Ruang Rawat Inap

Pertama yang di lakukan adalah pendaftaran ke bagian administrasi, kemudian memeriksa tensi dan menimbang berat badan. Setelah itu, Kak Ranti di cerca berbagai pertanyaan pertanyaan seputar sakitnya saat ini. Kemudian di bawa ke bagian THT di IGD.

 

Pemeriksaan yang di lakukan begitu teliti untuk memastikan sakit apa yang di derita Kak Ranti. Begitu memakan waktu yang cukup lama untuk memastikan sebuah penyakit di tubuh manusia.

Dokter memang ahlinya, hingga membutuhkan waktu kurang lebih lima jam, pemeriksaan baru selesai. Aku yang tidak terbiasa begadang sampai terkantuk kantuk, aku mengantuk berat. Hampir tertidur berkali kali, membuat kepala ini pusing.

Sekitar jam dua pagi, pemeriksaan baru selesai dengan Diagnosa Utamanya adalah. Myasthenia Gravis, dengan Diagnosa sementara Suspek Disfagia Mekanik + Suspek Massa Mediastinum. Aku yang hanya orang awam sangat tidak paham, dari situlah aku mencari tahu tentang sakitnya itu.

Myasthenia Gravis adalah melemahnya otot otot tubuh akibat gangguan pada saraf dan otot, yang di sebabkan oleh penyakit Autoimun yaitu, ketika kondisi ketika sistem kekebalan tubuh ( antibodi ) malah menyerang tubuh sendiri.

Pantas saja, keluhan yang dialami oleh Kak Ranti sangat berat, memang penyakitnya pun sangat berat.

Pemeriksaan di mulai dengan mengecek juga mengetes mata, karena kelopak matanya turun sebelah, berulang ulang dengan teliti untuk memastikannya. Foto rontgen yang di bawa dari rumah sakit sebelumnya pun di periksa berulang kali. Para Dokter ini sangat luar biasa, walaupun di malam hari, tidak ada rasa ngantuk untuknya.

Kurang lebih jam dua pagi, pemeriksaan selesai dan harus mencari ruang rawat inap yang harus ada malam itu juga, karena Kak Ranti termasuk pasien urgent.

Akhirnya, setelah di kasih surat pengantar permintaan dirawat, suami majikan Kak Ranti bersama temannya tadi pergi ke Gedung A, Pusat Penerimaan Pasien Rawat Inap.

Alhamdulillah semuanya dipermudah, dan Kak Ranti mendapatkan kamar di lantai tujuh bagian THT.

Selesai mencari kamar, Pak Syarif membayar administrasinya. Ya, suami Bu Fatma bernama Pak Syarif. Semuanya di bayar umum karena, Kak Ranti tidak membawa kartu jaminan kesehatannya, tepatnya berada di Kampung.

" Segera di urus ya Pak, jaminan kesehatannya karena pasien dengan diagnosis seperti Nona Ranti ini membutuhkan biaya yang lumayan kalau harus pembayaran umum " Kata Resepsionisnya menyarankan.

" Baik Mbak.." Jawab Pak Syarif.

Setelah membayar administrasi. Kita di bantu oleh petugas IGD untuk masuk ke ruang rawat inap. Pak Syarif dan temanya membawakan tas besar milik Kak Ranti juga bantal dan bedcover tadi. Aku berjalan di belakang menenteng tasku yang hanya di isi beberapa potong pakaian, karena aku mengira perawatan Kak Ranti tidak lama, semoga saja.

Ketika tiba di Gedung A, aku begitu takjub melihat bangunan yang begitu tinggi menjulang keatas, entah ada berapa lantai karena Kak Ranti aja berada di lantai tujuh. Mataku terus menari nari melihat ke kanan dan ke kiri, Gedung ini sangat rapi, juga bersih.

Aku terus mengikuti petugas IGD dan suster yang mendorong Kak Ranti. Kita masuk ke ruangan berbentuk kotak itu, oh iya, aku ingat ini namanya Lift, karena dulu pernah naik benda ini juga ketika lagi kerja sebagai ART.

