Pagi yang Cerah

Dalam kegusaranku kulihat sosok yang aku rindukan. Ya, aku merindukannya, karena sudah dua hari ini dia tidak ada kabar. Dia keluar dari Lift berjalan tergesa gesa ke arah kami yang sedang berkumpul di luar ruangan..

-------------------‐-

 

Aku menundukan kepalaku, dan ternyata dia benar benar menghampiriku. Kak Ranti melihat kearahku, aku semakin malu dilihatin Kak Ranti. Melihat aku menjatuhkan air mata, Dr. Afandi memberikan saputangannya, aku mengangkat kepalaku kemudian menatapnya..

" Ambil " Bisiknya. Aku mengambilnya dan bilang terimakasih. Kemudian Dr. Afandi menghampiri Kak Ranti, dia mengajaknya bergeser tempat duduknya. Aku memapahnya dan Dr. Afandi membawakan kursinya.

Aku berdiri di samping Kak Ranti duduk, sedangkan Dr. Afandi berdiri disampingku dia menggenggam tamnganku erat memberiku ketenangan. Perlahan aku merasa rileks, tidak seperti tadi ikut panik luar biasa. Kenapa Dokter ini begitu perhatian, padahal orang lain yang berduka dia malah menenangkanku.

Sedangkan Safira dia masih terus menangis, tangisanya pilu menyayat hati, dia terus memanggil Mama, walaupun tidak berontak seperti tadi.

" Kamu udah makan belum Dek? " Tanyanya. Aku hanya mengangguk. " Sudah jangan tegang terus " Ucapnya. Aku melirik Safira, air mataku tanpa permisi berjatuhan, aku berbalik, tidak mau kalau sampai Kak Ranti melihatku menangis. Dr. Afandi terus menenangkanku.

Entah kenapa, kalau melihat anak kecil menangis, aku selalu ikutan menangis apalagi ini, dia menangis karena Sang ibu meninggal. Pernah dulu waktu masih duduk di bangku SD, keponakanku baru pulang dari Kota ikut merantau Ayahnya. Dia ditinggal ibunya ke Empang untuk mandi ketika sedang tidur, kebetulan di Kampungku kalau mandi tempatnya di Empang, karena kami tidak punya Kamar Mandi. Dia terbangun dan nangis sampai meronta, aku yang melihatnya malah ikutan menangis.

" Dokter, kenapa kesini..? " Akhirnya aku bertanya.

" Aku keingetan kamu Dek "..

" Terus, kata siapa di ruangan ini ada yang meninggal.? " Tanyaku lagi.

" Tadi kebetulan mau kesini " Ucapnya. Aku kembali diam.

*********

Drrttt, drrrtttt.... Suara ponsel Dr. Afandi bergetar, ia mengambilnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat tanganku.

" Hallo Dokter..!!, " Ucapnya.

"..............

" Ohh, oke, baik baik Dokter..! " Ucapnya lagi.

" Dek, udah ya, jangan tegang terus, yang rileks, ingat kamu penguat Mbak Ranti disini, jangan sapai drop." Ucapnya. " Aku kembali keruanganku, mau ada rapat." Lanjutnya. Aku mengangguk dia tersenyum. Senyumnya itu, gusti,, bikin mleleh ..

" Mbak Ranti, jangan banyak pikiran ya, saya keruangan dulu" Dr. Afandi menghampiri Kak Ranti.

" Baik Dokter, terimakasih " Jawab Kak Ranti.

^^^Dr. Afandi meliriku, ' Senyum ' Bisiknya. Aku tersenyum walau sedikit terpaksa. Mana bisa tersenyum kalau lagi melow begini.^^^

^^^" Terimakasih sayang " Ucapnya. Kemudian beranjak dari sampingku dan berjalan menuju Lift.^^^

^^^^^^Kenapa sih, pertemuan denganmu selalu berkesan, aku jadi takut suatu saat kau menghilang^^^^^

Sementara Jenazah Ibu Susi akan langsung dibawa pulang oleh keluarganya. Setelah pengurusan administrasi selesai, Jenazahnya didorong keluar ruangan, Safira bangkit mau mengejarnya, tapi Abangnya menghentikanny kemudian memeluknya.

" Mama " Suaranya sudah parau, capek menagis membuatnya lemah.

" Nanti kita ikutin dari belakang ya, Ua mau beresin dulu keperluan Mama yang tertinggal " Ucap Uanya menenangkan.

Safira mengangguk lemah, kemudian Sang Kakak menggendongnya. Setelah membersihkan ruangan itu, semua keluarga Ibu Susi pergi dari ruangan ini meninggalkan duka. Ruangan kembali sepi dan sunyi, aku dan Kak Ranti kembali masuk keruangan dengan perasaan yang sedih.

Sesungguhnya, kita semua ini milik Allah, dan kepada-Nyalah kita kembali. Semoga ibu Susi mendapatkan tempat terindah disisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran juga keikhlasan, begitu juga untuk Safira, semoga kamu menjadi anak yang sholihah yang selalu mendo'akan Ibunya dan berbuat dalam hal kebaikan Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.

 ***********

Setelah shalat magrib, ruangan begitu sunyi, setelah beberapa hari ini ramai. Aku memutar Mp.3 shalawatan agar tidak terlalu takut, karena aslinya aku ini penakut, bahkan mau ke Kamar Mandi juga aku ragu ragu, dan aku mempercepat aktifitasku di dalam Kamar Mandi.

Malam ini aku tertidur pulas, sampai Kak Ranti membangunkanku.

" Dek, Hanaa, bangun Dek.." Ka Ranti mengguncang guncang tubuhku. Aku terkesiap dan bangun dengan cepat.

" Ada apa Kak.? " Tanyaku. Aku mengucek mataku yang masih terasa kabur saat melihat.

" Udah adzan dari tadi loh Dek, kamu tidak dengar ?"..

" Masa sih Ka, udah jam berapa.? " Tanyaku.

" Sudah mau setengah enam, jam lima lewat duapuluh."

" Kok tidak ngebangunin dari tadi? "

" Kamu terlalu enak tidurnya, sampai ngorok " Kak Ranti cekikikan.' Pukkk ' Aku menepuk lengannya.

" Cepetan, nanti Dokter Cinta kamu keburu kesini "..

Aku beranjak ke Kamar Mandi setengah berlari. Terdengar suara Kak Ranti yang cekikikan. ' Aku senang mendengar Kakak tertawa seperti itu ' Gumamku.

Aku langsung gosok gigi dan cuci muka, kemudian mengambil air wudhu. Setelah itu pergi ke Mushola, walaupun mentari pagi sepertinya sudah sedikit terlihat, tapi aku tetap melaksanakan kewajibanku. ' Ya Allah, ampuni aku ' Aku beristigfar menyadari kesalahanku. Tidurku terlalu nyenyak, sampai tidak tahu kalau sudah pagi.

' Ya ampun, Kak Ranti pasti belum shalat.' Gumamku. Aku cepat cepat membereskan mukenaku. Aku hanya menggulungnya, karena takut kalau Kak Ranti terlambat shalat. Karena di luar jendela, cuacanya sudah semakin terang.

Aku tergesa gesa keluar dari Mushola, tidak lupa aku melihat kembali sandalku, takutnya nanti aku salah memakai sandal. Aku sedikit berlari agar cepat sampai ruangan dan tibalah aku di depan pintu ruangan dan Buukkk..!!!

" Astagfirullah.." Ucapku. Aku menutup mulutku ketika jari telunjuk itu mendarat dibi***ku. Tangan kokohnya menyanggaku, kalau tidak, aku pasti terjatuh. " Ssttttt ..!! " Dia memberikan kode.

Aku melepaskan peganganku dan berdiri tegak, wajahku sudah panas membara, betapa malunya aku, Ya Allah, pagi pagi begini sudah mendapatkan malu.

" Sarapan yuk." Ajaknya.

" Sebentar.." Aku berlari masuk.

" Kak, Kakak sudah shalat belum.? Ayok, aku bantu " Ucapku.

" Kenapa wajah kamu merah begitu, apa kamu sakit? " Tanyanya. Tangannya menempel didahiku. " Tidak demam " Ucapnya.

" Jangan, jangan.." Ucapnya menggantung.

" Apa sih Kakak, Kakak sudah shalat belum? " Aku merengek, sedikit kesal diledek terus.

