Selesai muntah, aku kembali memapahnya untuk ke kamar. Dan aku kaget, ketika melihat lantai yang dilewati Kak Ranti, cairan berwarna merah berceceran di lantai.
Aku yang memang sedikit takut sama dar*h, langsung shock. Kemudian aku memanggil suster ke Nurse Station.
"Permisi Suster, kakak saya selang infusnya berdar*h..!! Kataku dengan sedikit tegang. Kemudian susternya mengambil Plester.
"Copot plesternya kan? " Ucapnya dengan sedikit ketus. Dia mau memberikan plester itu, mungkin maksudnya agar aku yang memberi plester itu.
"Bukan Sus, itu darahnya keluar banyak." Jelasku.
"Ya sudah sebentar." Jawabnya singkat, dengan muka juteknya.
Memang di lantai tujuh ini, suster juga pegawainya kurang pada ramah. Kita tidak bisa menurutnya salah sedikit, sering banget kena tegur.
Lima sampai sepuluh menit, belum ada siapa pun yang datang ke kamar Kak Ranti. Akupun terpaksa kembali ke Nurse Station untuk memanggilnya, walaupun sebenarnya takut kena omel lagi.
Dengan berdecak kesal akhirnya suster itu mau melihat keadaan Kak Ranti. Kak Ranti hanya terdiam dan pasrah.
Setelah di lihat, ternyata, jarumnya hampir terlepas, mungkin tertarik waktu tadi ke kamar mandi.
" Habis ngapain sih Bu, kenapa bisa lepas seperti ini? " Tanyanya, dengan nada yang ketus. Raut wajahnya yang jutek membuatku sedikit takut. Tapi, mau bagaimana lagi, aku tidak mengerti.
" Tadi habis dari kamar mandi." jawabku.
Setelah selesai, aku dan Kak Ranti kembali tidur sampai suara adzan subuh berkumandang.
Sekitar jam setengah tujuh, Dokter Afandi datang. Jangan di tanya bagaimana spot jantungku. Kenapa setiap ada Dokter Afandi, jantungku seperti sedang main kejar-kejaran, dag dig dug tidak karuan. Aku hanya menunduk untuk menahan rasa yang ada didalam hatiku.
Dokter Afandi bertanya, "Sudah sarapan?" Tanyanya. Entah bertanya kepada siapa, karena dia tidak menyebutkan nama.
" Belum, sebentar lagi." Jawab Kak Ranti. Karena memang jadwal sarapan paginya jam tujuh pagi. Aku bisa melihat, kenapa Dokter Afandi itu seperti terus memerhatikanku.
Setelah berbincang dengan Kak ranti. Dr. Afandi menanyakan namaku.
" Oh ya, Mbak, namanya siapa? " Tanyanya. Aku sedikit terlonjak, hufft Dokter ini membuatku jantungan saja, entahlah...
"Namanya Hana dokter." jawab Kak Ranti. Baru juga mau membuka mulut, sudah keduluan Kak Ranti. Aku memberanikan diri mengangkat kepalaku dan pandangan kami bertemu saat itu juga..
Beberapa saat aku bertatapan sampai akhirnya aku memalingkan wajahku. wajahku terasa panas seperti terbakar, mungkin wajahku sudah merah seperti tomat.
"Boleh minta nomor HPnya tidak, agar nanti kalau ada apa-apa bisa langsung menghubungi " Ucapnya tenang. "Ni Dokter sudah menebar racun rupanya, kenapa aku melihat gelembung-gelembung cinta di sorot matanya" Aku bergumam dalam hati. Hahaha...!!
"Boleh Dokter." jawabku. Kemudian aku menyebutkan nomor ponsel ku. Tidak lama kemudian, Hpku berbunyi ** Dengarkanlah.. Wanita pujaanku.., malam ini akan kusampaikan**. Belum selesai semua lagunya aku langsung memencet tombol merah yang berarti aku menolak panggilan
Yang tadinya hanya wajah yang terasa panas sekarang satu ruangan ini seperti sedang berada di gurun pasir, panas dan gerah. Padahal AC disini sangat dingin, apalagi kalau malam hari.
"Itu Nomor saya, tolong di simpan ya." Ucapnya dengan suara khasnya. "Matilah Maaakk!!" Berarti yang tadi MissCall itu Dr. Afandi. 'Bersembunyi kemana ini?? ' aku benar-benar merasa malu apalagi saat lagu yang menjadi nada deringnya itu berbunyi.
