Udara pagi ini terasa sangat menusuk tulang. Setelah tetesan air dari langit turun membasahi bumi. Di sebuah kamar yang luas tampak dua insan melepaskan rasa lelahnya di ranjang. Dalam tutupan selimut keduanya saling memegang pinggang. Tampak si wanita nyenyak bersandar di bahu sang lelaki.
Pelan-pelan dia membuka matanya, mengalihkan pandangannya kearah sosok cantik disampingnya. Sosok yang kini menjadi istrinya. Tubuhnya sedikit bergeser mendekati dahi istrinya. Melabuhkan kecupan manis, dari dahi hingga ke bibir. Pelan-pelan mata cantik itu membuka, namun memilih kembali memejamkan matanya. Menikmati serangan mesra dari suaminya.
"Terimakasih, sayang. Ini kado ulangtahun yang terindah. Kado yang akan kita jaga seumur hidup." bisik Juna.
Tak ada respon dari wanita disampingnya. Juna merasakan istrinya semakin erat memeluknya. Tangan Juna meraih pucuk rambut Dira. Kembali melabuhkan kecupan di pucuk rambut Istrinya. Walaupun Juna tahu sebenarnya Dira tidak tidur, namun dia tetap membiarkan istrinya melakukan apa yang dia mau.
"Sayang," Juna membisikkan sapaan di telinga Dira.
"Hmmmm..." Dira masih bergelayut manja diatas dada suaminya.
"Bangun, dong. Ini sudah pagi."
"Hmmm..."
Juna pelan-pelan melepaskan tangan Dira. Perutnya serasa naik. Lelaki itu berlari ke kamar mandi. Suara muntahan itu terdengar oleh Dira "Sepertinya mas Juna kena ngidam anaknya." Batin Dira.
Namun beberapa saat setelah Juna keluar dari kamar mandi. Dira pun berlari masuk kamar mandi, sama dengan Juna, dia pun ikut terkena morning sickness. Juna yang masih lemas membantu istrinya untuk di istirahatkan diatas ranjang. Lelaki itu membalurkan perut Dira dengan minyak angin. Juna dan Dira ternyata kembali kompak mual setelah menghirup aroma minyak angin. Dan keduanya pun merebahkan diri di ranjang setelah beberapa kali terkena morning sickness.
"Kok bisa kita kompak gini, ya?" tanya Dira.
"Itu yang namanya jodoh sayang. Sakit bersama, bahagia bersama." Juna mencubit hidung istrinya.
"Kalau kita berdua yang seperti ini, lalu siapa yang akan menjaga aku kalau ada apa-apa." kata Dira.
"Semoga ini nggak akan lama, sayang. Aku juga tersiksa seperti ini." jawab Juna sambil membetulkan cara duduknya. Lelaki itu mengelus perut Dira. "Nak, selamat datang di keluarga kecil kami. Papa harap semoga kamu bisa menjadi anak yang Sholeh atau mungkin Sholehah. Atau jangan-jangan dua duanya."
Dira tertawa kecil. Yang dia tahu kalau punya anak kembar harus ada bibit dari keluarganya. Tapi yang dia tahu tidak ada sejarah kembar dalam keluarganya.
"Ayu punya kembaran laki-laki. Tapi meninggal karena sakit saat usia tiga bulan. Kata mamaku, nama kembaran Ayu itu Bagus Bramantyo." cerita Juna mengenang adik lelakinya yang sudah di surga.
"Ayu nggak pernah cerita." Jawab Dira.
"Ayu nggak tahu kalau dia punya kembaran. Mama memilih enggan bercerita. Entah apa alasannya aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti jika kita dikaruniai anak kembar ya karena ada bibitnya." jawab Juna.
Beberapa saat Juna dan Dira pun sudah bersiap-siap turun berkumpul dengan keluarga besar istrinya. Mama Dewi memasak nasi kuning berserta lauk pauknya. Mata Dira berbinar saat melihat kreasi telur yang menyerupai bebek. Dira langsung mengambil telur tersebut memindahkan ke piring kecil.
"Kamu mau makan telur, sayang?" tanya Juna.
Dira menggeleng. Justru dia merasa sayang untuk memakan telur itu "enggak, Mas. Ini buat di simpan."
"Ibu hamil aneh-aneh aja." celetuk Vira.
Dira melototi Vira yang mengganggunya. Tampak Vira masa bodoh dengan reaksi Dira. Gadis 19 tahun itu memilih menyantap nasi kuning di padu ayam goreng dan sambal krecek.
"Berasa di Jogja kalau lihat menu ini." celetuk Juna.
"Ini mama spesial buatin untuk menantu kesayangannya. Katanya kak Juna suka gudeg, ya." sahut Vira.
Dira menjelit kearah Vira. Dia seperti terbakar cemburu karena Vira lebih tahu kesukaan suaminya. Namun hal itu di tahannya. Dira enggan merusak suasana bahagia yang sudah dipersiapkan mamanya. Dira memindahkan beberapa lauk ke piring untuk makan suaminya.
"Terimakasih, kalian sudah ingat ultahku." Juna penuh haru.
"Ini ide kak Dira." sahut Vira. "Sewaktu dokter bilang kak Dira hamil, kak Dira pengen kasih kejutan. Terus dia bilang kalau suaminya ulang tahun. Makanya kami menelepon kakak dan berhasil."
Juna menoleh kearah istrinya. Dira hanya menunduk malu. Lelaki itu menggenggam dan mengecup siku jemari istrinya. Untaian kata terimakasih pun terucap. Dira senang suaminya menikmati kejutan darinya.
"Juna,"
Mama Dewi yang sedari tadi diam pun angkat bicara.
"selamat ulang tahun, ya, nak. Semoga kamu panjang umur sehat selalu. Dan tetap menjadi Arjuna yang humble. Tetap menjadi Juna yang sudah menjadi anak lelaki mama setelah Feri."
"Terimakasih, ma. Maaf kalau acara ini membuat mama repot. Sekali lagi Juna berterimakasih sama kalian yang mau memberikan surprise ini. Terutama rasa terimakasihku pada istriku tersayang. Di hari aku bertambah usia, Tuhan memberikan kado yang terindah." Juna mengelus perut istrinya.
Hidangan di meja dengan beraneka masakan yang spesial dibuat mama Dewi. Semua sudah duduk berkumpul, merayakan ulangtahun sang menantu. Juna menyeka air matanya. Ucapan terimakasih kembali terlontar dari sang menantu.
Pada saat seseorang bertambah usia tentunya akan semakin berat tanggung jawab dan semakin banyak pula keinginan. Di usia yang semakin bertambah Juna berharap bisa berbagi kebahagiaan bersama orang-orang terdekatnya.
Ya Allah panjangkanlah umur kami, sehatkanlah badan kami, terangilah hati kami, kuatkanlah hati kami, baikkanlah amal kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami dengan kebaikan dan jauhkanlah kami dengan kejahatan. Kabulkanlah semua kebutuhan kami dalam agama di dunia ataupun di akhirat. Sesungguhnya hanya Engkaulah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
"Amin" ucap semua yang ada di meja makan.
"Sudahlah, aku lapar. Mari makan," Vira tanpa basa-basi langsung mengambil satu centong nasi kuning. Penuh dengan lauk pauknya.
"Aku kira kamu sudah belajar mengontrol nafsu makan. Eh, nggak tahunya tambah rakus." ledek Dira.
Vira hanya menjulurkan lidahnya pada Kakak perempuannya. Ini porsi makan keduanya.
"Kayaknya adikku ketularan Elsa." tawa Dira.
"Sudah... sudah... kamu dari kemarin suka sekali ganggu adikmu. Kasihan Vira, sudah ditinggal nikah, terus nafsu makannya turun." Vira melotot, dia kira bakal dibela mamanya. Rupanya ikut mengganggunya.
"Hahahaha..." suara tawa satu meja makan.
"kak Feri mana, ma?" Juna sedari tadi tak melihat kakak iparnya.
"Feri sekarang di tahan. Untuk mengikuti proses kasus yang di tuntut mertuanya." jelas mama.
"Polisi jemput atau..."
"Kak Feri yang datang ke kantor polisi. Dia semalam menerima undangan datang ke sana. Dan dia bilang, untuk sementara dia ditahan karena masih ada proses yang harus di selesaikan." jelas Vira.
"Juna, mama mau tanya sama kamu. Apa kamu ada tahu tentang masalah yang dihadapi Feri? mungkin ada petunjuk sebagai titik terang."
Juna menunduk lemas. Dia tahu masalah yang dihadapi Feri cukup pelik. Dulu dia pernah menasihati Feri agar tidak ikut campur dalam masalah Glen. Tapi sayangnya Feri tidak mau mendengarkan nasihatnya.
Semua yang ada di ruang makan menatap kearahnya. Seakan menanti apa yang akan di jelaskan Arjuna.
Visual Arjuna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
triana 13
like + 🌹 supaya makin semangat
2023-05-06
0
Elisabeth Ratna Susanti
suka makan sama kayak aku 😍
2023-05-06
0
Elisabeth Ratna Susanti
suka dengan pemilihan diksinya 😍
2023-05-06
0