".Tolong, nak. Pikirkan lagi! jangan gegabah mengambil keputusan." mohon mama Dewi.
"Enggak, ma. Feri yakin sama Mayka. Bukankah mama dulu sangat menyukai Mayka? seharusnya mama senang dong."
"Dulu mama memang suka Mayka, mama malah berharap kamu sama Mayka daripada sama Meyra. Tapi saat itu keputusan di kamu. Sekarang keputusan ada di mama. Mama tidak merestui kamu sama Mayka. Apalagi kekeluarganya yang memenjarakan kamu."
"Feri, opa tidak setuju kamu sama Mayka! kamu tidak akan menikah dengan siapapun sebelum opa menemukan anaknya Heru.
Sejujurnya jodoh kamu adalah anaknya Heru! bukan Meyra atau Mayka. Jadi opa minta kamu sedikit bersabar."
Malam ini keluarga besar Jamal datang ke kediaman Amran, sebagai keluarga calon mempelai pria. Jamal di dampingi Ella dan suaminya. Beberapa kali Jamal berhembuskan nafas beratnya, seakan grogi pun menerpa. Handoko, suami Ella terus memberikan semangat pada kakak iparnya. Meskipun usia Handoko, dua puluh tahun dari Jamal. Namun kakak status Jamal lebih tinggi dari dirinya. Handoko mau tidak mau memanggil Jamal sebagai sebutan Mas, sama seperti istrinya memanggil Jamal.
Sementara di kamar, Tina di dandani oleh Mayka. Wajah Tina yang tadinya sangat polos berubah menjadi mempesona. Tangannya terus di bolak-balik. Ada rasa kecemasan yang melanda.
"Kamu tahu, Na. Kamu itu wanita paling beruntung. Dapat lelaki yang baik seperti Jamal. Aku senang jika kamu sudah menemukan jodoh."
"Kak Mayka, aku..."
"Kamu sayang kan sama kami, kalau kamu masih menganggap kami keluarga, tolong turuti permintaan papaku. Tolong terima Jamal, harapan kami sangat besar sama kamu, Tina." Tina memegang dadanya, rasanya sesak sekali. Sesaat suara susutan hidung terdengar. Mayka memandang kearah Tina.
"Maafkan kak Mayka, Na. Kakak hanya ingin memperjuangkan hak saya. Hak yang dulu di rampas Meyra." Batin Mayka.
Bukan hanya Jamal. Feri pun akan datang juga ke kediaman Amran. Membicaran lamaran mayka. Mama Dewi yang tadinya tidak menyetujui akhirnya ikut juga.
Assalamualaikum,
Sebuah sapaan salam terdengar menggaung di pintu depan. Istrinya Amran beranjak dari ruang utama menuju pintu luar.
"Ya Allah, besan."
Istri Amran pun mempersilahkan mereka duduk sambil menunggu, para calon wanita yang keluar dari kamar.
"Mayka, calonmu sudah datang." panggil bude.
Feri! batin Tina.
*
*
*
Tina tersadar dari lamunannya. Suara panggilan budenya dari menandakan dia harus keluar. Hari ini adalah hari yang bersejarah dalam hidupnya. Dimana dia akan menerima seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya. Meski Tina tahu kalau perasaannya belum tergerak pada Jamal. Tapi balas budi pada pakdenya, mau tidak mau dia harus siap membuka hati pada Jamal.
"Tina kamu harus menerima Jamal sebagai calon suamimu. Kamu tahu berapa banyak pengorbanan Jamal selama ini pada keluargamu." Tina menatap cermin yang memantulkan wajahnya sendiri. Cermin yang berbicara berdasarkan kata hatinya entah di bagian mana.
"Tina kamu tidak mencintai Jamal. Pikirkan lagi, Tina. Tina kamu juga jangan gegabah, ingat mamamu, turuti kata hatimu." Lagi-lagi pantulan wajah dirinya dari sisi yang lain.
"Tina kamu harus terima Jamal. Kalau tidak kamu akan mengecewakan mereka yang sudah baik padamu. Kalau kau tetap egois akan ada banyak yang tersakiti. Kau janda Tina, kau harus membuka hatimu pada orang yang tepat bukan pada seorang lelaki yang tiba-tiba mengatakan cinta padamu. Bukan pada lelaki yang bekas saudaramu sendiri."