"Baik dokter." Ucapku Sekikuk-kikuknya. Rasanya aku ingin menenggelamkan wajahku ini di air sirop biar segar.
Dr. Afandi hanya menyunggingkan senyumnya yang bikin hati ini tambah meleleh. Kemudian pamit dan keluar dari ruangan yang sesak ini.
Huuffttt, Aku membuang nafas kasar kemudian menarik napas dalam dalam. "Apa aku ini terlalu geer?" Kataku di dalam hati.
Tidak lama kemudian sarapan datang, akupun mengambilnya kemudian menaruhnya diatas lemari. Ya, Kak Ranti sekarang makannya berbentuk cair yang sedikit kental, karena makannya lewat selang.
"Permisi, selamat pagi, apa kabarnya hari in?? " Ucapnya. Dokter Husein datang menyapa, dengan senyum diwajahnya membuat hari menjadi ceria. Dokter Husein adalah Dokter Neuro atau Saraf. Orangnya sangat ramah dan penyayang, jiwa kebapakannya sangat terpancar dari wajahnya. Mungkin umurnya sekitar empat puluh lima tahunan.
" Pagi Dokter." Ucapku tersenyum.
" Bagaimana kabarnya Mbak? Mbak Ranti?? " tanyanya lagi.
"Alhamdulillah baik, dokter. "Jawabku.
" Sudah sarapan belum? " Tanyanya lagi.
"Belum, lagi menunggu dingin dulu. " jawabku lagi sambil menunjuk botol makanan Kak Ranti yang berada diatas lemari kecil.
"Oh Ya sudah, Hari ini jadwalnya EMG ( Electromyography ).
EMG yaitu, tes untuk memeriksa kondisi otot dan sel sel saraf yang mengontrolnya. Tes ini dapat membantu mendeteksi adanya gangguan pada saraf, otot, atau masalah dengan sinyal yang dikirimkan saraf ke otot.
"Nanti daftar dulu, ke URJT dan minta suster surat pengantarnya Mbak." Lanjutnya.
"Baik Dokter." Jawabku lagi.
Tidak lama setelah Dokter Husein keluar, Petugas ruangan ini masuk dan membawa pengantarnya.
"Mbak, hari ini Bu Ranti jadwalnya EMG, di Gedung URJT, nanti Mbak daftar dulu ya? " Ucapnya, lalu ia memberikan surat pengantarnya...
"Iya bu, terimakasih. " Aku menerima surat pengantarnya, kemudian menaruhnya di atas lemari.
"Sudah sarapan belum?" Tanyanya.
"Belum bu, tadi masih panas." jawabku.
" Ya sudah, sarapan aja dulu."
" Baik Bu."
Setelah kepergian Bu Narti, aku membantu kakakku untuk makan terlebih dahulu, sudah menjadi rutinitasku setiap jamnya makan kakakku. Tidak lama setelah makan, Bu Narti kembali ke ruangan dengan membawa kursi roda.
"Makannya sudah selesai belum?" Tanyanya.
"Sudah Bu, " Jawab Kak Ranti. Bi Narti pun bilang kalau sekarang akan melakukan EMG dan untuk daftarnya akan sekalian berangkat.
Kak Ranti di dorong oleh Bu Narti, aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di URJT, aku diarahkan untuk mendaftar dan akupun menyerahkan pengantarnya yang tadi Bu Narti beri dan ternyata untuk pendaftaran pasien rawat inap tidak harus mengantri dulu seperti kemarin.
Alhamdulillah, hari ini dilancarkan segalanya, Kak Ranti di EMG di Poli Saraf.
***
Siang harinya Bang Bagas menghubungiku, dia mengatakan akan menjenguk Kak Ranti bersama Bang Robby. Oh ya, Bang Bagas adalah Abangku yg ke dua, sedangkan Bang Robby adalah Abangku yang pertama dari pernikahan Emakku. Jadi, kita beda Bapak.
"Hallo Assalamu'alaikum Dek!" ucap Bang Bagas di ujung telepon.
"Wa'alaikumsalam, Bang." Jawabku.
"Oh ya, nanti sebentar lagi Abang berangkat ke situ bareng Bang Robby."
"Oke Bang di tunggu!" jawabku sedikit senang.
Lima hari sudah aku di rumah sakit ini, aku belum begitu paham dengan pengobatan Kak Ranti, aku hanya mengikuti alurnya saja.
Aku sedikit lega, ketika Bang Bagas bilang kalau Bang Robby mau bergantian menunggu Kak Ranti, setidaknya aku bisa sedikit istirahat, karena kalau disini tidur pun tidak bisa nyenyak.
Jam satu siang, Bang Bagas kembali menghubungiku.
"Hallo Dek! Abang sudah di parkiran." Ucapnya.
"Ya sudah Abang tanya aja ke Security, Gedung A lantai tujuh " Ucapku.
Aku berbincang dulu sebentar setelah abang- abangku sampai. Tidak lama kemudian aku pun pamit ke Kak Ranti dan Bang Robby. Aku ikut pulang dengan Bang Bagas untuk sekalian mencuci baju, karena, selama lima hari ini aku tidak pernah mencuci baju, beruntung Kak Ranti membawa banyak baju jadi aku memakai baju Kak Ranti dengan persetujuannya.
Bang Bagas melajukan motornya meninggalkan rumah sakit ini. Semakin jauh dari rumah sakit, Bang Bagas melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Pegangan Dek, Abang ada janji. " Ucapnya sebelum meninggikan kecepatannya. Aku berpegangan ke pundaknya. Rasanya seperti melayang di bawa ngebut seperti ini.
Sekitar jam tiga sore aku sampai di tempat Bang Bagas. Bang Bagas langsung membuka kembali bengkelnya. Ya, Bang Bagas kerja di Bengkel ACU. Bengkel ini milik Bosnya, dia sistim kerjanya bagi hasil.
Setelah istirahat sejenak, aku langsung mencuci baju yang sudah lima hari terpendam di kantong kresek besar ini, sungguh menguras tenaga hingga membutuhkan waktu dua jam lebih.
Jam sembilan malam Bang Bagas menutup Bengkelnya. Diapun pamit untuk tidur di tempat temannya, artinya aku di sini sendiri, bagus juga daripada ada fitnah nantinya apalagi kita saudara kandung.
"[Na, takut tidak sendirian?] " Aku membaca pesan dari Bang Bagas.
" Tidak lah Bang, ngapain takut] " balasku. Aku pura pura tidak takut. Tapi sebenarnya takut saja, apalagi aku ini penakut.
Pagi hari tiba, selesai shalat subuh aku langsung mandi dan masak nasi. Sekitar jam tujuh, Bang Bagas baru pulang.
"Baru bangun Bang? " Tanyaku.
"Enak saja." Jawabnya.
"Dek, cuciin baju Abang juga dong"
"Enak benar, bayar berapa? " Aku meledeknya.
Karena memang tidak ada pekerjaan lain, dari pada tiduran di pagi hari lebih baik aku mencuci bajunya Bang Bagas.
"Bang! Ini baju di gantinya seminggu sekali ya? " Teriakku dari kamar mandi. Karena memang benar bajunya sangat kotor.
"Tidak usah ngeledek lah Dek! " Jawabnya berteriak dari depan.
"Hahahah!" Aku pun menertawakannya.
Tidak pernah aku seperti ini, biasanya aku tidak seberani ini berbicara ke kakak dan abangku semua, karena aku tidak pernah sedekat ini sebelumnya. Andaikan bisa setiap hari sedekat ini, dan bisa bergembira bersama pasti aku tidak akan merasakan kesepian. Dari kecil setelah lulus SMP, Bang Bagas mulai bekerja. Tinggallah aku sendiri di rumah meneruskan sekolah walau hanya sampai Sekolah Menengah Pertama juga.
Kak Fitri sudah menikah waktu aku umur tujuh tahun, sedangkan Kak Ranti jarang ada di rumah juga, dia merantau setelah lulus Sekolah Dasar. Terhitung sudah lebih dari delapan belas tahun merantau dan sudah berkali kali ganti majikan. Sungguh keras memang, Kak Ranti seperti paling berat karena di umur kepala tiga ini dia belum mau berumah tangga, bukan tidak ada yang mau bahkan beberapa kali menolak. Entah apa alasannya hanya Kak Ranti yang tahu. Waktunya hanya dia habiskan untuk bekerja.
Selesai mencuci, aku hanya tiduran sambil menonton televisi. Sedangkan Bang Bagas menunggu orang yang datang yang perlu perbaikan kendaraannya.
Waktu begitu cepat, malam sudah tiba kembali. Hingga akhirnya pagi datang...
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments