Malam yang Indah

Aihh.. Ada ada saja, terus aku jadi bantalnya. " Oh ya Dek, aku ada sesuatu untuk kamu ". Dia bangun dan duduk. Dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Dan apa itu..??

 

Sebuah kotak entah terbuat dari apa, ukurannya tidak terlalu besar , masih bisa di genggam tangan satu. Berbentuk hati dan dia membukanya tepat di depanku, apa itu?..

Dr. Afandi mengambil benda itu, sebuah kalung yang indah dengan liontin berbentuk hati.

" Dek, ini jangn pernah kamu lepas ya, biarkan cinta kita tetap utuh " Ucapnya.

Aku terpaku, menatap lurus kedepan, benar benar berasa mimpi. Apa iya, aku tidak pernah bermimpi pun. Untuk apa? Dengan keadaan aku yang sekarang saja sudah bersyukur, ngapain harus meminta lebih. Tapi, Allah yang berkehendak. Aku dipertemukan dengannya disaat aku membutuhkan sosok pendamping hidupku.

Dr. Afandi memakaikan kalung itu. " Cantik " Ucapnya tersenyum lebar. " Terimakasih " Jawabku.

" Kenapa diam saja hmmm? "..

" Enggak, aku berasa mimpi " Celetukku.

Dr. Afandi kembali memencet hidungku. " Ampun Dokter, hidungku tidak bakal mancung, apalagi dipencet terus". Ucapku.

" Yeehh, abisnya kamu diam saja Dek, ini tuh nyata Dek, bukan mimpi "...

" Gimana? Kamu tambah cantik tau Dek, aku suka dengan gaya rambutmu " Dia memainkan rambutku dan menatap dalam mataku. Setelah beberapa saat saling bertatapan, aku memalingkan wajahku, wajahku panas dan sedikit gerah.

" Sudahlah jangan tegang terus sayang, bercanda aja kaya tadi seru tau "..

Aku bingung harus bagaimana lagi, aku kehabisan kata kata. Tiba tiba Dr. Afandi memelukku dari samping, aku sebenarnya takut sekali, apalagi dia sudah berani memeluk seperti ini. Jujur, aku tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Pacaran juga tidak pernah sampai peluk pelukan.

Hembusan angin menerpa rambutku, malam semakin gelap, aku tidak tau ini sudah jam berapa, perasaan sudah lama sekali.

" Dokter, sudah jam berapa? " Tanyaku. Dr. Afandi melihat jam yang melingkar di tangannya. " Tuh jam delapan juga belum. Kenapa emangnya? Sudah ngantuk?."..

" Enggak, seperti sudah lama kita disini " Ucapku.

" Masa sih, perasaan aku baru sebentar loh Dek, apa kamu tidak nyaman ada di dekatku? "

" Tidak tau Dok, tapi bukan itu."..

" Cobalah Dek, ganti panggilannya, jangan Dokter terus "..

" Terus manggil apa? " Abang? " Tanyaku.

" Abang tukang bakso." Celetuknya.

" Nah kan, terus apa? Aku sudah nyaman manggil Dokter "..

" Ya sudah, bagaimana nyamannya aja, aku suka.."..

************

Alunan musik menyertai malam ini, langit cerah bertabur bintang, padahal satu jam lalu, langit ini sedikit berkabut. Tapi hawa dingin masih terasa, apalagi ini berada di atas Gedung.

Orang orang berlalu lalang walaupun gak banyak, aku gak tau namanya ini tempat apa, Caffe mungkin. Dr. Afandi memilih tempat duduk yang berada paling belakang. Dia tau kalau aku pemalu, mungkin gak mau merusak suasana.

" Dek, ngapain lagi ya bingung " Ucapnya.

" Tidak tahu, hehe."..

" Atau makan aja ya, mau apa Dek? "

" Emang ada apa sih, aku tidak tau makan apa yang enak.."..

" Siomay aja ada tidak " Lanjutku.

" Oke, sebentar aku panggil Pela*** dulu..

" Pelay**..!! "

" Ada yang bisa saya bantu? " Tanyanya ramah.

" Saya pesan siomay dua porsi "..

" Baik, di tunggu sebentar ya "..

***********

" Oh ya Dek, kamu belum jawab pertanyaanku lho..! "

" Yang mana? "..

" Kamu kenapa terima aku? "

" Karena.......,,, Aku Cinta Kamu ".Ucapku. Entahlah pengakuan dramatis ini membuat aku malu sebenarnya. Sepertinya wajahku sudah memerah aja nih, panas..