" Shalat apa Dek jam segini.? Ini sudah mau jam enam, Kakak sudah tadi sebelum ngebangunin kamu.". Aku melongo..

" Dek, ini titipan dari Dokter Cintamu " Ucapnya lagi. Kak Ranti memberikan godibag yang sama dengan kemarin. Aku menepuk jidatku. ' Ya ampun ' Gumamku. Kan tadi Dokter Ganteng itu ngajak sarapan, apa masih menunggu?." Sebentar Kak..! " . Aku berlari ke luar ruangan.

" Ayok Dek " Ucap Dokter Gantengku. Dia sedang memainkan ponselnya dengan satu tangannya di masukan ke kantong celananya. ' Apa tidak ada gaya lagi ' Batinku. " Sebentar Dokter.". Kulihat dia menggelengkan kepalanya.

Aku kembali masuk. " Kak, Dr. Afandi, ngajak aku sarapan.!" Ucapku. " Terus ini.? " . Tanyanya. Kak Ranti menunjuk godibag itu. Aku menggedigkan bahuku. " Boleh tidak? " Tanyaku lagi, walau bagaimanapun, kalau tidak di izinin aku tidak akan maksa.

" Ya sudah, jangan lama lama." Oke "...

" Kakak mau nitip apa.? " ..

" Oh, itu air habis "..

" Ya sudah, ada lagi tidak.? "

" Sudah, Hati hati ya, nanti wajah kamu gosong." Ledeknya. Aku mencebikan bibirku.

Aku keluar kamar, kulihat Dokter Gantengku itu sudah tidak memainkan ponselnya. Dia sedang berdiri dengan gaya coolnya. Pagi pagi udah bikin aku meleleh aja.

" Maaf Dokter lama " Ucapku. Aku merasa tidak enak hati.

" Tidak apa apa sayang " Ucapnya. " Yuk..."..

Gleekk, susah payah aku menelan ludah, pagi pagi udah di panggil sayang, rasanya seperti terbang ke udara. Hahahaaha...

Aku berjalan di belakangnya, jalannya tidak sekencang waktu mengantar aku acc. Dia berhenti dan balik kanan.

" Kenapa dibelakang Dek, jalannya.? " Tanyanya. Aku menggeleng. kemudian dia meraih tanganku dan dituntunnya, digenggam erat dengan penuh sayang.

" Seperti ini lebih baik ". Ucapnya sambil tersenyum.

Aku semakin grogi dibuatnya. " Santai Dek.! Udah berkali kali bertemu juga " Aku hanya diam seribu bahasa.

" Kita jalan lewat tangga aja ya, itung itung olah raga "

" Boleh."..

" Dek.!! "..

" Hmmm."..

" Jangan diam saja sih Dek.."

" Terus, aku harus bagaimana? "..

" Naaah, itu ada suaranya." Ucapnya. Aku terkekeh.

" Tau tidak Dek, semenjak kenal kamu, hidupku jadi berwarna lagi." ..

" Dikira pelangi berwarna, Bang." Celetukku. Hufftt, aku menutup mulutku.

" Iya ada pelangi dimatamu "..

" Tidak bakal muat lah "..

Kulihat orang orang yang menaiki tangga melihat kami, aku sedikit risih. Aku sedikit melonggarkan genggamanku, tapi Dr. Afandi kembali menggenggam erat. " Jangan lepaskan." Ucapnya.

Dr. Afandi membawaku ke Baseman, dan aku baru sadar, dulu waktu pertama kali mencari Kantin kesini. Kami terus menyusuri Basemen dan terlihat sebuah Kantin dari kejauhan, banyak Stand Makanan yang berjejer rapi, di tengahnya, kursi dan meja berjejer bahkan ada lesehan juga.

" Mau sarapan apa Dek.? " Tanyanya.

" Apa aja Dok.".

" Jangan apa ajalah, ayok mau makan apa? "

" Bubur aja mungkin " Ucapku.

Dr. Afandi menghampiri Stand Bubur Ayam dan memesannya. Aku terus membuntutinya karena genggamannya tidak mau di lepas.

Stand demi Stand terlihat rapi dan bersih. Tidak ada sampah sedikitpun bahkan lengkap untuk cuci tangan juga handsanitizer.

Kita duduk berhadapan, sambil menunggu pesanan datang, aku mencoba bertanya..

" Dokter, dua hari kemarin kemana? " Tanyaku. Dia seperti kaget, tapi mencoba menetralkan ekspresinya.

" Mmmm, tidak kemana mana, aku banyak kerjaan, maaf ya."..

" Oh, ya sudah tidak apa apa.!" Jawabku.

Tidak lama kemudian, dua porsi bubur sudah ada di meja. " Ayok dimakan Dek, jangan dilihatin aja, nanti keburu dingin. Kalau liatin aku tidak apa apa lama juga tidak bakal basi "

" Gombal." Aku mencebikan bibirku.

" Tau tidak Dek" Tanyanya.

" Enggak tau. " Jawabku.

" Yeehhh.."

" Hahaha..! " ..' Kena loh' Batinku. Lagian ngasih pertanyaan sepotong sepotong. Aku menahan tawaku. Tepat aku lagi ketawa, padahal tidak lebar lebar banget ketawanya, lebih tepatnya cekikikan. Dia memasukan satu sendok bubur ke mulutku. Haap.., Aku terdiam membeku.

" Maaf maaf " . Aku berucap setelah bubur itu aku telan.

" Tidak apa apa, aku senang dan bahagia kok ada didekatmu, aku bercanda yah " Ucapnya. Matanya lurus menatapku, aku yang ditatap seperti itu jadi kikuk. Hehehe..

" Terimakasih sayang, aku akan selalu ada untukmu " Ucapnya. Dia menggenggam tanganku dan aku menatapnya dengan tersenyum..

" Ya sudah, habisin dulu buburnya." Aku mengangguk.

**********

" Dek, habis ini mau kemana." Dia mengelap mulutnya dengan tisu.

" Aku mau beli air mineral dulu " Jawabku.

" Ya sudah, tunggu ya, aku bayar dulu." Aku mengangguk.

Aku melihat ponselku, takutnya ada pesan dari Kak Ranti.

" Dek, udah yuk " Aku mengangkat kepalaku dan kulihat dua botol air mineral bertengger didepanku. " Oh ya, ini biar kamu tidak cape..! "

" Dokter, aku jadi tidak enak "..

" Sudahlah, apa apa tidak enak mulu, enakin saja sambil natap aku " Ucapnya. Dia terkekeh.

" Pukkk.. " Aku memukul lengannya.

Tanganku kembali digenggam dengan erat. Kita berjalan bergandengan, hatiku berbunga bunga dipagi ini, betapa bahagianya aku.

" Ya sudah, aku kerja dulu ya sayang..! " Ucapnya setelah sampai di Lobi. Aku melepaskan tangannya dan menerima kantong keresek yang diberikannya. " Terimakasih Dokter " Ucapku.

" Sama sama, mana senyumnya." Akupun tersenyum, perasaan nyaman membuatku tidak terlalu kaku lagi. " Terimakasih sayang, I Love You " Aku hanya mengangguk.

Aku berjalan kearah Lift dan menunggunya terbuka. Sedangkan Dr. Afandi keluar lewat sebelah kiri Lift. Lift terbuka, aku menunggu yang keluar dahulu. Tapi aku kaget ketika sudah didalam Lift, aku melihat keluar Lobi, postur tubuhnya menyerupai Dr. Afandi sedang bergandengan tangan dengan seorang perempuan, perempuan itu juga sama memakai pakaian Dokter. Aku mengucek ngucek mataku, tapi Lift keburu tertutup...

Siapakah Dia..??..

**Bersambung..

Siapakah dia..??

Siapa ya kira kira, ikuti terus ya, jangan Lupa dukungannya, Like juga vote aku ya, Terimakasih**..!!