"Tina kamu sudah siap?" itu suara bude nya.
"Iya, bude aku sudah siap." Tina membenarkan pakaiannya. Kembali netranya menatap kaca seolah dia memantapkan hatinya untuk Jamal. Tina akhirnya keluar dari kamar.
Bude memandu Tina menuju ruang utama. Dimana keluarga besar Jamal sudah berada di sana. Bukan hanya keluarga Jamal, keluarga Dewi Savitri pun juga berada disana.
Tina tampak anggun dengan balutan kebaya berwarna brown. Dewi melihat hal itu menjadi jatuh hati, sayangnya dia harus menelan kecewa karena wanita di yang di kaguminya akan di lamar lelaki lain. Jujur, Dewi bukan tipe yang gampang memuji. Tapi dia melihat aura lain dari wajah Tina.
"Andai dia yang akan dilamar Feri." batin mama Dewi.
"Seharusnya kamu sama dia saja, Feri. Mama lebih suka yang ini daripada Mayka." Bisik Dewi pada putra sulungnya. Feri hanya tersenyum kecil mendengar penuturan sang mama. Setidaknya ada kelegaan melihat reaksi mamanya pada Tina.
"Namanya Martina Priscilla Agatha. Dia itu janda, ma. Suaminya yang memegang perusahaan yang sempat Feri kacaukan. Tina ini keponakan istri papa Amran. Dia seangkatan dengan aku dan Juna." cerita Feri.
"Kamu ternyata sangat mengenalnya, nak. Apa kalian pernah ada hubungan? dia kerja dimana?" Mama Dewi masih antusias mengorek soal Tina.
"Dulu dia bekerja di kantor kita, ma. Sebagai OB."
"OB?"
serendah itukah pendidikannya sehingga dia kerja jadi OB. Batin mama Dewi.
"Sebentar, mama pernah dapat laporan kamu lagi dekat dengan seorang OB. Apakah dia orangnya?" Feri mengangguk kecil.
"Aku hanya mau bantu dia saja kok, ma." kilah Feri.
Sementara Jamal tampak gagah dengan balutan batik. Kemeja batik yang sedikit longgar tidak menonjolkan tubuhnya yang berotot. Sementara Ella dan Handoko hanya menggunakan pakai polos senada. Ella memandang kagum pada wanita yang sudah dia kenal beberapa tahun yang lalu.
"Cantik kan kakak iparku" bisik Ella pada suaminya. Handoko menyetujui ucapan Ella. Dia juga mengagumi kecantikan alami milik Tina.
"Matanya nggak harus begitu," Ella merengut ketika suaminya tak berkedip memandang Tina.
"Tadi katanya suruh lihat calon kakak ipar?" sahut Handoko.
"Tapi nggak segitunya, mas. Itu namanya jelalatan." Ella masih kesal pada suaminya.
"Maaf, sayang." Handoko mencoba menenangkan istrinya yang keburu ngambek.
"Assalamualaikum, saya Handoko selalu perwakilan keluarga dari Jamal. Kedatangan kami dengan maksud baik untuk hal yang baik juga. Dimana, kakak saya, Jamaluddin punya niat baik untuk mengkhitbah saudari Martina Priscilla Agatha."
"Terimakasih, saudara Handoko, saya sebagai wali dari orangtua Tina sangat senang dengan kedatangan kalian. Saya juga setuju kalau Tina dengan nak Jamal. Apalagi mereka sudah lama dekat. Tapi semua saya serahkan pada Tina. Saya setuju sama Jamal, tapi saya juga tidak bisa memaksakan pada Tina." Amran pun angkat bicara.
Tina hanya menunduk saat kedua keluarga saling menyampaikan niat mereka. Tangannya menggenggam erat ujung kebayanya. Sesekali tatapannya selintas kearah Feri, begitu juga dengan Feri. Dalam hatinya sangat berharap kalau Tina menolak lamaran Jamal.
"Tina!" suara Mayka sedikit mengejutkan jantungnya.
Tina mengucapkan bismillah sebelum memulai semuanya. Bukankah memulai segala sesuatu dengan bismillah. Alangkah baiknya seorang muslim mengawali dengan bersyukur dan memanjatkan doa. Sebagai bentuk terima kasih terhadap nikmat Allah SWT.
