" Selalu dong, yang penting ada kamu disampingku " Dia merangkulku dan sampai tidak sadar kalau kita menabrak orang. " Dokter Afandii " Serunya. ' Siapa dia ' Gumamku.
Dr. Afandi membiarkannya bangun sendiri. " Maaf Mbak " Ucapku. Tidak sopan kalau aku tidak meminta maaf, apalagi ini keteledoran aku.
" Kalau jalan makanya lihat lihat Mbak " Ucapnya kesal. Dia mengibaskan tangannya dengan bibirnya yang sedikit maju..
" Iya, mohon maaf " Ucapku sekali lagi. Kulihat Dr. Afandi diam mematung dengan tatapan yang entahlah..
" Dokter, ini siapa? " Tanyanya menunjuk aku. Dr. Afandi mengeratkan genggaman tangannya.
" Bukan urusan kamu " Jawabnya dengan tatapan tajam. Aku mengelus tangannya. Ada apa sebenarnya orang ini.
" Ya bisa jadi urusan akulah, nanti aku bilangin Momy ya !! "..
" Silahkan "..
" Ayok sayang." Dr. Afandi menarikku.
Dia terus berjalan tanpa berkata apapun dan terus menuju Rumah Makan Padang. Dr. Afandi mengambil meja paling belakang. Dia menarik kursi dan mempersilahkan aku duduk.
" Aku pesan dulu ya " Tanpa bertanya mau makan apa dia pergi pesan makanan. Setelah memesan makanan, dia pun kembali dan duduk disampingku. Dia terus termenung dengan muka di tekuk.
" Dokter.."
" Hmmm "..
" Selamat menikmati " Ucap pel**** setelah menghidangkan makanan. Dr. Afandi memesan dua porsi makanan dengan menu yang sama.
" Sayang, suapin " Ucapnya. Kalau sudah begini aku bisa apa, walau hatiku terus bertanya tanya siapa orang yang aku tabrak tadi. Kenapa membuat dia terus murung.
Aku menyuapinya dia juga menyuapiku. Ahh rasanya dunia ini milik kita berdua Hahahaha. Kita makan dalam keheningan, tidak ada kata yang keluar dari mulut kita berdua. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah selesai makan, Dr. Afandi malah senderan dipundakku. " Dek " ...
" Hemmm "..
" Aku mau cerita sesuatu, tapi kamu janji dulu gak marah ya "..
" Emangnya mau cerita apa? Kenapa aku tidak boleh marah? " Tanyaku.
Dr. Afandi mengubah posisi duduknya, dia menghadap kearahku. " Dek, sebenarnya.... " Ucapnya menggantung. Spot jantungku sudah tak karuan, apa maksudnya?.. Aku diam menunggu dia melanjutkan omongannya.
" Sebenarnya orang yang tadi ketabrak sama kita itu adalah orang yang mau dijodohin sama aku.."
" Apaaa.." Ucapku kaget. Dia memegang tanganku, tapi aku berusaha melepasnya dan dia menggenggam dengan erat. Aku berontak, dan airmata ini tidak bisa dibendung lagi, dengan tatapan nanar aku menatap matanya Dr. Afandi. Tidak menyangka, kenapa secepat ini semuanya terbongkar. Apa yang dia pikirkan selama ini, kalau dia dijodohkan tapi dia malah mendekati aku.
" Dek, dengerin dulu aku, belum semuanya aku bicarakan sama kamu "...
" Diam dulu sayang, please..!! " Ucapnya memohon. Ingin rasanya aku meninggalkan dia dengan cepat, tapi melihat sorot matanya yang memelas dan dia juga seperti mau menangis. Kulihat dia berkali kali menatap langit langit agar airmatanya tidak jatuh bahkan dia menggigit bi***nya sendiri sampai berdarah. Aku kaget sekali, akhirnya aku diam. Pergelangan tanganku terasa panas akibat tarik menarik tadi.
Segera kuambil tisu kemudian mengelap b***nya. Tapi, darah itu terus mengalir dengan deras, mungkin lukanya sampai lebar. Aku mengambil es batu di gelas minumku dan menempelkannya ke bi***nya. Airmatanya luruh tidak bisa dibendung lagi, tangannya memegang tanganku yang sedang menempelkan es batu. Akhirnya darah itu berhenti mengalir.
Kulepaskan tanganku tapi tetap dia pegang. " Dek, tolong dengarkan penjelasanku sampai selesai ya, aku mohon " Ucapnya. Aku mengangguk pelan, dengan terus menunduk.
" Dia itu namanya Carisa. Dua tahun lalu, tiba tiba kami kedatangan tamu, yang kutahu adalah keluarganya Om Danu. Om Danu ini adalah teman masa SMA nya Dady aku. Mereka datang satu keluarga yang berjumlah sepuluh orang. Dady aku menyambutnya dengan hangat.
Setelah beberapa lama kita mengobrol dan memakan jamuan, Om Danu mengutarakan keinginannya. Yaitu ingin menjodohkan Carisa sama aku, aku yang mendengar itu kaget dan aku meninggalkan perkumpulan itu. Dady sama Momy aku sampai marah besar kepadaku. Dan akhirnya aku pergi dari rumah. Aku melanjutkan pekerjaanku dengan memilih tinggal di Kos Kosan.
" Dady bilang beliau tidak memberikan kepastian kepada keluarga Om Danu, lagian ada ada saja, bukannya Laki laki yang biasa mau dijodohkan, ini malah perempuan yang menawarkan diri.
" Selama tiga bulan, aku tidak pernah berkomunikasi sama keluargaku, aku masih marah saat itu. Tapi, tenyata Dady menemukan tempat tinggalku, beliau datang bersama Momy juga kedua Omku. Om Dery dan Om Julian.
" Dady pun menceritakan semuanya, ternyata Keluarganya Carisa ingin aku menikah dengannya untuk menutupi kehamilannya. Yang waktu itu sudah berumur dua minggu.
" Om Julian yang memberi tahu Dady, padahal Dady tadinya percaya sama keluarganya Om Danu. Tapi Om Julian mengabarkan kenyataan itu. Om Julian orangnya tidak bisa dibohongi. Dia pasti akan mencari tau apapun itu. Jadi tolong ya, percaya sama aku.."..
" Oh ya, sekarang dia ada disini karena sedang Sekolah Kebidanan dan lagi Praktek.."
Mendengar penjelasan itu, aku sedikit tenang. Tapi tetap saja rasa ini entahlah..
" Percaya tidak Dek? "...
" Ya sudah " Ucapku pelan.
" Dek, tolong jangan beginilah. "... Aku diam membisu. Kemudian Dr. Afandi merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya. Kemudian mengetik sesuatu.
" Hallo, Dr. Elvira " Ucapnya. Ngapain dia nelfon Dr. Elvira.
" Biasa yah, sebentar doang."...
..............
" Iya, okee, terimakasih.." Dr. Afandi menutup panggilannya. " Mas.." Panggilnya ke Mas Pela***.
" Ini jadi berapa? " Tanyanya.
" Tiga puluh delapan ribu Dokter ".. Dr. Afandi mengeluarkan dompetnya dan mengambil Uang berwarna biru. " Kembaliannya ambil saja "..
" Terimakasih Dokter "..
" Ayok Dek " Dia menuntunku. Dia membawaku ke jalan yang berbeda. " Dokter, mau kemana ini " Tanyaku. Dia terus berjalan tanpa berbicara. Aku berontak karena takut diapa apain. Mukanya sedikit memerah seperti menahan amarah.
Dia terus menarikku, memaksa aku untuk berjalan mengikutinya. Kemudian dia berjalan kearah Parkiran dan mencari kendaraannya. Setelah sampai dimana letak mobilnya dia menyuruhku masuk, tapi aku tidak mau. Aku hampir teriak tapi dia menutup mulutku dan sedikit mendorong aku ke dalam mobil. Apa ini..?, Pikiranku sudah kalut takutnya diapa apain. Pintu di tutup dan dia memutari mobilnya dan masuk lewat pintu kemudi.
Dia memukul mukul setirnya dengan tangan, sesekali kepalanya yang dia benturkan. Aku yang melihatnya semakin syok, bulir airmataku semakin deras begitupun Dr. Afandi menenggelamkan wajahnya diatas setir.
**************
Tiba tiba dia menyalakan mobilnya tidak lama kemudian mobil melaju meninggakan Parkiran Rumah Sakit ini. Pikiranku semakin kacau ketika dia hanya diam membisu fokus kejalanan.
Di jalanan sangat macet, karena bertepatan dengan jam pulang Kantor. Kurang lebih limabelas menit terjebak macet. Tapi kenapa hati ini tidak bisa membencinya walaupun dia sudah berlaku seperti tadi. Aku pengennya sih benci, tapi cintaku mengalahkannya, mungkin saat ini aku hanya takut dan marah saja.
Lima belas menit sudah aku dijalannan. Tapi Dr. Afandi malah belok memasuki sebuah Masjid. Aku heran, dan melihatnya tapi dia masih fokus sama mobilnya. Suara Iqomah terdengar. Oh, berarti sudah adzan.
" Shalat dulu Dek " Ucapnya setelah mobil ini terparkir dengan benar. Dia membuka pintunya dan membukakan pintu aku. Aku turun dan menuju tempat wudhu.
Shalat baru dimulai, aku segera mengambil mukena di tempatnya dan mengikuti shalat berjama'ah. Selesai shalat, aku memohon ampun dan memohon perlindungan agar aku diberikan keselamatan.
Setelah selesai, aku keluar Mesjid dengan perasaan sedikit lega. Kulihat Dr. Afandi duduk bersender di tiang mesjid dekat sendal aku.
" Sudah Dekk? " Tanyanya.
" Heemmm.." Aku hanya bergumam. Aku memakai sendalku dan dia juga bangun dari duduknya. Digenggam tangan ini dan dibukakan pintu mobilnya, akupun duduk.
" Mau kemana Dokter? " Tanyaku, setelah dia masuk. " Oh iya, aku belum bilang Kak Ranti, takut dimarahi. Anterin aku pulang ya Dok !! " Aku memelas, mata ini terasa perih sepertinya airmataku akan keluar lagi.
" Sebentar ya Dek, please..!! Tanang aja, aku sudah bilang lewat Dokter Elvira, aku mohon sebentar ya." Dr. Afandi menyalakan mobilnya dan mobilpun melaju dengan tenang. Air mataku sudah tidak bisa ditahan lagi, antara takut dan benar benar kalut.
Dr. Afandi meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Satu tangannya lagi fokus menyetir. Kulihat wajahnya dari sudut mataku, dia seperti sedang berpikir berat.
Mukanya muram tidak ada raut senang seperti kemarin. Kejadian tadi membuat aku tidak kenal dia lagi seperti sebelumnya. Ada apa? Rahasia apa lagi yang akan terungkap? Aku takut, takut hatiku tidak bisa mengendalikan diri. Aku sudah sangat mencintainya dan takut kehilangannya.
Mobil berbelok dari Jalan Raya ke Jalanan sepi, hanya motor dan mobil yang berlalu lalang tidak ada rumah sama sekali, aku semakin takut karena jalanan ini hanya diterangi lampu jalan saja." Mau dibawa kemana aku ya Allah, aku takut. Tolong selamatkan aku ya Allah ". Aku memejamkan mata, benar benar takut.
**Bersambung..
Kira kira Hana mau dibawa kemana ya teman teman..!!! Ikutin terus ya..!! Jangn Lupa Like dan follow aku ya, Terimakasih**...!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments