Kami menunggu Lift terbuka, kebetulan Liftnya sedang turun. Dan apa yang kulihat ketika Lift itu terbuka, aku mematung sampai sampai Bang Andi menepuk pundakku, dan aku terkesiap..!!
"Astagfirullahhal'adzim..!" Ucapku. Satu persatu orang yang berada di dalam Lift keluar. Begitu juga dengan orang yang duduk di kursi roda dan didorong sama petugas ruangan. Ya Allah..., selama ini belum pernah melihat orang yang seperti itu, karena ini Rumah Sakit besar, yang sakit apa pun pasti ada tapi ini membuat aku syok. Wajahnya yang entahlah, rusak tapi seperti mungkin terkena tumor aku tidak tahu, yang pasti bisa dibilang sangat mengerikan.
" Ya Allah Bang.. ! Baru lihat aku.."
" Abang apalagi " Jawab Bang Andi.
Kami masuk kedalam Lift dengan pikiran masing masing. Kami juga berdesakan di dalam Lift karena waktunya jam besuk tiba. Aku melupakan sejenak Dokter Gantengku, karena hatiku merasa bahagia dengan datangnya teman temanku.
Sepanjang jalan, kami mengobrol, bercengkrama dan bercerita tentang apa yang kulihat tadi di Lift. Sesampainya di ruangan, aku memperkenlkan teman temanku ke Kak Ranti. Bang Andi juga Mpok Reni saling bertanya ke Kak Ranti, tentang sakitnya, dan lain lain. Terlihat sekali Kak Ranti begitu bahagia.
Jujur bagi kita yang biasa merantau, sangat senang jika kita bertemu dengan orang yang kita kenal. Apalagi posisi sekarang lagi sakit, yang pasti Kak Ranti butuh dukungan dan penyemangat. Begitupun dengan aku, aku kadang merasa asing, dan harus bisa berbaur dengan orang yang tidak pernah kita kenal.
" Yang ini sakit apa ? " Tanya Bang Andi. Karena dari tadi pasien itu terus berteriak mengeluh sakit.
" Kurang tau, itu pasien rujukan, dengar dengar mah lagi di rawat di Rumah Sakit lain, terus jatuh di kamar mandi " Jawabku.
Waktu jam besuk habis, mereka berpamitan, aku kembali merasa sepi. Di Lobi kita berpisah kembali. " Hati hati di jalan ya, Terimakasih banyak Bang, Mpok, dan juga teman teman, sudah mau menyempatkan main kesini.."
" Iya, sama sama Na " Jawab Mpok Reni..
" Na, hati hati naik Liftnya.." Ucap Bang Andi.
Bulu kudukku meremang. " Bang, jangan nakutin ah.." Aku merengek. Bang Andi malah terkekeh.
Aku kembali ke ruangan, suasana kembali sunyi seperti sebelum ada teman temanku. Aku membuka buah tangan yang di bawa Mpok Reni, sepertinya dia membelinya di bawah. Satu box donat dengan aneka rasa. " Kak mau tidak.." Aku menawarinya, yang pasti Kak Ranti bukan tidak mau, tapi tidak bisa makannya karena susah menelan.
" Hmmm, kalau bisa ngunyahmah enak itu " Katanya. Kebetulan rasanya banyak yang aku tidak suka. Ada keju, mayonaise , ah pokoknya aku hanya suka yang topingnya coklat, kacang, dan beberapa selai.
" Ya sudah, makanya Kakak harus semangat, nanti kita beli yang banyak." Aku memberinya semangat dan aku juga merasa tidak enak harus makan sendiri.
Jujur saja, beberapa hari ini selera makanku sampai hilang, karena merasa tidak enak kalau makan di depan Kak Ranti. Alhasil sakit Magh aku sepertinya kambuh, karena sering banget perut perih sampai nyut nyutan ke ubun ubun.
Setelah shalat isya aku tidur , aku merasa bosen banget harus diam menunggu begini. Pemeriksaan demi pemeriksaan sudah di lakukan, hanya tinggal memutuskan kapan harus di Operasinya.
Ketika sedang asyik asyiknya tidur, pasien di Bed sebelah terus meraung kesakitan. Aku kembali terbangun dengan kepala pusing. Sepanjang malam ini aku benar benar seperti tidak tidur. Mata lengket tapi telinga tetap mendengar kesakitannya bahkan Ibu paruh baya itu juga ikut berisik. Dia terus menelfhon saudara saudaranya dengan suara kencang.
Waktu menunjukan pukul sembilan malam, padahal aku tidur seperti sudah lama. Kak Ranti memintaku mengantarnya ke kamar mandi, akupun memapahnya.
" Kak, tadi udah tidur belum..? " Tanyaku.
" Udah, tapi telinga Kakak tetap dengar mereka berisik " Jawabnya.
" Apa mengganggu tidur Kakak? Aku tidak bisa tidur, kepalaku jadi pusing nih."
" Ya sudah, mau bagaimana lagi, kan si Ibunya lagi sakit." Kak Ranti orangnya memang bijak, tidak seperti aku yang sedikit sensitif.
Malam semakin larut, tapi pasien di sebelahku semakin menjadi kesakitannya, dia bahkan berbicaranya ngelantur. Aku benar benar tidak bisa tidur malam ini. Kepalaku pusing sekali, mataku juga bengkak seperti orang habis menangis.
Adzan subuh tiba, aku langsung menunaikan kewajibanku begitupun Kak Ranti, kita bergantian mukenanya karena belum aku ambil di Loundry.
" Aku masih ngantuk Kak " Ucapku sambil melipat mukena.
" Ya sudah, tidur lagi aja "..
" Emang Kakak tidak ngantuk.?.."..