Allahumma innaka taqdiru wa laa aqdiru wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuubi. Fa in ra’aita li fii khairan fi fini wa aakhirati faqdirhaa lii.
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mentakdirkan dan bukanlah aku yang mentakdirkan. Dan lelaki itu. Maha Mengetahui apa yang tidak kuketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. Maka jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dan seorang lelaki untuk agama dan akhiratku, maka takdirkanlah aku bersamanya.
Tina memandang kearah Jamal dan keluarganya. Meskipun dia sudah berdoa, entah kenapa hatinya tidak terarah pada Jamal.
"Kak jamal, saya ...."
"Tunggu!"
Semua yang ada diruangan menoleh ke pemilik suara. Sosok lelaki yang sedari tadi diam dan mencoba meredam getaran di dadanya. Sosok lelaki yang sedari tadi ingin menyampaikan tujuan yang sebenarnya. Bukan untuk meminang Mayka tapi meminang Tina.
Lelaki itu berdiri mendekati Tina, tatapan demi tatapan tajam mereka abaikan, bukan mereka tapi lelaki itu mencoba mengabaikan.
"Na, kamu tidak lupa kan sama janjiku?"
"Feri, kamu apa-apaan?" protes Tina.
"jawab dulu, Na. Kamu masih ingat janjiku sama mendiang mama kamu?"
"Sudahlah, lupakan soal janji itu. Aku tahu itu hanya sekedar kamu menyenangkan mama saja. Aku tahu itu cuma bualan kamu saja. Maaf aku tidak akan percaya lagi." Tina melepas genggaman tangan Feri.
"Na, sekarang lihat mataku! apa kamu mencintai Jamal? jawab, Na!"
Tina enggan memandang kearah Feri. Menolak degupan jantung yang terasa kencang. Sesaat netranya menatap lantai. Namun dipaksakannya menegakkan kepalanya. Tina memandang kearah keluarganya. Rasa takut akan kekecewaan mereka kembali merasuki pikirannya. Langit malam menampakkan taburan bintang-bintang menebarkan kesejukan. Langit malam seakan mendukung perasaan hatinya.
Tatapan beralih kearah Jamal, lelaki yang selama ini sudah banyak membantunya. Lelaki yang delapan tahun menjadi kakak angkatnya, sungguh dia merasa jadi orang jahat saat ini. Jahat karena akan menyakiti perasaan lelaki itu. Jahat karena akan mengecewakan keluarganya.
"Kak," Amar muncul di tengah-tengah ketegangan dalam ruangan.
"Kak Feri kan pernah melamar kakak. kakak tidak lupa kan kalau kak Feri mendatangi mama untuk menikahi kakak."
Dewi melihat keduanya pun berusaha mendekati Tina.
"Tina, Tante sebenarnya sudah jatuh hati sama kamu sejak pertama melihat. Tapi kalau kamu tidak nyaman Tante tidak memaksa. Tante cuma ingin tahu, apakah kamu mencintai Jamal atau anak Tante,Feri. Maaf kalau Tante bicara seperti ini, demi kebahagiaan anak saya," Dewi menggenggam tangan Tina dengan erat. Layaknya seorang ibu pada anak perempuannya.
"Na, jujur bude juga suka sama Feri. Tapi sepertinya hati Feri tidak terarah sama anak bude. Meskipun begitu bude akan dukung siapapun pilihanmu."
"Mama!" Amran dan Mayka berteriak bersamaan.
"Pa, mama mohon biarkan Tina memilih. Jangan di paksa lagi." mohon bude pada suaminya.
"Feri itu calon Mayka, kenapa mama malah dukung Feri sama Tina. Lagian papa yakin Tina memilih Jamal. Jangan mematahkan sesuatu yang belum terjadi." Amran masih dengan keras kepalanya.
"Tina sekali lagi pakde tanya, kamu pilih siapa? Jamal atau Feri."
*
*
*
*
Hayo, siapa pilih siapa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-05-17
0
ZasNov
Semoga Tina memilih Feri ya.. 😥
Kalau dia memilih Jamal, Tina ga bakalan bahagia.. 😣
Untungnya banyak yang mendukung Tina dan Feri..
2022-09-19
0