BAB 11

Rian akhirnya menceritakan pada Arumi tentang vonis dokter pada Delia.

"Alzheimer? kok bisa?" Arumi masih belum percaya.

Bukan dia tidak percaya pada penyakit yang di derita menantunya. Pasalnya dia melihat Delia tidak ada yang aneh. Normal-normal saja. Makanya dia kaget ketika Rian menceritakan hal itu.

"Tapi tadi pas dia mau ke kantormu baik-baik saja, Rian."

"Ma, apa itu parah?

Masa dia tadi tidak ingat Roger tapi sama aku ingat. Terus dia nyari handphone padahal ada di kalung gantungan handphone di lehernya."

Arumi menaikan bahunya. Kalau lupa letak barang rasanya semua bisa terjadi pada siapapun. Tapi lupa kalau punya anak? Arumi rasa itu hanya taktik Delia saja, bukankah dulu Delia sempat tidak mengakui Roger.

"Coba kamu periksa lagi sama dokter lain. Apalagi seperti kata kamu kalau dokter memeriksa sekedarnya saja tapi langsung kasih diagnosa.

Jangan sampai, besok dia tidak ingat kamu. Jangan sampai nanti dia ingat sama Arjuna. Kasihan Dira, dia lagi hamil muda."

Rian menoleh kearah mamanya. Ada benarnya kata mama, Delia harusnya di periksa ke rumah sakit. Biar lebih tahu apa benar kalau Istrinya menderita alzheimer.

Rian berjalan ke arah kamar. Dari letak kamar yang searah dengan teras belakang rumah. Tampak Delia sedang asyik bermain sama Roger.

Tangan Rian mengerutkan dahinya. Teringat di usia Roger yang memasuki dua setengah tahun belum bisa bicara lancar. Awalnya Rian pikir kalau Rian seperti itu karena Roger masih kecil. Tapi seiring berjalannya waktu belum ada peningkatan pada putra semata wayangnya.

"Roger, sini tante buatin mainannya." Delia mengambil salah satu lilin mainan berwarna merah.

"Mama..." ucap Roger.

"Tante ..." jawab Delia.

"Mama..." Lagi-lagi Roger memanggilnya dengan sebutan mama.

"Iya, deh. Panggil saja Tante dengan sebutan mama."

"Sayang," Delia mendengar Rian memangilnya dari arah dalam.

"Iya, mas." Jawab Delia sambil mengajak suaminya bergabung bersama Roger.

"Roger buat apa sayang?" tanya Rian.

"Dokdok .." jawab Roger.

"Apa itu dokdok?" Rian masih belum paham sama bahasa bayi.

"Telur, mas. Maksud Roger dia buat ndok gitu. Soalnya tadi kan Roger berjalan ke dapur. Terus dia ambil telur sama mama di bilang ndok. Makanya langsung dia buat pake mainan lilin." jelas Delia.

"Sayang, besok kita ke dokter, ya?"

"Buat apa, mas. Nggak ada yang sakit kan?"

"Periksa Roger, sepertinya dia keterlambatan bicara. Usianya sudah dua tahun lebih, harusnya dia lebih lincah. Tapi pertumbuhannya masih stug begitu saja." ucap Rian sambil merebahkan tubuhnya di dekat tenda milik Roger.

Rian tak mendengar lagi celotehan Roger dan Delia saling bersahutan. Pikirannya menerawang saat teringat kata sang mama soal penyakit Delia. Begitu banyak masalah diawal pernikahannya. Saat acara kumpul keluarga di solo dua Minggu setelah menikah. Banyak keluarga besar mamanya yang mencibir Delia.

Itu bukan berdasarkan aduan Delia. Tapi mamanya sendiri yang menceritakan. Di sebuah pertemuan keluarga, sang bude mempertanyakan keakuratan DNA Roger.

Benarkah Roger anak Rian?

Apakah kejadian itu jebakan si wanita?

Satu minggu berada di Solo tak ada sambutan yang baik dari keluarga mamanya. Saat itu Delia tak terlihat sedih, dia juga tak mengadukan apa yang terjadi disana. Namun Rian tahu Delia tak bahagia di tengah keluarga itu. Maka itu, belum genap seminggu Rian mengajak istri dan anaknya pulang ke Jakarta terlebih dahulu.

Rian juga tak pernah mempertanyakan soal apa yang dialami istrinya. Bukan karena tak peduli, tapi jika di bahas tentu akan menyisakan luka di hati istrinya.

"Itu karma buat dia, Rian." Kata Hendra teman karib Rian.

Hendra tahu bagaimana Rian harus mempertanggungjawabkan biologisnya. Rian pernah cerita kalau dia di jebak oleh Delia. Rian pun pernah mengungkapkan kegundahannya saat tahu sudah ada anak sementara pernikahannya dengan Dira semakin dekat.

"Mas," Rian tersadar dari lamunannya. Tampak Delia menggendong Roger yang sudah tertidur.

"Sudah tidur, ya." Delia mengangguk pelan. Seketika Delia seperti linglung entah kenapa dia seperti mencari sesuatu.

"Kenapa sayang?" Rian ikut bingung.

"Kamar Roger yang mana, mas." kata Delia.

"Kan dia masih tidur sama kita."

"Kamar kita dimana?" Lagi-lagi Delia bertanya.

"Kalau kamar saja kamu mulai lupa. Jangan-jangan besok kamu lupa sama aku."

"Mas ini gimana, sih? mana mungkin aku lupa sama kamu. Kamu kan ..." Delia memegang erat pucuk kepalanya.

Rian langsung mengambil Roger dan membawa ke kamar. Sejenak dia lama memandang kearah Rian yang keluar dari kamar.

"Kenapa wajah kak Juna beda?" batin Delia.

"Delia!" Rian langsung menahan tubuh istrinya yang sudah tak sadarkan diri.

"Delia kenapa,Rian?" tanya Arumi.

"Sepertinya efek penyakitnya tadi." jawab Rian.

Tampak Arumi seperti cuek tanpa membantu Rian. Rian akhirnya meletakkan istrinya di ranjang. Sebelahan dengan Roger berbaring. Dapat dirasakan begitu sesak.

"Tuhan cobaan apa lagi yang kau kirimkan padaku?" batin Rian.

Rian memandang bergantian kearah anak dan istrinya yang masih terlelap. Ada beban berat yang dia rasakan.

"Rian, mama mau ngomong!" panggil Arumi di balik pintu kamar anaknya.

"Iya, ma," Rian beranjak dari kamarnya.

Arumi berjalan menuju teras belakang rumah. Tampak wajah wanita yang sudah melahirkannya begitu kusam. Rian tak ingin berspekulasi. Dia hanya ingin tahu apa yang mau di bicarakan mamanya.

"Ada apa, ma?" Arumi dan Rian telah melabuhkan bokongnya di kursi rotan.

"Mama mau ngomong soal istrimu.

Mama perhatikan dia mulai drama queen akhir ini. Seperti mengeluh sakit saat mama minta memasak. Terus sekarang dia sakit alzheimer. Kamu harus ancang-ancang, Rian."

"Ancang-ancang gimana, ma? kalau dia pernah mengeluh sakit kepala kenapa mama diam saja. Kenapa mama tidak bilang sama aku?"

"Rian, mama melakukan ini supaya Delia nggak manja. Dia harus belajar banyak hal, mengurus kamu, mengurus Roger. Masa semua harus mama. Terus kamu tahu kan Andre itu pernah pedofil sama adiknya Dira. Mama nggak suka dia sering main sama Roger. Nanti nular sama cucuku."

Rian kaget mendengar ucapan mamanya. Tak pernah di sangka ternyata Delia diperlakukan seperti itu.

"Ma, kenapa mama seperti ini! dulu mama merestui kami,kan? sekarang kenapa mama berubah? apa yang merasuki mama?"

"Kamu tahu? menurut weton kalian akan mendapat banyak masalah. Dan mama nggak mau kamu kena sialnya. Mama merestui kalian karena sudah ada Roger."

BRAAAAAK!

Rian mendengar suara pintu tertutup dengan keras. Lelaki itu yakin istrinya sudah mendengar pembicaraan mereka.

Rian menangkap suara isakan tangis dari dalam kamar. Tebakannya benar, Delia pasti mendengar obrolan mereka. Rian tahu kalau pembicaraan mereka menyakiti perasaan Delia.

"Del," Rian masuk menemui istrinya.

"Jadi aku sudah menikah sama kamu, Rian? jadi suamiku bukan Arjuna?"

Rian mencelos mendengar ucapan istrinya.

Jangan sampai, besok dia tidak ingat kamu. Jangan sampai nanti dia ingat sama Arjuna.

Aaaarghhhh!

*

*

*

*

Malam ini Mayka tidak bisa tidur. Bolak balik dia membuka handphone guna memancing rasa kantuknya. Nihil, hasilnya tetap saja dia tak bisa tidur.

Wanita usia 30 tahun tersebut berjalan keluar kamar. Jarak kamar bersebelahan dengan kamar Meyra. Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Waktu yang seharusnya untuk istirahat.

Sedikit menggeser pintu, Mayka melihat apakah adik sepupunya itu sudah istirahat. Tampak Tina sedang mengenakan mukena. Memegang buku Qur'an kecil. Senyumnya mengembang, Tina yang dulu menyebalkan sekarang bertobat. Bahkan Mayka merasa iri pada adik sepupunya. Tina masih bisa membaca Alquran sedangkan dirinya sudah jarang mengaji.

Mayka pun meninggalkan Tina yang sedang mengaji. Tubuhnya di daratkan pada karpet kecil yang masih membentang di ruang utama. Suasana rumah yang masih dalam keadaan berduka.

"Kamu belum tidur?" Mayka menggeleng.

"Apa yang mengusik pikiranmu, nak?" Amran duduk bersila di samping putri sulungnya.

"Apa soal turun ranjang itu?" Mayka mengangguk.

"Apa kamu mencintai Feri, Nak?" lagi-lagi dia mengangguk.

"Tapi bukankah dia sudah menolak kamu? menolak permintaan papa untuk turun ranjang sama kamu. Papa pikir kamu harus move on, nak."

"Papa tahu, waktu dulu papa mau menjodohkan aku sama Feri, dia malah kepincut sama Meyra. Saat itu usia Meyra baru 22 tahun bukan. Masih muda untuk menikah. Sedangkan aku yang saat itu sudah 27 tahun tak diliriknya."

"Nak, papa harap kamu mendapatkan lelaki yang benar-benar menerima kamu. Lupakan Feri, papa akan mengenalkanmu pada beberapa lelaki." bujuk Amran.

"Tidak, pa. Aku cuma mau dia. Tidak dengan yang lain. kalau papa tidak mau menuruti permintaan aku. Aku akan bilang ke Tina yang sebenarnya. Aku akan bilang ke dia kalau papa selama ini nggak tulus sama dia. Aku akan bilang..."

Amran sedikit kaget. Ternyata putri sulungnya mempunyai senjata untuk mengancamnya. Namun itu hanya sesaat saja. Amran pun mempunyai ide soal kasus itu.

"Pa,"

"Iya,"

"Aku ada ide, nanti aku minta Tina yang bicara sama Feri. Aku rasa Feri cukup nurut kalau sama Tina."

Amran mengerutkan dahinya. Mayka sepertinya punya satu misi dengannya. Sama-sama memiliki satu tujuan. Dia ingin mengambil hak nya di perusahaan milik Heru. Sementara Mayka ingin memperjuangkan hak nya sebagai pasangan Feri.

"Oke, nanti biar papa saja yang bicara sama Tina."

"Tidak, pa. Biar aku yang ngomong sama Tina. Sebagai sesama perempuan aku yakin dia lebih nurut sama aku." ucap Mayka.

Aku tahu kalau Feri lebih care sama Tina. Entah ini care sebagai teman, atau bisa jadi care sebagai lawan jenis. Semoga saja hanya sebagai teman, karena Tina pernah bilang mereka satu angkatan sekolah. Batin Mayka.

"Kamu istirahat, nak. Ini sudah malam." kata Amran.

"Iya, pa." Mayka pun meninggalkan sang papa dari ruang tamu.

Pagi ini Tina sudah segar seperti biasa. Meskipun masih dalam suasana duka, dia sudah mencoba menerima keadaan. Namun, satu hal yang dia inginkan sekarang. Punya kehidupan mandiri bersama sang adik. Tina tahu pakdenya sangat sayang padanya. Tapi dia tidak ingin merepotkan orang lain. Setelah memasak sarapan untuk keluarga pakdenya, Tina pun menyajikan sarapan di meja makan. Di bantu bibi yang kerja disana.

"Jadi kamu mau kerja?" tanya Amran pada keponakannya.

"Iya, pakde. Kemarin Jamal dapat info dari temannya. Ada lowongan kerja rumah tangga di Jatinegara." kata Tina.

"Kerja rumah tangga?" bude nya sedikit kaget dengan jenis pekerjaan ponakannya.

"Iya, bude. Kenapa?"

"Janganlah, nak. Cari kerja yang kamu bisa pulang cepat. Apa jadi staf kantor saja. Di kantor Alif katanya ada lowongan."

"Bude, aku cuma tamat SMA. Kuliah saja tidak selesai karena keburu menikah. Jadi aku nggak punya skill buat kerja kantoran. Pengalaman aku saja terakhir jadi OB."

"Na, bisa kita bicara." Mayka muncul menarik Tina ke teras depan.

Tina dan Mayka duduk di ayunan kursi di halaman depan. Sesaat keduanya terdiam dalam keheningan pagi. Tina masih menunggu apa yang akan disampaikan Mayka. Sementara Mayka mencoba mengumpulkan keberanian meminta pada adik sepupunya.

"Ada apa, kak?" Tina tidak sabar menunggu suara lainya

"Bisakah kamu menolongku?"

"Apa yang bisa ku bantu kak?" Tina mencoba bersikap tenang.

"Maukah kamu membujuk Feri untuk menerima perjodohan turun ranjang. Aku lihat kamu dan Feri cukup akrab.

Kamu tahu, Na? aku sangat mencintai Feri. Sejak awal kami di jodohkan aku sudah menyukainya.

Kakek kita sudah menjodohkan aku dan Feri sejak kecil. Sayangnya saat perjodohan itu tiba Feri lebih tertarik dengan Meyra. Aku akui kalau Meyra lebih muda dan menarik. Saat itu aku sudah mencoba ikhlas dengan pernikahan mereka.

satu tahun kemudian, Meyra meninggal dunia dalam keadaan hamil besar. Saat itu aku merasa ada setitik harapan, papa menawarkan turun ranjang setelah lima tahun Feri menduda. Kamu tahu, kalau Tante Dewi, mamanya Feri pun menyukaiku. Padahal aku pernah dengar dari staf kerjanya, kalau Feri menyukai salah satu OB di perusahaannya."

Tina sedikit terkejut mendengar ucapan terakhir Mayka. Mungkinkah yang dimaksud Mayka adalah dirinya. Tapi lagi-lagi dia menampik pikirannya. Mungkin memang benar ada OB yang disukai Feri saat dia kerja disana. Tina yakin wanita itu bukan dirinya.

Dulu aku pernah mendengar gosip itu. Tapi siapa wanita itu aku tak tahu dan tidak mau tahu. Karena bukan urusan aku. Aku baru tahu kalau kak Mayka dan Feri sudah di jodohkan sejak kecil. Yah, namanya orang kaya, dikit-dikit pake perjodohan.

Papa dulu pernah bilang kalau aku akan di jodohkan sama anak teman kakek. Tapi sampai sekarang tidak ada ceritanya. Mungkin karena kami jatuh miskin jadi mereka membatalkannya. Siapa dia dan seperti apa dia aku tidak pernah tahu. Karena aku sudah di butakan oleh Glen.

"Na," Mayka mengagetkan Tina yang teringat masa lalunya.

"Iya, kak."

"Bagaimana?" Mayka masih menagih pada Tina.

"Oke, kak. Aku akan temui Feri. Tapi besok, ya. Hari ini aku nggak bisa, kak."

"Hari ini saja. Biar aku antar." Mayka tidak ingin menunda lagi.

"Yasudah kalau begitu. Aku siap-siap dulu."

Tina dan Mayka sudah berdiri di depan kantor polisi. Dia ingin membantu mewujudkan keinginan kakaknya. Sebagai balas budi karena sudah menerima dirinya dan Amar di rumah itu. Walaupun dia rada malas bertemu dengan Feri. Perasaannya masih kesal pada lelaki itu. Keduanya disambut oleh salah satu polisi muda yang mengenal Mayka.

"Na, kakak sepertinya ada urusan. Kamu mau kan menunggu di sini."

"Kakak mau kemana?" Tina kaget Mayka ingin meninggalkannya sendirian.

"Tadi ada pesan dari kantor. Aku disuruh kesana. Lagian kalau Feri tahu ada aku. Pasti dia banyak mikirnya. jadi kamu sendiri yang harus meyakinkan dia."

"Kalau dia menolak bagaimana?"

"Ancam saja, Na. Bilang sama dia kalau tidak mau kamu tidak akan mencabut gugatan kasusnya."

Setelah Mayka pergi, Tina harus sendiri di ruang tunggu. Beberapa saat terdengar suara langkah kaki. Tina menatap sosok yang berdiri di depannya. Kakinya terasa kaku, bahkan untuk bicara pun mulutnya terasa di bungkam.

Ada apa ini? kenapa aku bisa tidak melakukan apapun? kenapa rasanya seperti degupan kencang? tidak Tina, kamu hanya takut saja. Jangan berpikir di luar alur. batin Tina

"Kamu apa kabar?" sapa Feri.

"Aku .. aku ... baik ... baik ... saja. Yah, seperti yang kamu lihat." Tina memaksakan senyum di depan Feri.

"Alhamdulillah. Terus kamar mama kamu bagaimana? apakah dia sudah sembuh?"

"Mama sudah sembuh. Sudah tidak sakit lagi." jawab Tina.

"Jadi apakah yang membuat kamu datang kesini? apa kamu mau mencabut tuntutan itu?"

"Kamu mau bebas, Feri?" Feri mengangguk.

"Ada syaratnya" jawab Tina.

"Apa!"

"Terima kak Mayka sebagai calon istrimu."

Deg! Feri kaget mendengar permintaan Tina. Bagaimana mungkin dia bisa menerima Mayka, hatinya tidak terarah pada kakak iparnya.

"Kalau aku menolak?" balas Feri.

"Kenapa kamu menolak? kurang apa dengan kak Mayka. Dia baik, cantik dan semua yang ada di dirinya cerminan Meyra. Kurang apalagi, coba?"

"Kamu mau tahu apa kurangnya? Disini, Na. Biarpun hati dia baik, cantik dan seperti kata kamu sempurna. Aku tidak punya perasaan apapun sama dia. Hati itu tidak bisa dipaksakan,Na."

"Pikirkan lagi, Feri. Aku janji akan bebasin kamu dari sini. Oh, aku tahu jangan-jangan benar kata orang di kantor, kamu lagi dekat dengan OB disana?"

Feri tersenyum memandang Tina. "Itu kamu tahu? jadi kenapa harus bertanya lagi?"

"Apa kamu tidak ingin tahu siapa wanita itu?"

"Tidak. Bukan urusanku!"

"Yakin?" Tina menatap Feri dengan malas.

"Mau kamu sama siapa pun. Bukan urusanku. Aku hanya ingin menyatukan kamu dan ..." Tina kaget saat tangan itu menarik tubuhnya. Seketika dirinya berada di balik dada lelaki.

PLAAAAAK!.

Terpopuler

Comments

🤗🤗

🤗🤗

aish, ucapan adalah doa, contohnya saya 12 tahun tak ada apa2 biar orang berbikir akan ada kesialan🤬🤬🤬🤬

2022-09-28

0

MAY.s

MAY.s

Iya jgn sampai. Tambah kacau entar

2022-09-14

0

Asni J Kasim

Asni J Kasim

Yang Feri suka itu kamu Tina

2022-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 SAYEMBARA JODOH ( TAMAT)
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 MENDADAK MISKIN NOVEL BARU
49 BAB 47
50 BAB 48
51 BAB 49
52 BAB 50
53 BAB 51
54 BAB 52
55 BAB 53
56 BAB 54
57 BAB 55
58 BAB 56
59 BAB 57
60 BAB 58
61 BAB 59
62 BAB 60
63 BAB 61
64 BAB 62
65 BAB 63
66 BAB 64
67 BAB 65
68 BAB 66
69 BAB 67
70 BAB 68
71 BAB 69
72 BAB 70
73 BAB 71
74 BAB 72
75 BAB 73
76 BAB 74
77 BAB 75
78 BAB 76
79 BAB 77
80 BAB 78
81 BAB 79
82 BAB 80
83 BAB 81
84 BAB 82
85 BAB 83
86 BINGKAI CINTA UNTUK SARMILA
87 BAB 84
88 BAB 85
89 BAB 86
90 BAB 87
91 BAB 88
92 BAB 89
93 BAB 90
94 BAB 91
95 BAB 92
96 BAB 93
97 BAB 94
98 BAB 95
99 BAB 96
100 BAB 97
101 BAB 98
102 BAB 99
103 BAB 100
104 BAB 101
105 BAB 102
106 BAB 103
107 BAB 104
108 BAB 105
109 BAB 106
110 BAB 107
111 BAB 108
112 BAB 109
113 BAB 110
114 BAB 111
115 BAB 112
116 AFTER ONE NIGHT IN LONDON
117 BAB 113
118 BAB 114
119 BAB 115
120 BAB 116
121 BAB 117
122 BAB 118
123 BAB 119
124 BAB 120
125 BAB 121
126 BAB 122
127 BAB 123
128 BAB 124
129 BAB 125
130 BAB 126
131 BAB 127
132 BAB 128
133 BAB 129
134 BAB 130
135 BAB 131
136 BAB 132
137 BAB 133
138 BAB 134
139 BAB 135
140 BAB 136
141 BAB 137
142 BAB 138
143 BAB 139
144 BAB 140
145 BAB 141
146 BAB 142
147 BAB 143
148 BAB 144
149 BAB 145
150 BAB 146
151 BAB 147
152 BAB 148
153 BAB 149
154 BAB 150
155 BAB 151
156 BAB 152
157 BAB 153
158 BAB 154
159 BAB 155
160 BAB 156
161 BAB 157
162 BAB 158
163 BAB 159
164 BAB 160
165 BAB 161
166 BAB 162
167 BAB 163
168 BAB 164
169 BAB 165
170 BAB 166
171 BAB 167
172 BAB 169
173 BAB 170
174 BAB 171
175 BAB 172
176 BAB 173
177 BAB 174
178 BAB 175
179 BAB 176
180 BAB 177
181 BAB 178
182 BAB 179
183 BAB 180
184 BAB 181
185 BAB 182
186 BAB 183
187 BAB 184
188 BAB 185
189 BAB 186
190 BAB 187
191 BAB 188
192 BAB 189
193 BAB 190
194 BAB 191
195 BAB 192
196 BAB 193
197 BAB 194
198 BAB 195
199 BAB 196
200 BAB 197
201 BAB 198
202 BAB 199
203 BAB 200
204 BAB 201
205 BAB 202
206 BAB 203
207 BAB 204
208 BAB 205
209 BAB 206
210 BAB 207
211 BAB 208
212 BAB 209
213 BAB 210
214 BAB 211
215 BAB 212
216 BAB 213
217 BAB 214
218 BAB 215
219 BAB 216
220 BAB 217
221 BAB 218
222 BAB 219
223 BAB 220
224 BAB 221
225 BAB 222
226 BAB 223
227 BAB 224
228 BAB 225
229 BAB 226
230 BAB 227
231 BAB 228
232 BAB 229
233 BAB 230
234 BAB 231
235 BAB 232
236 AFTER WEDDING ( PANJI DAN ECHA)
237 BAB 233
238 NOVEL BARU: FAJAR UNTUK EMBUN
239 RADAR cinta Andara
Episodes

Updated 239 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
SAYEMBARA JODOH ( TAMAT)
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
MENDADAK MISKIN NOVEL BARU
49
BAB 47
50
BAB 48
51
BAB 49
52
BAB 50
53
BAB 51
54
BAB 52
55
BAB 53
56
BAB 54
57
BAB 55
58
BAB 56
59
BAB 57
60
BAB 58
61
BAB 59
62
BAB 60
63
BAB 61
64
BAB 62
65
BAB 63
66
BAB 64
67
BAB 65
68
BAB 66
69
BAB 67
70
BAB 68
71
BAB 69
72
BAB 70
73
BAB 71
74
BAB 72
75
BAB 73
76
BAB 74
77
BAB 75
78
BAB 76
79
BAB 77
80
BAB 78
81
BAB 79
82
BAB 80
83
BAB 81
84
BAB 82
85
BAB 83
86
BINGKAI CINTA UNTUK SARMILA
87
BAB 84
88
BAB 85
89
BAB 86
90
BAB 87
91
BAB 88
92
BAB 89
93
BAB 90
94
BAB 91
95
BAB 92
96
BAB 93
97
BAB 94
98
BAB 95
99
BAB 96
100
BAB 97
101
BAB 98
102
BAB 99
103
BAB 100
104
BAB 101
105
BAB 102
106
BAB 103
107
BAB 104
108
BAB 105
109
BAB 106
110
BAB 107
111
BAB 108
112
BAB 109
113
BAB 110
114
BAB 111
115
BAB 112
116
AFTER ONE NIGHT IN LONDON
117
BAB 113
118
BAB 114
119
BAB 115
120
BAB 116
121
BAB 117
122
BAB 118
123
BAB 119
124
BAB 120
125
BAB 121
126
BAB 122
127
BAB 123
128
BAB 124
129
BAB 125
130
BAB 126
131
BAB 127
132
BAB 128
133
BAB 129
134
BAB 130
135
BAB 131
136
BAB 132
137
BAB 133
138
BAB 134
139
BAB 135
140
BAB 136
141
BAB 137
142
BAB 138
143
BAB 139
144
BAB 140
145
BAB 141
146
BAB 142
147
BAB 143
148
BAB 144
149
BAB 145
150
BAB 146
151
BAB 147
152
BAB 148
153
BAB 149
154
BAB 150
155
BAB 151
156
BAB 152
157
BAB 153
158
BAB 154
159
BAB 155
160
BAB 156
161
BAB 157
162
BAB 158
163
BAB 159
164
BAB 160
165
BAB 161
166
BAB 162
167
BAB 163
168
BAB 164
169
BAB 165
170
BAB 166
171
BAB 167
172
BAB 169
173
BAB 170
174
BAB 171
175
BAB 172
176
BAB 173
177
BAB 174
178
BAB 175
179
BAB 176
180
BAB 177
181
BAB 178
182
BAB 179
183
BAB 180
184
BAB 181
185
BAB 182
186
BAB 183
187
BAB 184
188
BAB 185
189
BAB 186
190
BAB 187
191
BAB 188
192
BAB 189
193
BAB 190
194
BAB 191
195
BAB 192
196
BAB 193
197
BAB 194
198
BAB 195
199
BAB 196
200
BAB 197
201
BAB 198
202
BAB 199
203
BAB 200
204
BAB 201
205
BAB 202
206
BAB 203
207
BAB 204
208
BAB 205
209
BAB 206
210
BAB 207
211
BAB 208
212
BAB 209
213
BAB 210
214
BAB 211
215
BAB 212
216
BAB 213
217
BAB 214
218
BAB 215
219
BAB 216
220
BAB 217
221
BAB 218
222
BAB 219
223
BAB 220
224
BAB 221
225
BAB 222
226
BAB 223
227
BAB 224
228
BAB 225
229
BAB 226
230
BAB 227
231
BAB 228
232
BAB 229
233
BAB 230
234
BAB 231
235
BAB 232
236
AFTER WEDDING ( PANJI DAN ECHA)
237
BAB 233
238
NOVEL BARU: FAJAR UNTUK EMBUN
239
RADAR cinta Andara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!