue gak sengaja nabrak cewek lo."
Nami langsung mendongak, Zelan baru saja menarik rambut depannya kuat. Ia semakin ketakutan.
"Maaf kata lo?" sentak laki-laki itu dingin dengan suara rendah. "Cewek gue luka gara-gara cewek tolol kayak lo. Lo harus dibuat tau diri! Sini lo!" Zelan menyeret Nami dengan menarik rambutnya.
Namun, "Ampun-ampun, gue minta maaf banget." Ia tak pernah mengalami siksaan fisik sebelumnya. Tangan dan kaki Nami dingin. Tubuhnya pun bergetar hebat. "Gue gak akan cari masalah lagi sama lo. Kejadian tadi bener-bener gak disengaja. Gue akan ngindarin lo setelah ini."
Gigi Zelan bergemeletak, semakin jengkel dengan gadis di bawahnya. "Gue gak peduli. Lo tetap harus diberi pelajaran." Zelan menyeret gadis itu tanpa kasihan. Untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya, Nami merangkak agar ia tak benar-benar terseret. Kalau melawan, dapat dipastikan rambutnya akan rontok dan kepalanya mungkin akan mengeluarkan darah.
Nami tak tahu apa yang akan dilakukan Zelan. Jiwanya dipenuhi ketakutan dengan debaran kencang yang tak normal. Mata gadis itu melotot kosong, untuk beberapa detik ia tak memiliki kendali akan dirinya. Sampai tanpa sadar bulir air matanya mulai bercucuran membasahi pipi.
Terdengar suara isakan.
Zelan berhenti. Tak lama terdengar suara embusan napas darinya. Tanpa berbalik, laki-laki itu melepaskan tangannya dan berseru rendah, "Pergi!"
"Apa?" tanya gadis itu masih belum sadar betul.
"Gue bilang pergi!" bentak Zelan tetap tanpa menoleh.
Nami menghapus air matanya. "Makasih," ucap gadis itu cepat, lalu buru-buru mengambil kacamatanya dan kabur, takut pemuda itu akan berubah pikiran dan kembali menyiksanya.
Namun, sebelum niatnya terlaksana, Zelan kembali memanggil gadis itu. Pergerakan Nami mendadak terhenti. Perlahan, Zelan berjalan mendekatinya, membuat ketakutan kembali menguasai Nami. Tanpa diduga-duga, pemuda itu membuka resleting tas Nami, kemudian mengeluarkan sebuah buku.
"Gak usah baca buku sampah kayak gini!" Zelan membawa buku itu ke depan wajah Nami, lalu membantingnya ke tembok. Satu tangannya meraih dagu gadis itu. "Cih," ejeknya ketika melihat wajah Nami. "Gue paling jijik ngeliat cewek nerd dan gak punya harga diri kayak lo. Bikin sakit mata. Jangan pernah cari masalah lagi sama cewek gue! Atau gue gak bakal segan-segan buat mugar muka lo jadi lebih ancur dari sekarang."
Belum sempat gadis itu mencerna semua, Zelan sudah pergi menjauh. Kaki Nami lemas, rasanya seluruh tenaganya disedot habis oleh aura bengis pemuda itu.
***
Revisi
Sincerely,
Pappermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Iskandar
eh, dari TMR aku pindah kesini awalnya gak engeh. baru sadar ini judul per episod beda² loohhhh 😅😅😅😅...
2021-04-17
1
Putri
babang zelan sadis.X,, awas lo nanti nami berilubah jd cantik nanti BUCIN loh😌😌
2021-02-09
2
BuNaCiDel
perasaan gak ada bawang... tapi napa aq mewek ya...
2020-04-29
2