" Yes, benarkah? Teriamaksih sayang."..

Aku menatap Dr.Afandi dengan intens, rona bahagia yang terpancar di wajahnya begitu terpancar. Bahkan bibirnya tidak berhenti tersenyum senang.

" Dokter, apa alasannya, Dokter bisa mencintai aku? "..

" Tidak tau Dek, pokoknya aku merasa ingin bersama kamu terus Dek, aku tidak mau kehilangan kamu. Karena kamu juga aku bisa tersenyum " Raut mukanya berubah menjadi sedikit mendung. Ada apa?.

" Dek, pokoknya jangan pernah berniat untuk nenggalin aku ya., Please..!! " Ucapnya memohon. Seperti ada sedikit trauma, sampai takut kalau aku sampai meninggalkannya.

" Dokter..!! " .

" Permisi, pesanannya sudah sampai, selamat menikmati" Ucap Pela*** itu.

" Terimakasih " Ucapku.

**************

Kita menikmati siomay ini dengan lahap, Dr. Afandi lebih dulu menyuapiku. Aku yang di suapin begitu merasa malu banget. Dia melarang aku memegang garfu yang ada dipiringku. Ternyata diapun minta disuapi setelah aku menghabiskan satu porsi siomay yang disuapinya.

Entah sengaja atau tidak, dia ini makan belepotan banget, akhirnya aku mengelapnya dengan tisu. Dia memegang tanganku dan men****nya. Entahlah berasa melayang diperlakukan seperti ini. Hhaaa..

Selesai memakan siomay, Dr. Afandi mengajakku pulang.

" Dek, pulang yuk, takut Kak Ranti nyariin, tadi aku izinnya sebentar."

" Izin? Kapan izinnya? " Aku bertanya heran.

" Hhaa, tadi waktu kamu shalat " Jawabnya.

" Tapi, Kak Ranti kok tidak bicara apa apa? " Aku merasa heran, tidak ada yang mencurigakan.

" Ya kalau dibilangin bukan Surprise namanya.."

" Udah yuk..!! " Dr. Afandi menarik lenganku pelan.

************

" Dek ikut aku pulang yuk " Ajaknya ketika kita keluar dari Lift. Aku memukul lengannya. " jangan macam macam ya, nanti aku bisa jadi macan".

" Hahhaa, apa sih Dek, lucu banget kamu.."

" Ayoklah..!! " Dr. Afandi memelas.

" Halalin dulu aku Bang "..

" Ayok, kapan siapnya " Raut wajahnya serius.

" Heehh, tidak usah serius gitu Bang, aku masih ada Kakakku yang harus lebih dulu."..

" Hmmm " Wajahnya di tekuk. " Dek, anterin Abang dong, sampai depan "..

" Terus, aku nanti pulang kesini sama siapa? " Tidak mungkin aku pulang sendiri, takutlah malam malam begini.

" Duduk dulu yuk" Dia menarik tanganku dan menuntunku untuk duduk di kursi depan Ruang Rawat.

" Ada apalagi Dokter sayang " Celetukku. Hufft, aku menutup mulutku. Sebenarnya gemas banget melihat dia yang tidak mau berpisah.

" Coba sekali lagi sayaaang.."..

" Apa? "..

" Tadi bilang apa? " Tanyanya

" Bilang kalau kamu ganteng " Aduh lidahku kenapa keseleo begini sih.

" Aku mau tidur disini aja deh, tidak mau pulang.."..

" Nanti Momynya nyariinlah Bang.." Ucapku.

**********

Setelah asyik bercanda, Dr. Afandi berpamitan untuk pulang. Akupun kembali keruangan. Kulihat, Kak Ranti sudah tertidur, aku melihat jam di ponselku. " Sudah jam setengah sembilan " Gumamku. Aku takut Kak Ranti marah.

Aku ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu aku mengisi daya ponselku dan akupun tidur.

Tidur kali ini terasa sangat nyenyak, jam empat pagi aku terbangun. Aku duduk termenung, memikirkan apa yang semalam terjadi. Iya benar, malam adalah malam yang sangat spesial, dimana Dr. Afandi menyatakan cintanya langsung dan mengakui hubungan ini. Kalung ini, aku meraba kalung pemberian Dr. Afandi. Benar adanya, ini nyata aku bukan mimpi.

