SEMESTA MERESTUI KAMI
Satu tahun yang lalu
{Sayang, maaf aku belum bisa pulang. Masih ada urusan di pabrik. Kamu kalau takut sendirian nginap sama mama Dewi saja.}
Dira membawa pesan yang dikirim suaminya. Netra memperlihatkan kekesalan. Dimana saat dirinya membuka mata di malam hari, suaminya belum menjemputnya ke rumah mamanya.
Di lemparnya handphone keatas ranjang. Dengusan kekesalan semakin menjadi. Dira menyandarkan kepalanya di dashboard ranjang. Pikirannya menerawang seakan kata-kata kakaknya kembali berputar.
"Apa benar dia ada something sama sekretarisnya? tapi ada benarnya kata kak Feri. Kalau dia saja bisa pindah dari Delia ke aku, bisa jadi dia juga bisa buka hati untuk Maria.
Ah, tidak Dira jangan suudzon sama suamimu. Selama satu bulan menikah, Mas Juna tetap memperlakukan aku dengan baik."
Dira membuka salah satu artikel tentang ciri-ciri perselingkuhan suami. Entah kenapa sejak tahu kalau Maria pernah suka sama Juna di masa SMA, membuat Dira semakin curiga. Dalam bayangannya, suaminya tertawa bahagia bersama Maria.
(Dalam khayalan Dira)
"Sayang, kamu nggak takut sama istrimu?" Maria mulai merayu Juna.
"Istriku percaya kok sama aku jadi tenang saja, sayang." Juna mengelus pipi tirus Maria.
Maria memancing Juna dengan mengelus tubuh lelaki itu. Juna sepertinya terpancing dan mulai bereaksi. Keduanya melepaskan hasrat seksual mereka. Maria tersenyum menang. Dia merasa sudah memiliki Juna seutuhnya.
Kejadian yang berputar dalam khayalan Dira. Membuat wanita itu menangis, dia terus menutup telinga seakan takut khayalannya menjadi nyata.
"Nggak! Nggak!" Dira terasa sesak. Tubuhnya menjorok ke pinggir ranjang.
Dira berjalan menuju ke kamar mandi. Tangannya mengerutkan dahinya, serasa ada kupu-kupu yang berputar di hadapannya. Perutnya terasa seperti naik, kaki nya hendak melangkah menuju kamar mandi. Dira merasa pandangannya semakin gelap. Dan tak tahu lagi apa yang terjadi, tubuhnya sudah merasa lemas. Pada akhirnya Dira tak sadarkan diri di lantai depan kamar mandi.
Pagi ini, mama Dewi sudah masak untuk ketiga anaknya. Tampak Vira sudah bangun dan membantu mamanya di dapur.
"Kak Dira jadi di jemput sama kak Juna, Ma?" tanya Vira.
"Enggak, sayang. Tadi malam Juna menelepon mama. Katanya dia masih banyak kerjaan. Tidak bisa pulang ke Jakarta." kata mama Dewi sambil meracik bumbu opor ayam.
"Ya, kalau tahu begitu aku sudah tidur nemenin kak Dira. Kasihan tahu, tadi malam aku lihat kak Dira kayak orang sakit. Pucat sekali."
"Mama yakin kalau Dira itu sedang hamil. Hanya saja dia belum menyadari gejala itu." kata mama Dewi.
"Kak Juna keren, baru sebulan menikah dia sudah kasih cucu buat mama."
"Alhamdulillah, patut di syukuri, nak. Berarti Tuhan sudah mempercayakan mereka dengan memberi amanat."
Mama Dewi meminta Vira membangunkan Dira di kamar balkon. Tak berapa lama Vira pun menuruti perintah mamanya.
Ceklek!
Vira menebak kakaknya tidak mengunci pintu karena menunggu jemputan Juna. Vira menghentikan langkahnya melihat tubuh kakaknya tergeletak di depan kamar mandi.
"Ya Allah, Kak Dira."
"Mamaaaaa... kak Feri ......" Pekik Vira.
Tak berapa lama, mama Dewi dan Feri mendekati kamar Dira.
"Ya Allah, kakakmu kenapa, nak?"
"Nggak tahu, ma. Pas Vira buka pintu sudah seperti ini."
Feri dengan cekatan menaikan tubuh Dira ke atas ranjang. Tampak wajah Dira terlihat pucat. Mama Dewi duduk disamping putrinya. Feri pun terlihat menelepon seseorang.
"Assalamualaikum" suara seorang wanita terdengar di depan pintu kamar Dira.
Feri menghubungi seorang dokter kandungan. Tadinya dia akan menghubungi dokter umum kenalannya. Tapi mama Dewi ngotot merasa kalau putrinya hamil. Sehingga Feri akhirnya menghubungi dokter Melati, kerabat dekat keluarga Amran.
Dokter Melati akhirnya datang dan di persilahkan masuk ke dalam kamar Dira. Sesaat Melati seperti mengenal Feri. Feri akhirnya mengingatkan dokter itu kalau dulu pernah jadi dokternya Meyra.
"Masuk, dok." Mama Dewi mempersilah dokter masuk ke kamar Dira.
Dokter yang bernama Melati tersebut mulai memeriksa Dira yang masih tak sadarkan diri. Feri melihat raut mama dan adiknya cemas. Helaan nafas berat terdengar dari bibir lelaki itu.
"Bagaimana keadaan adik saya, dok?" tanya Feri.
Dokter tersenyum menatap orang-orang di ruangan tersebut.
"Sepertinya Bu Dira sedang mengandung. Tolong di jaga Dira-nya. Jangan banyak melakukan aktivitas berat." ucap dokter.
"Untuk pastinya kalian bisa melakukan testpack. Saya kebetulan membawa alatnya." Dira sedikit membuka matanya saat Vira menuntunnya ke kamar mandi.
"Nanti akan kami coba, dok. terimakasih." Ucap mama Dewi.
"Oh ya, apa kamu suaminya." dokter menunjuk kearah Feri. Karena dokter Melati mengira Feri sudah menikah lagi.
"Oh, bukan. Saya kakaknya. Suaminya sedang dinas di luar kota." jelas Feri.
"Oh begitu. Maaf saya tidak tahu. Seandainya ada suaminya saya perlu bicara dengan dia. Karena kehamilannya masih sangat muda. Di sarankan jangan banyak aktivitas." kata Bu dokter.
"Iya, dok. Terimakasih, nanti saya sampaikan ke suaminya." jawab Feri.
"Saya pamit dulu, ya. Selamat buat Dira, ya bu." kata dokter menyalami mama Dewi.
Sepeninggalan Dokter Melati, Mama Dewi duduk di samping putrinya. Tangannya mengelus pucuk rambut putrinya. Mama Dewi memeluk putrinya yang masih terlelap dalam tidur panjangnya. Ada rasa bahagia ketika mendengar putrinya sedang mengandung. Bulir-bulir air matanya menetes mengenai wajah Dira.
Tak berapa lama Dira pelan-pelan membuka matanya. Dia sedikit heran kenapa semuanya berkumpul di kamar. "Mas Juna mana?" tanya Dira.
Semua yang ada di kamar bertukar pandang. Mereka juga tidak tahu kabar Juna. Feri yang sedari tadi menghubungi Juna, terdengar mengumpat.
"Sialan Juna, saat seperti dia malah susah dihubungi. Sedang apa sih, dia?"
"Kak," panggil Dira.
"Iya, Dira." Feri berjalan mendekati adiknya.
"Nggak usah dihubungi. mungkin kak Juna lagi sibuk. nanti biar aku saja yang mengabari dia." kata Dira.
"Ma, Dira mau ke kantor. Hari ini ada pertemuan dengan Nona Angel, putri bupati Bandung barat. Katanya dia mau bekerja sama dengan perusahaan kita tentang pengolahan limbah sampah." kata Dira.
"Jangan, nak. Kamu masih kurang sehat. Biar kakakmu yang mengurusi pertemuan itu." kata Mama Dewi. "Kamu fokuskan tentang kandunganmu saja." tambah Mama Dewi.
"Kandungan? jadi aku hamil, ma?" mama Dewi mengangguk.
"Iya, nak. Kamu hamil" kata mama Dewi.
Dira menyandarkan kepalanya di bahu mamanya. Dia bahagia dengan kabar kehamilannya. Tapi dia ingin kabar kehamilan pertama yang tahu suaminya, bukan keluarganya. Ya meskipun begitu, dia tetap mensyukurinya. Tangannya mengelus perut yang masih rata.
"Selamat datang anak mama."
klik
"Terimakasih atas kerjasamanya tuan Arjuna. Saya senang sekali bekerjasama dengan pabrik anda. Ayah anda adalah penggerak ekonomi warga sekitar. Karena sejak pabrik ini berlangsung tingkat pengangguran sudah menurun." Jelas pak Wibowo, klien baru.
"Sama-sama, pak. Saya juga senang bekerjasama dengan anda. Semoga dengan kerjasama ini bisa saling menguntungkan bagi kita."
"Oh, ya kalau anda tidak keberatan kami mengundang anda untuk makan malam. Di saung kami. Anda tidak lupa kan, kalau saya juga punya Resto saung di Lembang."
"Maaf, pak. Sepertinya saya tidak bisa memenuhi undangan anda. Soalnya saya harus pulang ke Jakarta. Istri saya menunggu."
"Oh anda sudah menikah? Selamat, ya. Anda sayang sekali sama istrinya, kenapa dia tidak ikut tinggal disini, sejatinya seorang istri harus ikut kemanapun suaminya pergi."
"Istri saya juga punya perusahaan, pak. Jadi tidak mungkin dia ikut kesini." jelas Juna.
"Oh ya, oke kalau begitu. Saya ucapkan selamat pada anda, semoga langgeng sampai Kakek nenek. Saya pamit dulu, nak Juna."
"Amin, pak terimakasih." Mereka berjabat tangan.
Juna sesaat berjalan mengitari kebun teh di dekat pabriknya. Beberapa buruh menyapanya dan Juna dengan ramah membalas sapaan tersebut.
"Mas, Juna. Tadi bapak saya mancing ikan. Ini buat bapak." Juna menerima ikan yang ukurannya sebesar paha.
"Besar, sekali. Terimakasih, dek. Istri saya suka sekali sama ikan mas." Juna menerima ikan tersebut. Namun, beberapa saat dia tidak kuat dengan bau ikan tersebut.
"Kak Juna kenapa?" sapa Tio.
"Aku nggak tahu, Tio. Aku tiba-tiba nggak kuat dengan aroma ikan. Perutku serasa dikocok."
"Hueeeeeekkk!"
*
*
*
Seperti Janji saya, akan ada kisah rumah tangga Dira dan Juna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
absen
2023-07-08
0
⃝⃞🦋⃟ℛ★ᴊᴀɴᴇ★ᴬ∙ᴴ N⃟ʲᵃᵃ࿐
khayalan nya ngeri juga nih... Semoga Juna ga seperti yang di khayal kan ya...
2023-07-08
0
triana 13
mampir
2023-05-06
0