Episodes
1 Kabar Buruk dari Kak Ranti
2 Pertama Kali Naik Bus
3 Kondisi Kak Ranti
4 Ruang Rawat Inap
5 POV Kak Ranti
6 Endoskopi
7 EMG ( ElectroMioGrafi )
8 CT Scan ( Computed Tomography )
9 Plasmapheresis..
10 Ecocardiografi ( USG Jantung )
11 Sarapan Bareng
12 Telepon dari Kampung
13 Kedatangan Teman Temanku
14 Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15 Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16 Pagi yang Cerah
17 Siapakah Dia.??
18 Terimakasih Sayang
19 Malam yang Indah
20 Berurai Air Mata
21 Maaf Sayang
22 Romantis
23 Bersyukur
24 Dokter Cinta
25 Kunjungan dari Bu Fatma
26 Dokter Elvira
27 Story Dr. Afandi
28 Diam
29 Gara Gara Bakso Pedas
30 Terulang Lagi
31 Gara Gara Meyra
32 Meyra Lagi
33 Kehilangan
34 Plasmafheresis ke 2
35 Satu Hari Sebelum Operasi
36 Menegangkan ( Operasi )
37 ICU ( Intensif Care Unit )
38 Kamar Penuh
39 Trakeostomi
40 Nomor Tanpa Nama
41 Kak Arkan
42 Lelah
43 Menjenguk Kak Ranti
44 Parkiran
45 Mencari Dr. Afandi
46 Di Lamar Dadakan
47 Bertemu Dr. Dafa
48 POV Dr. Dafa
49 Dokter Arvi
50 Flash Back
51 Bu Fatma Menjenguk
52 Gertakan Kak Arkan
53 Ummi Aminah
54 Hari Raya Idul Adha
55 Pindah ke Gedung A
56 Tidak Bisa Tidur
57 Daftar Radioterapi
58 Pesan Mengejutkan
59 Harus Menerima Dengan Ikhlas
60 Dania
61 Perjuangan Belum Usai
62 Pulang
63 Pulang Untuk Kembali
64 Vanes
65 Kembalinya Kak Arkan
66 Perdebatan
67 Terkena Hipnotis
68 Bukan Rezeki Kita
69 Berita tidak menyenangkan
70 POV ARKAN
71 MY Princess
72 Semakin Cantik
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Kabar Buruk dari Kak Ranti
2
Pertama Kali Naik Bus
3
Kondisi Kak Ranti
4
Ruang Rawat Inap
5
POV Kak Ranti
6
Endoskopi
7
EMG ( ElectroMioGrafi )
8
CT Scan ( Computed Tomography )
9
Plasmapheresis..
10
Ecocardiografi ( USG Jantung )
11
Sarapan Bareng
12
Telepon dari Kampung
13
Kedatangan Teman Temanku
14
Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15
Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16
Pagi yang Cerah
17
Siapakah Dia.??
18
Terimakasih Sayang
19
Malam yang Indah
20
Berurai Air Mata
21
Maaf Sayang
22
Romantis
23
Bersyukur
24
Dokter Cinta
25
Kunjungan dari Bu Fatma
26
Dokter Elvira
27
Story Dr. Afandi
28
Diam
29
Gara Gara Bakso Pedas
30
Terulang Lagi
31
Gara Gara Meyra
32
Meyra Lagi
33
Kehilangan
34
Plasmafheresis ke 2
35
Satu Hari Sebelum Operasi
36
Menegangkan ( Operasi )
37
ICU ( Intensif Care Unit )
38
Kamar Penuh
39
Trakeostomi
40
Nomor Tanpa Nama
41
Kak Arkan
42
Lelah
43
Menjenguk Kak Ranti
44
Parkiran
45
Mencari Dr. Afandi
46
Di Lamar Dadakan
47
Bertemu Dr. Dafa
48
POV Dr. Dafa
49
Dokter Arvi
50
Flash Back
51
Bu Fatma Menjenguk
52
Gertakan Kak Arkan
53
Ummi Aminah
54
Hari Raya Idul Adha
55
Pindah ke Gedung A
56
Tidak Bisa Tidur
57
Daftar Radioterapi
58
Pesan Mengejutkan
59
Harus Menerima Dengan Ikhlas
60
Dania
61
Perjuangan Belum Usai
62
Pulang
63
Pulang Untuk Kembali
64
Vanes
65
Kembalinya Kak Arkan
66
Perdebatan
67
Terkena Hipnotis
68
Bukan Rezeki Kita
69
Berita tidak menyenangkan
70
POV ARKAN
71
MY Princess
72
Semakin Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!