"Kamu mau kemana, Del? rapi dan wangi." sapa Arumi yang melihat menantunya sudah berpenampilan gaya.
"Mau antar makan siang buat mas Rian, ma. Aku tadi masak ayam kecap kesukaan mas Rian. Sekalian mau bawa Roger ke dokter, ma."
"Oh, tapi kalau menurut mama nggak usah ke dokter. Roger itu masih dua tahun. Kalau dia belum lancar bicara tinggal di latih saja." sahut Arumi.
"Tadinya begitu, ma. Tapi aku pengen tahu apa kata dokter dulu. Kata mamaku, aku dulu sampai di bawa ke dokter dan psikolog saat usia tiga tahun. Aku nggak mau apa yang aku alami nular ke Roger juga."
"Yasudah kalau itu menurut kamu baik. Mama nurut saja, kalian yang lebih tahu soal Roger." jawab Arumi.
Delia pamit sama mama mertuanya untuk ke kantor suaminya. Saat ini Delia tinggal bersama mertuanya. Sedangkan mama Yasmin tinggal bersama salah satu putranya di Bandung.
Mobil mengantarkan Delia sampai di depan kantor WO milik suaminya. Dengan penuh percaya diri dia melenggang ke ruang kerja milik Rian. Nada sumbang tentang status pernikahannya yang sudah memiliki anak pun menjadi bahan pembicaraan para staf.
"Kalau aku sih setuju pak Rian sama mbak Dira. Dira mah nggak murahan kasih tubuhnya ke lelaki. Beda sama yang onoh. Bawa anak pas nikah. Belum tentu juga itu anak pak Rian." umpat salah satu karyawan.
Delia hanya bisa diam. Dia malas buang energi meladeni ocehan karyawan suaminya.
Ceklek!
Delia mengerjap matanya saat sampai di ruang kerja suaminya. Tak ada Rian dalam ruangan tersebut. Padahal tadi dia sudah mengabari kalau akan ke kantor membawa makan siang.
Delia menelepon suaminya. Terdengar deringan ponsel dari dalam meja kerja Rian. Delia membuka gawai suaminya, ternyata pesannya tak dibuka Rian.
Dengusan kesal terdengar dari bibir tipisnya.
"Dia kemana?"
Beberapa saat terdengar suara orang sedang mengobrol di luar. Suara wanita yang terdengar akrab pada suaminya.
"Terimakasih atas kerjasamanya, Rian. Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi setelah tamat SMA." ucap wanita tersebut.
"Renata maafkan aku yang dulu pernah selingkuh dari kamu. Masa itu masih menjadi transisi buat aku. Dimana aku masih belum yakin dengan perasaanku pada kamu."
Delia mendengar pembicaraan mereka hanya menggenggam ujung bajunya. Ternyata suaminya reuni bareng mantan pacarnya.
BRAAAAAK!
Delia membuka pintu dengan keras. Rian kaget melihat istrinya sudah ada di depan dirinya.
"Sayang!" Rian mengejar Delia yang pergi membawa rantang.
Delia memasuki lift dan di tahan Rian.
"Kenapa kamu tidak temani mantan pacarmu itu. Kamu pasti sudah pergi makan siang sama dia. Pantes saja ponselmu ditinggal, rupanya ..."
"Del, dengar dulu penjelasan aku." Delia keluar dari lift.
Dalam perjalanannya dia merasa kepalanya agak pusing. Semua penglihatannya berbayang. Dia tak tahu lagi apa yang terjadi, Delia melihat tetesan darah yang entah dari mana. Seketika pandangannya gelap.
*
*
*
*
"Sayang, kamu sudah sadar." Rian menatap istrinya yang sejak pingsan tadi.
"Mas, aku dimana?" suara Delia masih sedikit lemah. Rian langsung memeluk istrinya.
"Kamu diruang kerjaku, sayang."
"Mas, kenapa aku bisa disini. Bukannya tadi aku dirumah masih memasak buat kamu."
"Maafkan aku, sayang. Tadi kita ada sedikit salah paham. Maafkan aku, bukan aku mau reuni, tapi kita memang kerja sama di kantor ini." jelas Rian.
