Assalamu'alaikum, sebelumnya saya mau ngasih tau, kalau cerita ini di ambil dari Kisah Nyata. Seorang adik yang harus mendampingi Kakak perempuannya yang sakit. Tapi sudah saya bumbui dengan kisah percintaan sang adik agar lebih seru, Terimakasih, Selamat Membaca..!!
_______________________
Tepat pukul sebelas siang, suara musik pesan masukku berbunyi, dan membuat aku menangis.
"[Na, hari ini Kakak jadi dirawat, dan kamu harus kesini]." Aku hanya membacanya, lalu aku kembali bekerja. Tidak lama kemudian, ponselku berbunyi lagi, kali ini nada dering telepon. mungkin karena aku hanya membacanya saja.
Aku keluar agar tidak menggangu yang sedang makan.
"Hallo, Assalamu'alaikum, " Aku mengawali percakapan dengan mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam," Jawabnya. "Tolong ya, siapa lagi kalau bukan kamu dek," Suara sengaunya membuat gak jelas apa yang di omongin, tapi aku masih paham.
"Iya Kak, tapi aku harus kesana sama siapa? aku takut Kak " Aku mencoba mengelak. Karena jujur sebenarnya aku gak mau pergi. Entah kenapa, aku yang tidak terbiasa berinteraksi dengan orang banyak membuatku kesulitan untuk bersosialisasi. Rasa malu, takut, minder bahkan kadang mau berbicara pun sulit, apalagi lawan bicaraku orang orang berada.
"Naik Bus, nanti di kasih alamatnya," Bukan itu jawaban yang aku inginkan.Tapi semuanya tidak mungkin kalau aku tidak pergi kesana, karena hanya aku satu-satunya orang yang diharapkan.
Karena aku terus menangis jadi panggilan telepon terputus. Tidak lama kemudian, ponselku kembali berbunyi. Dan ternyata Kak Fitri yang menghubungiku.
"Hallo," Ucapku..
"Hallo Na, bagaimana? kasihan Kak Ranti harus dirawat, " Ucapnya dari seberang telepon.
"Tapi aku gak ngerti, gak ada temanuntuk pergi kesananya Kak, aku gak tahu jalan..." Tangisku seketika pecah. Aku tidak bisa membendung air mata lagi. Bersyukur keadaan Warung sedang tidak ramai jadi tidak mengganggu aktifitas kerjaku.
"Kalau gak kamu, siapa lagi Na? Tolong ya, kasihan " Suara Kakak perempuan tertuaku memohon kepadaku.
Disini aku berunding dengan majikanku juga Bu Nina yang sudah aku anggap sebagai Ibuku. Ya, aku sangat dekat dengan Bu Nina, bahkan anaknya pun selalu bilang, kalau akulah anaknya hehee, entah kenapa aku bisa sangat dekat, mungkin karena aku yang membutuhkan kasih sayang orang tua.
"Kalau gak ada temannya, atau gak di jemput jangan ya!! " Tutur Bu Nina
"Tapi Bu, aku bingung, kalau bukan aku siapa lagi?" Aku menghela nafas. Kak Ranti terus menghubungiku karena harus ada orang yang mendampingi. Di tengah kekalutan, akhirnya Bu Nina memutuskan untuk menghubungi Mas Ali.
Mas Ali adalah orang yang sangat dekat denganku, dia pernah menjadi pacarku, ahh tidak, entahlah aku menganggapnya siapa, karena sebenarnya aku tidak ada rasa sama sekali.
Berawal dari aku mendekatkan Kak Ranti dengannya, kenapa dia malah suka padaku. Padahal Kak Ranti dari segi umur tidak jauh mungkin hanya berbeda lima tahunan, sedangkan denganku bedanya hampir lima belas tahun.
Hal konyol memang, dengan alasan, kalau Kak Ranti tidak bisa melihat aslinya juga ketika di hubungi tidak merespon dan malah di cuekin. Akhirnya dia malah memilih aku. Tapi yang ku heran, kenapa aku menerimanya? Padahal sudah tau kalau dia pantasnya menjadi Om aku.
Hubunganku dengan Mas Ali sekarang sedang merenggang, lebih tepatnya, aku yang menjauh. Aku tidak ingin jatuh terlalu dalam, apalagi dia menganggap hubungan ini serius. Aku hanya tak ingin dia lebih kecewa lagi.
"Hallo, Assalamu'alaikum Mas Ali," Ucap Bu Nina setelah panggilan tersambung.
".........
" Sekarang lagi sibuk nggak?" tanya Bu Nina, untuk memastikan kalau Mas Ali ada waktu untuk mengantar aku ke tempat kakakku.
"................
"Bisa tolong anterin Hana ke kota T tidak? dia ga pernah kemana mana sendiri, Ibu khawatir," . Bu Nina terus bertanya kepada Mas Ali, sedangkan aku hanya mendengarkan di samping Bu Nina.
