Aku harus pulang ke Jakarta." Juna mengambil barang-barangnya di mess nya.
Tio kaget melihat Juna yang menyatakan akan pulang ke Jakarta. Wajah Juna masih pucat, apalagi tadi kakak iparnya hampir ambruk setelah merasakan pusing dan mual-mual.
"Kakak istirahat dulu. Wajah kakak masih pucat. Apalagi kakak tadi sempat pingsan dan muntah. Dahlah, kak Juna istirahat dulu." Tio masih menahan Juna.
"Tapi aku kepikiran Dira, To. Semalam aku janji bakal pulang tapi ternyata keadaannya malah seperti ini." keluh Juna.
"Kakak harusnya mengajak kak Dira ikut kesini. Dia istrimu harus nya kemana suaminya harus ikut. Bukan malah sibuk sama pekerjaan masing-masing. Kakak lihat Ayu, dia meninggalkan pekerjaannya untuk ikut sama aku."
Juna menunduk saat mendengar perkataan Tio. Teringat saat masih di Bengkulu, Juna dan Dira pernah membahas soal ini. Dimana dia meminta Dira tidak bekerja lagi.
Satu bulan yang lalu, setelah minggu pertama pernikahan mereka. Juna sudah mempersiapkan untuk tempat tinggal mereka. Tidak mau campur dengan orangtua dan juga mertua. Itu juga pernah disampaikan Dira saat mereka belum menikah. Dira pernah bilang padanya tidak ingin campur dengan mertua dan juga orangtuanya.
Setelah pulang dari Bengkulu, Juna mengajukan pengunduran diri di kantor opa Han. Bukan karena dia sudah mendapatkan apa yang di raih. Tapi Juna mau membantu papanya mengembangkan pabrik teh yang hampir mati. Pabrik teh yang membuatnya bisa sekolah dan menjadi sarjana.
Untungnya opa Han mau menerima pengunduran dirinya. Karena opa Han juga mendukung keinginan Juna membangkitkan pabrik teh tersebut. Bahkan opa Han mau berkerjasama dengan pabrik teh milik Johan Bramantyo, anak angkatnya.
Sekarang dia harus memulai membicarakan soal resign-nya Dira. Keinginannya cuma satu, dia ingin membawa Dira tinggal di Lembang. Sayangnya, keinginannya mendapatkan penolakan dari dira.
"Mas, aku pengen sekali jadi ibu rumah tangga. Tapi saat ini perusahaan sedang membutuhkan aku. Mas, tahu kan kak Feri sedang ada masalah." Juna mengangguk.
"Iya, aku tahu, sayang. Tapi aku juga ingin kamu meluangkan waktu sebagai istri dan ibu. Kalau andainya kita punya anak dan kamu masih kerja kasihan anak kita nanti." kata Juna.
"Saat ini aku mau fokus kerja, mumpung belum punya anak, mas. Nanti kalau aku hamil, nggak papa kan trimester pertama aku masih kerja."
"Jangan dong, sayang. Kalau kamu hamil ya harus fokus sama anak kita. Biar aku yang kerja. Ini tugasku sebagai suami."
"Tapi sekarang aku belum hamil, mas. Jadi kesempatan karirku masih luas." Dira tetap ngotot dengan keinginannya.
"Yasudah, kalau itu mau kamu. Aku nggak akan maksa, tapi kamu harus tahu batasan waktu."
Lamunan Juna buyar saat merasakan getaran ponsel. Dengan cepat dia melihat siapa yang menelepon. Dahinya mengernyit saat melihat nama Vira di layar ponselnya.
"Vira! ada apa dia menelepon?" batin Juna.
"Assalamualaikum, Vira?" Juna mengangkat telepon adik iparnya.
"Kak Juna bisa pulang?" terdengar isakan kecil dari seberang.
"Vira kamu kenapa? kok kayak nangis? ada apa?"
"Kak Dira ....." suara Vira terputus-putus.
"Di...Ra... kenapa dengan Dira? kenapa dengan istriku?" Juna merasakan kecemasan yang tinggi.
"Kak Dira semalam pingsan di depan kamar mandi. Sampai sekarang tidak ada tanda dia bangun, kak." suara tangisan Vira makin menjadi.
"Apaaaa! oke, sekarang aku kesana!" Juna mematikan telepon tanpa pamit pada Vira.
"Kak Juna mau kemana?" Ayu melihat sang kakak sangat terburu-buru.
"Kakak harus pulang! Dira semalam pingsan di depan kamar mandi. Sampai sekarang belum sadarkan diri."
"Innalilahi, kakak yang sabar, ya! tapi kakak masih kurang sehat." Ayu mengingatkan Juna terkait kondisi kakak lelakinya.
"Aku tidak peduli! rasanya aku merasa menjadi suami yang jahat jika tidak ada di sampingnya. Aku takut terjadi sesuatu pada Dira." keluh Juna.
"Aku yang antar kak Juna." usul Tio. Tentu saja ayu keberatan karena dirinya saat ini juga sedang berbadan dua. Kalau seandainya suaminya pergi mengantar Arjuna, dia akan sendirian di rumah.
"Mas, masa aku sendirian di rumah!" protes ayu.
"Kamu di temani sama Maria." usul Juna. Ayu mengerutkan dahinya. Dia kurang suka sama Maria. Entah kenapa dia merasa Maria bukan sosok yang enak buat dijadikan teman.
"Kenapa harus dia? emang nggak ada yang lain!"
"Kan sama-sama masih muda. Bedanya dia single dan kamu calon emak. Sudah, aku tadi menghubungi Maria dan dia mau. Kakak tidak bisa lama-lama. Jakarta sama Bandung jauh!"
Ayu mau tidak mau melepaskan keberangkatan kakak dan suaminya. Masih bibir melengkung ke bawah, ayu mengantarkan suaminya di depan pintu.
"Hati-hati ya sayang." ucap Ayu.
Malam semakin larut, Juna tetap memantapkan berangkat ke Jakarta. Demi wanita yang dicintainya dia rela mengabaikan fisiknya yang kurang sehat. Demi wanita yang dia cintai dia rela mengalah dari ego-nya untuk tetap mengizinkan Dira bekerja.
Tio membawa mobil sedangkan Juna duduk dibelakang. Lelaki usia 25 tahun itu, senyam-senyum melihat kegelisahan kakak iparnya. Tak berapa lama Juna pun tertidur.
"Kayaknya dia lupa ini hari apa." batin Tio.
Pukul satu malam mobil yang di gawangi Tio telah masuk di area kediaman Dewi Savitri. Tio masih enggan membangunkan Juna, hingga dia telah mematikan mobilnya.
Beberapa orang membuka pintu mobil setelah Juna sudah terbangun. Tampak rumah mertuanya sangat gelap. Juna berjalan memasuki rumah mertuanya. Mama Dewi tampak habis menangis, ada Feri dengan wajah kacaunya.
"Ma, .. ini ada apa?" tanya Juna.
"Juna, kamu keatas ya .." suara mama Dewi masih serak.
"Ma, jawab! Dira kenapa!" Juna makin panik melihat sikap keluarga istrinya.
Tanpa menunggu jawaban, Juna langsung keatas menuju kamar balkon istrinya. Perasaannya tak karuan saat melihat tubuh istrinya terbaring dan terlelap.
Semua yang ada di ruangan keluar dan meninggalkan mereka berdua. Juna mencium tangan dan dahi istrinya. Seakan ada duka yang menyelimutinya.
"Sayang, bangun! please jangan tinggalkan aku. Maafkan aku jika sering meninggalkan kamu dalam satu minggu ini. Makanya aku minta kamu ikut ke Lembang biar kita tidak berjauhan lagi." Juna memeluk tubuh Dira. Matanya beralih ke surat yang berada di nakas sebelah ranjang Dira.
Sambil menyeka air matanya, Juna membuka surat tersebut.
Beberapa bait kata berjejer di kertas berwarna putih.
Tuhan,
Di hari ini aku cuma minta satu keinginan.
Lindungilah suamiku di mana pun dia berada.
Lindungilah dia dari marabahaya yang akan mengancam nyawanya.
Lindungilah dia dari orang-orang yang tidak menyukainya.
Lindungilah dia dari wanita yang ingin menguasai dirinya.
Tuhan,
Di hari ini dia sudah menjadi lelaki yang terbaik dalam hidupku.
Di saat ini hanya dia yang selalu ada dalam doaku.
Semoga aku selalu ada dalam doanya.
Terimakasih Tuhan, saat ini usianya sudah semakin bertambah.
Kamu memberikan kami hadiah terindah di bulan pertama pernikahan.
Hadiah yang akan kami jaga seumur hidup.
Hadiah yang dinanti semua pasangan.
Mas, selamat ulang tahun.
Semoga panjang umur sehat selalu.
Kamu tahu sayang? Kamupun adalah hadiah terindah yang Tuhan kirimkan untukku, malaikat tak bersayapku, lelaki hebatku, lelaki yang setia menemaniku dalam perjalanan panjang berliku.
Juna menutup surat yang dituliskan Dira untuknya. Wajah tampannya terlihat sangat basah. Netranya beralih ketika ada benda jatuh dilantai.
"Testpack! garis dua!" Juna tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
Pelan-pelan Dira membuka matanya. Senyumnya mengembang ketika melihat reaksi suaminya.
"Mas, ..." suara Dira terdengar pelan.
"Sayang, ini benar kan? kamu hamil sayang!" Dira mengangguk pelan.
"Selamat ulang tahun, suamiku. semoga kamu panjang umur dan sehat selalu. Siapkah kamu dipanggil papa?"
Juna mencium perut sang istri.
Rasa syukur tak habis aku panjatkan ke hadiratMu ya Allah..kau berikan untukku istri yang luar biasa dan kau berikan lagi kami hadiah malaikat kecil yang sekarang sedang tumbuh berkembang di rahim istriku.. Jadikanlah mereka anak2 yang sehat,pintar,indah,dan soleh
Dan juga berikanlah kesehatan dan kekuatan untuk istriku ya Allah Amiiiin..terimakasih ya Allah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Spyro
Oh, bu Dewi.. Dewii trnyata Dewi Safitri. Oke...
Vira berati Savira ya? Okeh. Saya marathon.
2023-11-29
0
triana 13
tetap semangat ya kak
2023-05-06
0
Elisabeth Ratna Susanti
amin
2023-05-06
0