Aku ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Aku shalat Tahajud, memohon ampun kepada Sang Pencipta. Aku bersujud, melafalkan do'a do'a yang tiada hentinya. Aku bersyukur dengan semua yang aku punya saat ini. Selesai salat aku melanjutkan untuk membaca Al Qur'an.

" Semalam jam berapa pulang Na? " Aku.berhenti kemudian menatap Kak Ranti. Aku sedikit takut sebenarnya. " Jam setengah sembilan " Jawabku.

" maaf ya Kak, aku lama.! " Lanjutku.

" Emang habis dari mana? "

" Dari atas gedung. Oh ya Kak, emang Dr. Afandi sudah izin sama Kakak? "

" Iya, sore sore waktu kamu lagi shalat, dia bilang mau pinjem kamu "..

" Terus Kakak izinin "..

" Ya Trus kamu tidak mau? Dr. Afandi nyampe mohon mohon sama Kakak "..

" Kok bisa Kak? " Kak Ranti menggedigkan bahunya, tapi dia mesem mesem.

" Kakkk..! "..

" Lucu Dek, abisnya. Tapi ingat Dek, kamu harus punya batasan, dan harus bisa jaga diri." Ucap Kak Ranti serius..

Adzan subuh terdengar bersahutan, aku membantu Kak Ranti untuk ke Kamar mandi. Selesai berwudhu, Kak Ranti shalat di tempat tidur dengan posisi duduk. Sedangkan aku pergi ke Mushola untuk ikut shalat berjamaah.

***************

Kusambut pagi ini dengan rasa syukur yang tak terhingga. Hari ini sangat cerah seperti dua insan ini yang sedang berbahagia. Senyumnya terlukis begitu lebar di bibirnya. Rasa cinta mengalahkan apapun, tapi jangan sampai terjerumus kelubang maksiat.

Dr. Afandi dengan senyum lebarnya memasuki ruangan ini di waktu seperti biasa. Dia membawa godibag ditangannya, jas putih kebanggaannya di sampirkan di lengannya. Sangat tampan sekali.

Sudah tidak ada rasa canggung lagi, bahkan menanyakan keadaan Kak Ranti juga sambil bercanda. Dia memberikan godibag itu langsung kepadaku untuk pertama kalinya.

Aku menerimanya dengan senang hati. " Terimakasih Dokter " Ucapku tersenyum. Dia membalas dengan senyum khasnya sambil mengangguk. Kemudian berpamitan.

" [ Sayang, maaf aku ada rapat. Nanti kalau aku ada longgar waktunya kita makan bareng ] " Satu pesan aku terima dari Dr. Afandi.

" [ Iya tidak apa apa, terimakasih dan semangat kerjanya ] " Kukirim pesan balasannya.

" [ Oke sayang ] "..

*******

Pagi berganti siang, siangpun berganti sore. Dr. Afandi mengajakku bertemu sebelum pulang. Aku menemuinya di Lobi setelah minta izin Kak Ranti tentunya.

" Sayang..!! " Panggilnya. Aku yang baru keluar dari Lift celingukan.

" Aku disini " Dia melambaikan tangannya. Kemudian aku menghampirinya. " Apa kabarnya sayang? " Tanyanya. Kita jalan bergandengan tangan.

" Mau kemana Dokter? " Tanyaku.

" Kita makan ya, aku belum sempat makan siang? " Ucapnya.

" Kenapa? "..

" Sudah biasa sayang, kamu gak usah khawatir. Tadi pagi kan rapat, dilanjutkan pemeriksaan pasien. Pokoknya banyak banget PR aku"..

" Sebentar lagi, rapat penentuan jadwal oprasinya Mbak Ranti Dek"..

" Kapan itu? "

" Belum tahu, masih menunggu rapat dulu."..

" Dokter semangat ya."..

" Selalu dong, yang penting ada kamu disampingku " Dia merangkulku dan sampai tidak sadar kalau kita menabrak orang. " Dokter Afandii " Serunya. ' Siapa dia ' Gumamku.

**Bersambung....

Mohon maaf sebelumnya ya teman teman, kalau ada kata kata yang tidak nyambung karena saya masih belajar untuk merangkai kata. Mohon koreksinya🙏🙏

Tetap pantengin terus ya, jangan lupa Like komen dan Follow aku, Terimakasih🙏🙏🙏**..