Petugas IGD yang kuketahui bernama Wawan itu memencet tombol Lift angka tujuh. Setelah Lift tertutup sempurna, akhinya benda ini pun meluncur menaiki lantai demi lantai di Gedung A.

Ting...

Lift terbuka, berarti sudah sampai di Lantai tujuh. Pak Wawan langsung menuju Nurse Station dan memberikan berkas Kak Ranti. Setelah itu seorang suster membawa kami ke dalam ruangan. Ruangan itu berisikan enam orang, mereka menyebutnya ruangan kelas tiga.

Akhirnya, Kak Ranti bisa tiduran juga setelah menunggu sekian lama, bahkan ini sudah hampir pagi. Kak Ranti di pasang air infus dan aku langsung membereskan pakaian yang di bawa tadi.

Pak Syarif berpamitan setelah semuanya selesai, terlihat wajah lelahnya, aku mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Syarif juga temannya, semoga selalu diberikan kesehatan juga keberkahan karena mereka semua orang baik.

Tinggal lah aku dan Kak Ranti di sini, jauh dari orang tua atau pun saudara, kita akan mulai berjuang untuk kesembuhan.

Aku bingung mau tidur di mana, padahal ada bantal juga bedcover, akhirnya bantalnya aku kasih Kak Ranti biar gak merasa sesak. Aku tidur di kursi penunggu pasien sambil menelungkup di tempat tidur Kak Ranti.

*************

Terdengar suara sayup-sayup adzan subuh, tapi entah dari mana. Aku bangun dengan badan pegal pegal juga kepala sedikit pusing. Aku meregangkan tanganku ke atas untuk mengurangi rasa pegal itu.

Aku pergi ke kamar mandi untuk mandi juga berwudhu di lanjutkan shalat subuh, begitupun Kak Ranti, walaupun sakit tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Aku memapahnya ke kamar mandi setelah aku selesai shalat. Dengan selang infus di tangannya aku berhati-hati agar darahnya tidak naik ke selang infus.

Sekitar pukul tujuh pagi, sarapan datang dan setelah ini Kak Ranti harus puasa selama dua hari agar nanti pemasangan selang NGTnya berhasil. Oh ya, selang NGT ( Nasogastric Tube ) adalah, selang khusus yang dimasukan melalui hidung, melewati tenggorokan, lalu kerongkongan dan menuju ke dalam lambung.

Tujuannya untuk membantu pemberian makanan dan obat obatan kepada pasien yang tidak bisa mengkonsumsi makanan atau obat dari mulut.

Selama dua hari ini, Kak Ranti hanya di bantu air infus. Hari beranjak siang, para Dokter Spesialis berdatangan menghampiri bangsal Kak Ranti. Dokter Bedah Toraks, Dokter Saraf ( Neuro) , juga Dokter THT ( Telinga, Hidung, Tenggorokan ).

Dokter dokter berdatangan silih berganti dan terus menanyakan diagnosa penyakit Kak Ranti, ada yang memeriksa bagian tubuh Kak Ranti juga, seperti dari Dokter saraf dia lebih ke penyakit Myasthenia Gravisnya, seperti, kelopak mata menurun, suara sengau atau cadel, pandangan kabur, susah mengunyah juga susah menelan.

Untuk Dokter THT, mereka memeriksa bagian telinga, hidung, juga tenggorokan. Dan tibalah datang Dokter bedah Toraks, mereka datang berempat.

" Permisi, selamat siang Ibu " Ucap salah satu Dokter.

Aku yang dari tadi fokus ke ponselku, mengangkat kepalaku, lalu melihat siapa yang datang. Deg..., ya Allah, kenapa jantungku berasa lari marathon, aku yang tak biasa bertatapan dengan orang langsung menundukan kepalaku, tapi jantungku terus bertalu talu. Rasa apa ini, aku tidak pernah merasakan sepertinya.

