"Juna, mama mau tanya sama kamu. Apa kamu ada tahu tentang masalah yang dihadapi Feri? mungkin ada petunjuk sebagai titik terang."
Juna menunduk lemas. Dia tahu masalah yang dihadapi Feri cukup pelik. Dulu dia pernah menasihati Feri agar tidak ikut campur dalam masalah Glen. Tapi sayangnya Feri tidak mau mendengarkan nasihatnya.
Semua yang ada di ruang makan menatap kearahnya. Seakan menanti apa yang akan di jelaskan Arjuna.
Flashback on
"Kak, tolong pikirkan lagi soal artikel itu. Itu akan merugikan banyak pihak. Apa yang kamu inginkan dari semua ini" Tanya Juna saat menyambangi ruang kerja atasannya.
"Kenapa? kamu takut di libatkan! secara tidak langsung kamu juga terseret dalam masalah." nada bicara Feri seakan mengancam Juna.
"apa yang kak Feri inginkan dalam hal ini? menghancurkan perusahaan lain yang tidak ada urusannya dengan kita. Kakak tahu apa dampaknya, perusahaan hancur, para karyawan yang mengais rejeki disana terancam pengangguran. Padahal pekerjaan disana mereka bisa membiayai keluarganya. Pikirkan hal itu!.
Kak Feri ingat saat perusahaan ini di ujung tanduk saat ulah om Andre. ingat saat Tante Dewi jatuh sakit memikirkan kelangsungan perusahaan ini. Dan hal itu harusnya jadi pelajaran buat kamu!"
Feri tak mengindahkan ucapan Juna. Lelaki itu malah meminta Juna ingat bagaimana Glen masih meremehkan dirinya. Sebelum meninggalkan ruang kerja Feri, Juna mengingatkan lelaki itu untuk berpikir lagi.
Juna bukan sekedar menasehati, setelah kedatangan Glen sebagai klien yang ingin bekerjasama. Feri terlihat memikirkan banyak hal. Yang Juna tahu dendam masa SMA masih bersarang dipikiran sahabatnya. Termasuk penyebaran video Glen bersama beberapa wanita malam di salah satu clubbing.
Juna juga tahu kalau dirinya dipaksa andil dalam hal ini. Dia tahu tapi tidak berusaha mencegah. Karena saat itu dia pikir apa yang dilakukan Feri bukanlah urusan dirinya. Namun saat Feri bilang namanya juga terseret, dia menjadi cemas. Saat itu dalam benaknya apa kata Delia kalau dia melakukan hal itu.
Beberapa hari kemudian Juna mendengar video clubbing Glen sudah tersebar. Tentu saja video itu mempengaruhi semuanya. Karir dan perusahaan Glen hancur dalam hitungan bulanan. Terlebih Feri menarik semua orang yang bekerja sama dengan Glen. Merekrut sebagian staf handal ke perusahaannya.
"Kan aku sudah bilang. Jangan remehkan Feri Andreas. Sekarang rasakan akibatnya." tawa Feri yang kebetulan sedang berada di ruangan Arjuna.
"Kak please, sudahlah." mohon Juna.
"Sebentar lagi kita akan melihat kehancuran Glen, Juna." tawa Feri.
"Aku dengar istrinya sudah pisah dari Glen." lapor Juna.
"Istri? apakah itu Tina? kalau iya bagus dong sekali tepuk dua lalat tertangkap."
"Kalau bukan Tina? bagaimana?" tebak Juna.
"Bukan urusan aku! Aku juga ingin tahu keberadaan Tina biar bisa membalaskan sakit hatiku."
"Tina salah apa? karena dia pasangan Glen saat itu atau karena dia nolak kamu? ayolah jangan seperti ini. Ingat Meyra sedang hamil, jangan sampai kejadian ini jadi boomerang buat kamu." Juna belum lelah mengingatkan Feri.
"Sudahlah Juna, kamu tidak usah ikut campur. Kalau saya kamu bilang tidak memikirkan orang lain, lalu bagaimana dengan calon mertuamu! dia bahkan berlipat-lipat kejam dari aku. Dan kamu masih berharap pada anaknya. Padahal ada yang lebih dari Delia!"
"Maksudnya?" Juna tidak mengerti.
"Dari cintamu pada Delia, yang menurut aku bukan beneran cinta. Tapi sekedar kagum, dan harusnya kamu peka hal itu." Ucap Feri.
"Kenapa kita jadi bahas soal Delia, sih! Kita bahas soal kamu!" bantah Juna.
"Kamu tahu aku sedang membandingkan antara aku dan Tuan Shahab. Dan jika kamu bilang yang aku lakukan salah, maka bukan aku saja yang kena tapi kamu juga. Satu hal lagi, aku dibantu oleh tuan Shahab dalam hal ini." terang Feri.
Juna terdiam sejenak. Dia tidak menyangka kalau Feri meminta bantuan tuan Shahab. Padahal Feri tahu seperti apa calon mertuanya itu.
Setelah kabar tumbangnya perusahaan yang di pegang Glen. Feri memeriksa Glen di penjara. Karena yang dia dituduh menggelapkan uang gaji karyawan. Termasuk dengan skandal yang menimpa lelaki itu.
Setelah satu bulan masalah Glen yang dianggap selesai. Feri dikejutkan dengan pingsannya Meyra di rumah kerja. Kehamilan Mey yang hendak memasuki lima bulan tidak bisa di pertahankan. Tak berselang lama, Meyra menghembuskan nafas terakhirnya.
Kematian Mey sangat mengguncang perasaan Feri. Karena ternyata dia membaca file Feri soal sabotase perusahaan Glen.
Flashback off
"Jadi kamu terlibat, mas?" Suara Dira terdengar sesenggukan.
"Enggak, sayang aku nggak terlibat. Aku hanya tahu masalah itu dan aku sama sekali nggak ikut-ikutan. Percaya sama aku, Dira.
Saat itu kakakmu sedang tersulut api kebencian. Jadi dia melakukan itu hanya ingin memberi pelajaran buat Glen biar tidak sombong. Dan kami sama sekali tidak tahu kalau perusahaan itu hasil di rebut dari keluarga Meyra."
Mama Dewi yang sedari tadi diam pun beranjak dari kursi makannya. Wanita paruh baya itu hanya berjalan gontai menuju kamarnya. Dira mengkode vira menemani sang mama. Dira takut mamanya drop karena masalah ini.
"Mama pengen sendiri, Vira."
"Enggak, ma. Vira nggak akan biarkan mama sendiri. Vira tahu apa yang menjadi kegelisahan mama. Tapi Vira yakin ada jalan keluar dari masalah ini. Percaya, ma sama Vira."
Tapi tetap saja mama Dewi mendorong Vira dengan pelan dan menutup pintu kamarnya. Tampak wanita itu memilih berdiam diri di kamar. Wajah yang murung dan mengguratkan kesedihan. Bagi Dewi, dia sudah gagal mendidik putranya yang terkungkung dalam dendam. Apalagi sifat Feri dan Andre sebenarnya mirip, keras kepala dan sensitif. Dewi menyadari hal itu saat Feri datang memaki Andre saat di pernikahan Dira.
Kejadian yang sama saat Dewi bertemu mantannya di suatu acara. Andre yang tahu bagaimana masa lalu Dewi dengan lelaki itu tampak tidak suka. Dia memaksa Dewi untuk ikut pulang padahal mereka baru saja sampai. Di rumah pun dilanjutkan dengan pertengkaran panjang karena rasa cemburu yang membabi buta. Apalagi Andre sangat ringan tangannya.
Dewi menangis mengingat masa lalu yang perih. Teringat bagaimana dia mati-matian membangun perusahaan yang sempat hancur karena ulah suaminya. Sekarang hal yang sama dilakukan anaknya pada perusahaan orang lain.
"Aku sudah gagal mendidik anakku." isaknya.
"Ma," Dewi mendengar suara Dira memanggil.
"Iya, nak." sahut Dewi.
Dengan cepat Dewi membuka pintu kamarnya. Tampak putri keduanya berdiri didepan pintu. Dira memasang guratan wajah manjanya. Tanpa basa-basi dia melabuhkan tubuhnya diatas ranjang mamanya.
"Kenapa, nak?" tanya mama Dewi.
"Cucu mama mau rebahan diatas paha Omanya boleh?" Dewi mengangguk lalu mempersilahkan putrinya merebahkan kepalanya dipaha Dewi.
"Ma, .." Dira angkat bicara sambil menikmati belaian dari tangan mamanya.
"Iya, nak."
"Mama masih marah sama kak Feri? ma, kak Feri membutuhkan dukungan kita. Terutama dukungan dari mama. Aku tahu kalau yang dilakukan kak Feri salah. Kalau aku tangkap dari cerita mas Juna tadi, kak Feri tidak sepenuhnya salah, mana dia tahu kalau perusahaan itu dulunya milik Om Amran. Dia hanya menyebarkan skandal yang dilakukan orang itu.
Kalau pun perusahaan itu bangkrut, bukan karena skandal itu. Melainkan teguran dari yang diatas, karena umatnya melupakan Tuhan."
"Tapi, kakakmu mengakuinya, dia mengakui kalau memang ada keterlibatan dalam penggulingan perusahaan tersebut. Apa dia lupa kalau dulu perusahaan kita juga pernah mengalami masa itu. Apa dia lupa dengan semua itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Lindra
mampir .... awal awal yang bagus 👍👍👍
2023-05-14
0
Elisabeth Ratna Susanti
mampir 😍
2023-05-10
0
Shopia Asmodeus
ada tahu mgsudnya?
2022-11-02
0