"Aku nggak paham, mas. Kamu ngomong apa? reuni, salah paham?" Delia makin bingung dengan ucapan suaminya.
"Maaf, pak. Bisakah kita bicara sebentar." kata dokter yang di undang Rian tadi.
"Boleh. Kita bicara di lobby saja." Rian berjalan mendekati istrinya. "Sayang, aku keluar sebentar. Kamu istirahat dulu, ya." Delia mengangguk menuruti permintaan suaminya.
Rian berjalan jauh meninggalkan ruang kerjanya. Saat dalam lift dokter pun akhirnya berbicara.
"Istri anda sepertinya memiliki gejala awal alzheimer. Saat ini dia hanya mengingat kejadian beberapa jam kebelakang. Dia tidak akan ingat kejadian beberapa menit yang lalu.
pengidap sering lupa nama tempat atau benda, sering menanyakan pertanyaan yang sama atau menceritakan cerita yang sama berulang kali, bahkan lupa dengan percakapan yang belum lama dia bicarakan."
"Lalu bagaimana solusinya, dokter. apakah penyakit itu parah. Jujur saya baru dengar nama penyakit tersebut." ucap Rian yang diliputi kecemasan.
"Untuk sementara ini cukup mengajak istri anda melakukan kegiatan positif. Seperti olahraga, menjaga asupan makanannya. Memberikan waktu untuk istri anda, misalnya diajak refreshing ke tempat yang indah. Jauhkan istri anda dari hal yang berbau kenangan buruk. Itu saja.
Nanti akan ada vitamin yang bisa menajamkan daya ingatnya." Dokter mengeluarkan kertas untuk mencatat resep.
Rian mengantarkan dokter sampai di depan pintu gerbang kantor. Beberapa saat si sopir yang mengantar dokter pun muncul menuntun majikannya masuk kedalam mobil. Rian memandang mobil ke hingga hilang dari pandangan. Sesaat dia terdiam mengingat apa yang dijelaskan dokter masih belum terlalu dipahami.
Apa itu Alzheimer? parah apa tidak? itu masih membelenggu Rian dalam pikirannya.
Rian berjalan menuju ruang kerjanya. Mengingat istrinya masih berada disana.
"Sayang," Rian menyapa Istrinya yang linglung seperti mencari sesuatu.
"Mas, kamu lihat handphoneku nggak. Perasaan tadi aku letak disini." ucap Delia masih berputar mencari barangnya.
Rian tercengang atas sikap Delia. Padahal sudah jelas handphone sedang berada di gantungan lehernya.
"Ini sayang." Rian menaikan ponsel di depan Delia.
"Astaga, maaf, mas. Aku lupa kalau pakai ini." Delia sedikit menyengir.
"Kamu ini, masih muda sudah pelupa." Rian memeluk istrinya dengan erat.
"Nggak tahu, Mas. Aku juga heran." Delia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yasudah, kita pulang, ya. Kasihan Roger pasti dia nyari kita." ajak Rian.
"Roger itu siapa, Mas?"
Deg! Rian kaget dengan pertanyaan Delia. Di tatapnya dengan intens. Masih dalam keadaan bingung, Rian pun memastikan kenapa Delia ingat dirinya tapi tidak ingat putra mereka.
"Roger itu anak kita, sayang."
"Kita punya anak,ya. Kapan aku melahirkan?"
"Kita...." Rian menghentikan ucapannya.
Jauhkan istri anda dari hal yang berbau kenangan buruk. Itu saja.
Apa aku harus ikut pemikiran Delia yang tidak mengenal Roger.
Harusnya aku mendekatkan Delia dengan anaknya sendiri. Bukan malah menjauhkan mereka.
Ya Allah, sebenarnya apakah Delia termasuk gejala pikun. Tapi bukannya pikun itu biasanya menimpa orangtua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2023-05-12
0
🤗🤗
apa itu penyakit lupa🧐🧐
2022-09-28
0
🤗🤗
apa itu sejenis lupa ingatan.
2022-09-28
0