Dokter yang ku ketahui namanya Afandi itu berjalan ke samping kanan bed Kak Ranti. Ya, namanya Afandi, aku tahu dari name tag yang di kalungkan di lehernya. Kemudian ketiga temannya mengikutinya, dan mulailah mereka memeriksa Ka Ranti.

"Ada foto rontgennya tidak?" tanya Dokter Sonia, rekannya dokter Afandi.

"Ada Dok." Jawabku. Kemudian aku mengambilnya dari kolong bed Kak Ranti, yang memang sengaja aku simpan di sana.

"Ini Dokter. " Aku menyerahkan foto rontgen itu, lagi- lagi tatapan kami bertemu di iringi dengan detak jantung yang tak beraturan. Dokter itu mengambilnya, kemudian mengambil dan membentangkannya ke atas, dia seperti sedang menerawang uang, untuk di ketahui palsu atau tidaknya.

Setelah ke empatnya berunding, akhirnya mereka berpamitan. "Saya bawa dulu ya foto rontgennya " Ucapnya.

"Ya, silahkan Dok." jawabku. Mereka berlalu meninggalkan ruangan ini menyisakan detak jantungku yang terus berlomba tidak sampai-sampai ke finis.

"Na, kamu sarapan dulu." ucap Kak Ranti. Karena sekarang memang sudah waktunya sarapan, jam pun sudah menunjukan pukul delapan pagi.

"Tapi di mana Kak? " Tanyaku. Aku memang gak paham bagaimana kalau nungguin pasien di Rumah Sakit , ini pertama kalinya untukku.

"Coba cari kantin ke bawah, biasanya suka ada kantin " Saran Kak Ranti.

Aku masih bingung, tapi cacing di perutku sudah berdemo minta diisi. "Ya sudah aku beli makan dulu ya Kak, kalau ada apa-apa hubungi aku saja." aku memutuskan untuk mencari tahu, mau bagaimana pun aku harus tahu, karena di sini pasti aku harus membeli makanan sendiri.

"Iya, hati-hati tersesat, nanya saja sama orang kalau tidak tau." pesan Kak Ranti.aku pun menganggukkan kepalaku.

Akhirnya aku keluar ruangan dengan perasaan khawatir. Khawatir karena meninggalkan Kak Ranti sendirian juga khawatir tersesat.

Aku berjalan mengikuti papan arah. Oh ada kantin, tapi ternyata di lantai bawah. Aku mengikuti papan arah itu, lantai demi lantai aku turuni melewati tangga, dan berakhir di Basement.

setelah berjalan menuruni tangga dan mengikuti arah tanda papan arah lumayan lama, namun kantin itu belum juga terlihat dan masih harus berjalan lagi. Akhirnya aku naik tangga lagi, dan melihat lantai di mana malem aku masuk ke Gedung A ini. Aku keluar Gedung, dan terus berjalan mengikuti jalan, benar saja, dari kejauhan banyak berjejer stand stand makanan di sana dan aku pun membeli makanan disana.

Bersyukur pulangnya tidak tersesat lagi, aku membeli makan sekalian untuk makan sore agar tidak bolak balik, kasian juga Kak Ranti kalau harus di tinggal sendirian.

Sambil bersantai aku memutar musik kesukaanku. "Kak, awalnya bagaimana, kok bisa sakit seperti ini" Tanyaku, Rasa ingin tahu dari kemarin terus membuatku penasaran. Akhirnya Kak Ranti bercerita dari awal kejadian sakitnya.

Bersambung...

Episodes
1 Kabar Buruk dari Kak Ranti
2 Pertama Kali Naik Bus
3 Kondisi Kak Ranti
4 Ruang Rawat Inap
5 POV Kak Ranti
6 Endoskopi
7 EMG ( ElectroMioGrafi )
8 CT Scan ( Computed Tomography )
9 Plasmapheresis..
10 Ecocardiografi ( USG Jantung )
11 Sarapan Bareng
12 Telepon dari Kampung
13 Kedatangan Teman Temanku
14 Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15 Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16 Pagi yang Cerah
17 Siapakah Dia.??
18 Terimakasih Sayang
19 Malam yang Indah
20 Berurai Air Mata
21 Maaf Sayang
22 Romantis
23 Bersyukur
24 Dokter Cinta
25 Kunjungan dari Bu Fatma
26 Dokter Elvira
27 Story Dr. Afandi
28 Diam
29 Gara Gara Bakso Pedas
30 Terulang Lagi
31 Gara Gara Meyra
32 Meyra Lagi
33 Kehilangan
34 Plasmafheresis ke 2
35 Satu Hari Sebelum Operasi
36 Menegangkan ( Operasi )
37 ICU ( Intensif Care Unit )
38 Kamar Penuh
39 Trakeostomi
40 Nomor Tanpa Nama
41 Kak Arkan
42 Lelah
43 Menjenguk Kak Ranti
44 Parkiran
45 Mencari Dr. Afandi
46 Di Lamar Dadakan
47 Bertemu Dr. Dafa
48 POV Dr. Dafa
49 Dokter Arvi
50 Flash Back
51 Bu Fatma Menjenguk
52 Gertakan Kak Arkan
53 Ummi Aminah
54 Hari Raya Idul Adha
55 Pindah ke Gedung A
56 Tidak Bisa Tidur
57 Daftar Radioterapi
58 Pesan Mengejutkan
59 Harus Menerima Dengan Ikhlas
60 Dania
61 Perjuangan Belum Usai
62 Pulang
63 Pulang Untuk Kembali
64 Vanes
65 Kembalinya Kak Arkan
66 Perdebatan
67 Terkena Hipnotis
68 Bukan Rezeki Kita
69 Berita tidak menyenangkan
70 POV ARKAN
71 MY Princess
72 Semakin Cantik
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Kabar Buruk dari Kak Ranti
2
Pertama Kali Naik Bus
3
Kondisi Kak Ranti
4
Ruang Rawat Inap
5
POV Kak Ranti
6
Endoskopi
7
EMG ( ElectroMioGrafi )
8
CT Scan ( Computed Tomography )
9
Plasmapheresis..
10
Ecocardiografi ( USG Jantung )
11
Sarapan Bareng
12
Telepon dari Kampung
13
Kedatangan Teman Temanku
14
Godibag yang Berbeda diatas Lemari
15
Innalillahi WainnaIlaihi Raaji'un
16
Pagi yang Cerah
17
Siapakah Dia.??
18
Terimakasih Sayang
19
Malam yang Indah
20
Berurai Air Mata
21
Maaf Sayang
22
Romantis
23
Bersyukur
24
Dokter Cinta
25
Kunjungan dari Bu Fatma
26
Dokter Elvira
27
Story Dr. Afandi
28
Diam
29
Gara Gara Bakso Pedas
30
Terulang Lagi
31
Gara Gara Meyra
32
Meyra Lagi
33
Kehilangan
34
Plasmafheresis ke 2
35
Satu Hari Sebelum Operasi
36
Menegangkan ( Operasi )
37
ICU ( Intensif Care Unit )
38
Kamar Penuh
39
Trakeostomi
40
Nomor Tanpa Nama
41
Kak Arkan
42
Lelah
43
Menjenguk Kak Ranti
44
Parkiran
45
Mencari Dr. Afandi
46
Di Lamar Dadakan
47
Bertemu Dr. Dafa
48
POV Dr. Dafa
49
Dokter Arvi
50
Flash Back
51
Bu Fatma Menjenguk
52
Gertakan Kak Arkan
53
Ummi Aminah
54
Hari Raya Idul Adha
55
Pindah ke Gedung A
56
Tidak Bisa Tidur
57
Daftar Radioterapi
58
Pesan Mengejutkan
59
Harus Menerima Dengan Ikhlas
60
Dania
61
Perjuangan Belum Usai
62
Pulang
63
Pulang Untuk Kembali
64
Vanes
65
Kembalinya Kak Arkan
66
Perdebatan
67
Terkena Hipnotis
68
Bukan Rezeki Kita
69
Berita tidak menyenangkan
70
POV ARKAN
71
MY Princess
72
Semakin Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!