Episodes
1 Kabar Buruk dari Kak Ranti
2 Pertama Kali Naik Bus
3 Kondisi Kak Ranti
4 Ruang Rawat Inap
5 POV Kak Ranti
6 Endoskopi
7 EMG ( ElectroMioGrafi )
8 CT Scan ( Computed Tomography )
9 Plasmapheresis..
10 Ecocardiografi ( USG Jantung )
11 Sarapan Bareng
12 Telepon dari Kampung
13 Kedatangan Teman Temanku
14 Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15 Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16 Pagi yang Cerah
17 Siapakah Dia.??
18 Terimakasih Sayang
19 Malam yang Indah
20 Berurai Air Mata
21 Maaf Sayang
22 Romantis
23 Bersyukur
24 Dokter Cinta
25 Kunjungan dari Bu Fatma
26 Dokter Elvira
27 Story Dr. Afandi
28 Diam
29 Gara Gara Bakso Pedas
30 Terulang Lagi
31 Gara Gara Meyra
32 Meyra Lagi
33 Kehilangan
34 Plasmafheresis ke 2
35 Satu Hari Sebelum Operasi
36 Menegangkan ( Operasi )
37 ICU ( Intensif Care Unit )
38 Kamar Penuh
39 Trakeostomi
40 Nomor Tanpa Nama
41 Kak Arkan
42 Lelah
43 Menjenguk Kak Ranti
44 Parkiran
45 Mencari Dr. Afandi
46 Di Lamar Dadakan
47 Bertemu Dr. Dafa
48 POV Dr. Dafa
49 Dokter Arvi
50 Flash Back
51 Bu Fatma Menjenguk
52 Gertakan Kak Arkan
53 Ummi Aminah
54 Hari Raya Idul Adha
55 Pindah ke Gedung A
56 Tidak Bisa Tidur
57 Daftar Radioterapi
58 Pesan Mengejutkan
59 Harus Menerima Dengan Ikhlas
60 Dania
61 Perjuangan Belum Usai
62 Pulang
63 Pulang Untuk Kembali
64 Vanes
65 Kembalinya Kak Arkan
66 Perdebatan
67 Terkena Hipnotis
68 Bukan Rezeki Kita
69 Berita tidak menyenangkan
70 POV ARKAN
71 MY Princess
72 Semakin Cantik
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Kabar Buruk dari Kak Ranti
2
Pertama Kali Naik Bus
3
Kondisi Kak Ranti
4
Ruang Rawat Inap
5
POV Kak Ranti
6
Endoskopi
7
EMG ( ElectroMioGrafi )
8
CT Scan ( Computed Tomography )
9
Plasmapheresis..
10
Ecocardiografi ( USG Jantung )
11
Sarapan Bareng
12
Telepon dari Kampung
13
Kedatangan Teman Temanku
14
Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15
Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16
Pagi yang Cerah
17
Siapakah Dia.??
18
Terimakasih Sayang
19
Malam yang Indah
20
Berurai Air Mata
21
Maaf Sayang
22
Romantis
23
Bersyukur
24
Dokter Cinta
25
Kunjungan dari Bu Fatma
26
Dokter Elvira
27
Story Dr. Afandi
28
Diam
29
Gara Gara Bakso Pedas
30
Terulang Lagi
31
Gara Gara Meyra
32
Meyra Lagi
33
Kehilangan
34
Plasmafheresis ke 2
35
Satu Hari Sebelum Operasi
36
Menegangkan ( Operasi )
37
ICU ( Intensif Care Unit )
38
Kamar Penuh
39
Trakeostomi
40
Nomor Tanpa Nama
41
Kak Arkan
42
Lelah
43
Menjenguk Kak Ranti
44
Parkiran
45
Mencari Dr. Afandi
46
Di Lamar Dadakan
47
Bertemu Dr. Dafa
48
POV Dr. Dafa
49
Dokter Arvi
50
Flash Back
51
Bu Fatma Menjenguk
52
Gertakan Kak Arkan
53
Ummi Aminah
54
Hari Raya Idul Adha
55
Pindah ke Gedung A
56
Tidak Bisa Tidur
57
Daftar Radioterapi
58
Pesan Mengejutkan
59
Harus Menerima Dengan Ikhlas
60
Dania
61
Perjuangan Belum Usai
62
Pulang
63
Pulang Untuk Kembali
64
Vanes
65
Kembalinya Kak Arkan
66
Perdebatan
67
Terkena Hipnotis
68
Bukan Rezeki Kita
69
Berita tidak menyenangkan
70
POV ARKAN
71
MY Princess
72
Semakin Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!