" Udah nanti sama Mas Ali, kamu jangan sendirian " Ucap Bu Nina setelah panggilan berakhir. Sebenarnya aku merasa gak enak harus minta tolong ke Mas Ali, tapi mau bagaimana lagi, tidak ada orang yang bisa dimintain tolong.
Setelah itu, aku pulang ke rumah untuk siap-siap dan berjanjian di rumah. Selesai berkemas aku keluar rumah dan sudah ada Mas Ali sedang mengobrol dengan saudara sepupuku Teh Sarah
" Emangnya Ranti sakit apa, Na? " Tanya Teh Sarah kepadaku.
"Tidak tahu teh, tapi bilangnya sih tidak bisa mengunyah sama tidak bisa menelan, jadi harus dirawat. " Jawabku.
Setelah perbincangan dengan Teh Sarah selesai, aku berangkat ke Terminal di bonceng oleh Mas Ali. Di perjalanan, aku hanya diam dia juga diam, Mas Ali membawa motornya sangat kencang, sampai sampai aku seperti mau terbang hehee, mau bilang jangan kencang kencang tidak bisa, apalagi kalau harus pegangan.
Sesampainya di Terminal, Mas Ali memarkirkan motornya dan menyuruh aku menunggu. " Mas tolong anterin sampai kesana." Ucapku.
Air mataku seperti mau turun lagi, kenapa mellow banget hari ini. Aku benar benar takut, kalau harus naik Bus sendirian, mungkin emang orang bilang gampang apalagi sudah ada alamat yang di tuju. Tapi tidak bagiku, orang rumahan yang tidak pernah bepergian kemana-mana, apalagi sampai naik turun kendaraan. Itu memang sifatku yang tak suka keramaian, pendiam juga pemalu.
" Iya, tunggu sebentar, aku nitipin motor dulu " Jawabnya. Kemudian Mas Ali menitipkan motornya di Penitipan Motor di sekitar Terminal.
Selesai menitipkan motor, Mas Ali pergi ke Loket untuk membeli tiket.
"Ayo, kita naik ke mobil, sebentar lagi berangkat," Ucapnya. Aku mengikutinya dari belakang. Betapa terkejutnya ketika tiba di depan Kendaraan yang super besar, aku hampir saja melongo. Aku terus mengikuti Mas Ali dan Mas Ali mempersilahkan aku untuk duduk ketika sampai di dalam Bus.
Aku duduk di dekat kaca dan Mas Ali di sampingku. Tidak lama kemudian Bus pun melaju, meninggalkan Kota B tempat ku bekerja. Aku hanya duduk tanpa bicara sedikitpun begitu juga dengan Mas Ali.
Jam empat sore, aku tiba di Terminal Kota T, dan aku harus naik motor lagi untuk sampai ke Perumahan tempat Kak Ranti bekerja. Sekitar lima sampai sepuluh menit aku tiba di depan rumah yang lumayan besar.
Kebetulan pintu garasi Rumah terbuka, aku langsung memasuki garasi rumah tersebut. " Benar ini rumahnya? " Tanya Mas Ali, yang dari tadi terus membuntutiku. Aku hanya mengangguk.
"Assalamu'alaikum ". Aku mengucapkan salam, tidak lama keluar wanita muda berkacamata.
" Apa benar ini rumahnya Bu Fatma?" Tanyaku.
"Iya benar, tapi Bu Fatmanya lagi keluar, " Jawabnya.
"Oh iya, saya adiknya Kak Ranti, " Aku memperkenalkan diri.
"Oh adiknya Mbak Ranti ya? Silahkan masuk, Mbak Rantinya lagi keluar sebentar." Ucapnya sambil mengulum senyum.
Aku mengikutinya masuk dan di arahkan ke ruang tamu. " Silahkan duduk, " Ucapnya. Akupun duduk begitu juga Mas Ali. Tidak lama kemudian, wanita berkacamata itu menghampiri lagi dengan dua gelas air putih di tangannya.
"Silahkan diminum." Ucapnya.
"Terimakasih," Jawabku.
"Oh iya, berangkat jam berapa dari sana,?" Tanyanya berbasa-basi.
"Tadi habis dzuhur, Mbak " Jawabku lagi.
"Oh, ya sudah tunggu dulu ya, sebentar lagi juga sampai, tadi sudah dalam perjalanan pulang. " Ucapnya.
Setelah wanita itu pergi, beberapa menit kemudian, terlihat sebuah mobil memasuki garasi rumah Bu Fatma, aku menengokkan kepalaku ke luar jendela. Benar saja, terlihat Kak Ranti turun dari mobil itu.
Terlihat wanita tadi menghampiri mobil itu dan berbincang dengan Kak Ranti juga wanita yang keluar dari mobil, mungkin itu majikan Kak Ranti, Bu Fatma. Setelah berbincang, terlihat Kak Ranti tergesa gesa masuk ke rumah. Mungkin wanita itu memberitahu kalau aku sudah sampai.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments