Terlihat wanita tadi menghampiri mobil itu dan berbincang dengan Kak Ranti juga wanita yang keluar dari mobil, mungkin itu majikan Kak Ranti, Bu Fatma. Setelah berbincang, terlihat Kak Ranti tergesa gesa masuk ke rumah. Mungkin wanita itu memberitahu kalau aku sudah sampai.
----‐-------------‐---------------------
"Na!!" Serunya, ketika sudah masuk ke dalam rumah. Aku bangun dari dudukku dan menghampirinya, lalu aku meraih tangannya dan bersalaman, kemudian Kak Ranti memelukku, dari raut wajahnya terlihat seperti ada beban pikiran yang berat.
Setelah itu, Kak Ranti bersalaman kepada Mas Ali dan pamit untuk masuk ke kamar terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, Bu Fatma masuk dan menghampiriku.
"Adiknya Mbak Ranti ya?" Tanyanya. Aku pun bangun dan meraih tangannya untuk bersalaman. "Iya." Jawabku.
"Mbak Ranti sudah dua hari tidak bisa masuk makanan, makanya harus dirawat." Bu Fatma mulai bercerita setelah beliau duduk di depanku."Ini juga habis di rontgen dari Rumah Sakit G.." Lanjutnya.
Aku mengangguk, " Kalau sakitnya, sakit apa ya Bu? " Tanyaku.
"Sakitnya belum bisa di simpulkan dengan jelas, ada yang bilang tumor nasofaring. Makanya ini harus di rujuk ke Rumah Sakit besar di Kota J, peralatannya lebih lengkap dan harus segera dirawat karena sudah dua hari tidak bisa makan." Jelas Bu Fatma.
Setelah Bu Fatma bercerita, Mas Ali berpamitan karena hari sudah senja. Mas Ali memberiku uang senilai dua ratus ribu. "Aku tidak bisa memberi apa -apa ya, aku hanya bisa mendo'akan supaya Kakaknya cepat sembuh, ini ada sedikit untuk bekal " Ucapnya sambil menaruh uang di kantong tasku.
Aku langsung menolaknya, karena tidak enak hati. Sudah menyita waktu kerjanya, ditambah sudah mengantarkan aku sampai ke tempat tujuan. Dan, untuk ongkos mobil pun, dia yang membayarnya. Tapi Mas Ali tidak mau tahu, ia terus memaksa untuk aku menerimanya. Aku pun bisa apa dan membiarkan uang itu ditaruhnya di kantong tasku.
Lalu aku mengantarkan Mas Ali sampai ke depan rumah. " Terimakasih banyak ya Mas, mohon maaf aku sudah merepotkan " Ucapku.
" Iya tidak apa-apa, nanti terus berkabar ya." Jawabnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman, " Hati hati di jalan " Ucapku. Mas Ali mengangguk dan berjalan meninggalkanku. Ada rasa sedih, tidak enak hati dan merasa entahlah. Aku terdiam sambil terus
melihat setiap langkah kakinya yang terus berjalan tanpa menoleh lagi, hingga akhirnya tidak terlihat lagi ketika dia berbelok.
Aku kembali masuk setelah Mas Ali benar benar tidak terlihat lagi. " Mas Alinya ke mana?" Tanya Kak Ranti. Sepertinya Kak Ranti baru saja mandi.
"Sudah pulang" Jawabku.
"Kenapa sudah pulang? Tadinya mau mengucapkan terimakasih dulu" tanya kak Ranti.
"Takut kemalaman, Kak " Jawabku lagi.
"Ya sudah, makan saja dulu." ucap kak Ranti.
Lalu kak Ranti membawaku ke kamarnya, kamar khusus untuk Asisten Rumah Tangga. Di situ juga ada ART satu lagi. setelah itu aku kembali ke ruang tamu untuk mengambil tas bajuku dan menaruhnya di kamar.
"Ayo makan dulu." ucap kak Ranti. Akupun mengikuti Kak Ranti ke ruang makan yang menyatu dengan dapur. Kak Ranti menyendok nasi juga lauk dan sayurnya yang sudah tersedia di meja makan, aku pun mengikutinya. Setelahnya aku kembali lagi ke kamar. Di situ aku melihat Kak Ranti yang kesusahan untuk mengunyah makanannya dan ketika menelannya malah tersedak. 'Ya Allah, sakit apa Kak Ranti?' Ucapku di dalam hati. Aku mempercepat makanku kemudian mencuci piring bekas makanku.
Setelahnya, aku kembali lagi ke Kamar, dan kulihat Kak Ranti sedang minum susu memakai sedotan dengan perlahan. Tapi lagi lagi susu itu keluar dari hidungnya. Aku hanya tergugu melihatnya, tapi walaupun kesusahan seperti itu Kak Ranti terlihat tegar.
"Mandi dulu aja, Na" Kata Kak Ranti.
Benar juga, badan ini terasa lengket oleh keringat, padahal di Bus tadi memakai AC. Akhinya aku mandi terlebih dahulu sampai badan ini terasa segar kembali.
Tidak lama kemudian, suara adzan magrib terdengar dari mesjid di sekitar Komplek, juga di televisi mungil di kamar Kak Ranti. Ya, aku menyabutnya televisi mungil, karena memang mungil. Entah berapa inci, karena ukurannya memang kecil dan aku baru melihatnya.
Setahuku televisi ukuran empat belas inci paling kecil, tetapi, masih ada yang labih kecil lagi di sini.
Selesai shalat maghrib, semuanya pada sibuk mempersiapkan keberangkatan Kak Ranti ke rumah sakit. Termasuk Kak Ranti, dia sibuk mengemasi bajunya ke dalam tas. "Apa!" hatiku berteriak melihat apa yang dilakukan oleh kak Ranti.
"Kenapa bawa bajunya banyak sekali Kak " Tanyaku. Kak Ranti seperti orang mau pulang kampung saja, tas yang besar di isi semua oleh bajunya.
"Tidak apa apa." Jawabnya. Aku pun tidak mempermasalahkan lagi.
"Mbak, sudah selesai belum? " Tanya Bu Fatma.
"Sudah Bu." Jawab Kak Ranti dengan suara yang sengau.
'Ya Allah, betapa banyak orang yang menyayangi Kak Ranti ' Ucapku dalam hati. Aku begitu terharu ketika melihat seorang majikan melakukan Asisten Rumah Tangganya. Beliau sangat baik, sangat-sangat baik, mengetahui ART nya sakit justru di kasih jalan menuju pengobatan yang lebih memadai. Kalau di Kampung, aku yakin mungkin Kak Ranti hanya akan diam di rumah dan tiduran, paling hanya minum obat warung.
Di Kampungku memang masih awam dengan berobat ke rumah sakit. Apalagi harus ke rumah sakit besar, itu tidak ada dalam pandangan orang di kampung, apalagi dengan kondisi keluargaku yang masuk kategori orang miskin. Bahkan ada bantuan Jaminan Kesehatan dari pemerintah juga tidak pernah di gunakan dengan alasan tidak ada biaya untuk transportasinya.
"Ini buat Mbak tidur ya." Ucap Bu Fatma. Beliau memberikan bantal dan bedcover kepadaku.
"Terimakasih banyak Bu." Ucapku. Aku menaruhnya di bagasi mobil. Setelah persiapan selesai, aku masuk kedalam mobil dan di ikuti Kak Ranti. Ada banyak tetangga yang menyaksikan kepergiaan Kak Ranti untuk ke rumah sakit malam ini. Dari mulai tetangga, para ART, juga teman teman Bu Fatma yang sudah kenal Kak Ranti. Solidaritas penduduk komplek itu sangat tinggi, bahkan sebelum berangkat tadi, temanya Bu Fatma menyerahkan donasi yang di kumpulkannya dari teman-temannya bu Fatma.
" Mbak, ini ada uang sedikit dari kami, di pegang mbaknya saja, kali, ya." Ucap seorang ibu yang sepantaran dengan bu Fatma. Aku hanya diam terpaku melihatnya karena sebelumnya aku belum pernah melihat uang sebanyak itu. "Ini jumlahnya dua juta lebih." Lanjutnya.
"Ya sudah Na, kamu yang pegang saja buat keperluan nanti." Kak Ranti menimpali. Aku tambah bingung, soalnya aku tidak pernah memegang uang sebanyak itu, gajiku saja hanya empat ratus ribu sebulan. Ya, gajiku di tempat kerjaku hanya empat ratus ribu dalam satu bulan dengan uang jajan sehari sepuluh ribu.
Akhirnya aku menerima uang itu dengan sedikit ragu, lalu aku menaruhnya di dompet. "Nitip Mbak Ranti ya Mbak." Ucap bu Fatma sebelum mobil itu meninggalkan rumah tempat kak Ranti bekerja.
Aku mengangguk dan tersenyum. 'Sungguh mulia hatimu Kak, semua orang menyayangimu' gumamku di dalam hati. Lalu bu Fatma dan beberapa teman bu Fatma memeluk kak Ranti dan memberikan dukungan bergantian sebelum mobil itu benar-benar meninggalkan rumah itu.
Hatiku lagi-lagi terharu saat mengetahui siapa yang membawa mobilnya, ternyata yang membawa mobilnya adalah suami bu Fatma yang di temani oleh suami temannya bu Fatma yqng menyerahkan uanh donasi tadi.
Mobil mulai berjalan membelah jalanan menuju Kota, suasana sangat ramai bahkan macet yang membuat perjalanan kami sedikit memakan waktu. Kurang lebih dua jam setengah kami di perjalanan, hingga akhirnya kami tiba di Rumah Sakit Umum besar di Kota J. barisan gedung mengelilinginya. Aku seperti mimpi di bawa ketempat seperti ini.
Mobil terparkir sempurna di depan IGD, kemudian suami bu Fatma dan temannya turun dan langsung menghampiri Security . Akupun ikut turun di susul Kak Ranti. Tidak lama kemudian Security membawa kursi roda untuk Kak Ranti.
Pertama yang di lakukan adalah pendaftaran ke bagian administrasi, kemudian memeriksa tensi darah dan menimbang berat badan. Setelah itu, Kak Ranti di cerca berbagai pertanyaan pertanyaan seputar sakitnya saat ini. Kemudian di bawa ke bagian THT di IGD.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ijah Khadijah
autoimun kk, terimakasih sudah mampir kkak🙏🙏
2023-04-07
0
Siti Sarfiah
mudahan penyakit rianti cepat sembuh aamiin
2023-04-05
0