" Kakak juga masih ngantuk sih, tapi entar ada Dr. Afandi kesini.." Oh, iya juga, dia kan kalau datang suka lebih pagi dari yang lain.
Kulihat wajah Kak Ranti, begitu kusut dan kelopak matanya sedikit turun. Aku yakin Kak Ranti juga tidak bisa tidur, tapi dia menutupinya.
Rasa kantukku sudah tidak tertahankan lagi, akhirnya aku tidur menelungkup di kursi. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara gorden terbuka.
" Permisi, selamat pagi..!! " Suara Dokter Afandi membuat aku terbangun, tapi aku tetap dalam posisiku, malu sekali kalau aku ketahuan masih tidur hhiii...
" Pagi Dokter.."
" Apa kabarnya Mbak Ranti "..
" Alhamdulillah baik..
" Kok Mbak Ranti sedikit pucat ya, kelopak matanya juga turun.." Sepertinya Dokter Afandi sedikit mendekat ke Kak Ranti.
" Iya Dokter, tidak bisa tidur.."
" Kenapa? "...
Baru saja Dokter Afandi bertanya, pasien disampingku meraung kesakitan lagi, padahal tadi aku sudah bisa tertidur pulas sebelum Dokter Afandi datang.
Suara sepatunya berjalan dan menghampiri pasien disampingku. " Kenapa dengan pasien ini bu..? " Tanya Dr. Afandi. Dan terjadilah sedikit perbincangan diantara mereka.
" Oh ya, Mbak Ranti nanti saya panggilkan suster ya untuk mengecek tensi darahnya.."
" Baik Dokter, terimakasih "...
Terdengar suara sepatunya meninggalkan ruangan. Huufft.. Aku menarik napas kasar, rupanya aku tidak akan bisa tidur di hari ini juga.
Kuputar shalawatan di ponselku agar hatiku sedikit tenang. Dan aku kembali memejamkan mata lagi. Alhamdulillah, sekitar satu jam aku tidur pulas, kepalaku sedikit ringan. Aku bangun dan langsung mandi.
Selesai mandi, kulihat Suster sedang memeriksa Kak Ranti dan aku melihat, godibag di atas lemari, tapi kok beda godibagnya sama yang kemarin.
Setelah Suster keluar, Kak Ranti menyerahkan godibag itu.
" Ini dari Dr. Afandi.." Ucap Kak Ranti. Aku terkejut dan melongo.
" Apa Kak.."
" Tadi Dr. Afandi balik lagi kesini dan memberi ini, "
" Untuk sarapan katanya Dek " Lanjutnya sambil mesem mesem.
" Kapan kesininya Kak?."
" Tidak usah pura pura Dek."
" Iya tadi emang aku dengar, tapi waktu aku mau mandi belum ada ini godibag.
" Oh iya, tadi waktu kamu lagi mandi..
Kubuka godibagnya, satu porsi nasi lengkap dengan sayuran, daging, dan juga ada tempe goreng, ditambah dua buah jeruk dan air mineral satu botol ukuran sedang. Aku hanya terus melihatnya dengan pikiran yang entalah.
" Dimakan Dek, jangan cuma dilihatin aja, nanti keburu dingin.." Ucap Kak Ranti.
" Dia bilang apa aja Kak.? Tanyaku penasaran. Kenapa dia juga berani nitip langsung ke Kak Ranti.
" Dia cuma bilang, ^ Mbak Ranti, tolong sarapannya untuk Mbak Hana ^ , udah cuma gitu doang." Jawab Kak Ranti.
" Terus Kakak enggak Nanya ..? "..
" Nanya apa.? "
" Ya nanyalah, nanya kenapa gitu mau bawain sarapan, apa hubunganya atau apalah.."
" Oh, jadi Adek pengen ditanyain hubungannya apa ya sama Dr. Afandi? Ucap Kak Ranti ngeledek.
" Ya sudah, besok kalau kesini lagi Kakak tanyain deh " Lanjutnya..
" Bukan gitu maksudnya Kak.."
" Sudahlah Dek, tidak usah banyak tanya, anggap saja itu rezeki untuk kamu." Ucap Kak Ranti. Iya juga, kenapa aku malah berbelit belit huuuuftt...
Aku memulai sarapan dengan mengucap bismillah, satu porsi itu tidak habis semua, dan aku taruh lagi di godibagnya untuk nanti siang.
Jam kerja dimulai, semuanya sibuk dengan tugas masing masing. Dokter berdatangan ke ruangan dan terus bergantian. Begitu juga dengan pasien lain, mereka punya Dokter sendiri dengan bagiannya. Yang mengundang perhatian, adalah pasien disebelahku. Sekumpulan Dokter datang dan bertanya tanya apa keluhan si pasien. Tapi si pasien terus merasa kesakitan, bahkan dia terus memanggil anak anaknya.
" Dokter, apa boleh anaknya menjenguk ? " Akhirnya, Ibu parubaya itu bertanya.
" Anaknya umur berapa Bu? " Tanya Dokternya.
" Peraturannya sih, anak dibawah dua belas tahun tidak diperbolehkan masuk kesini " Dokter menjelaskan.
" Anaknya ada empat, yang besar sudah SMA sama SMP, kalau yang kecil baru kelas lima SD, sama umur lima tahun." Jawab Ibu parubaya.
" Ya sudah, coba dipertemukan dulu" Kata Dokternya. " Maaf, suaminya kemana.? " Tanya Dokter lagi.
" Suaminya lagi berangkat haji, ini baru berangkat satu minggu lalu, istrinya malah sakit " Ucap Ibu itu menahan sedih. Ya Allah, aku yang mendengarnya juga ikut sedih, apalagi suaminya yang lagi beribadah di Tanah Suci dia tidak akan bisa pulang, sebelum tahapan Ibadah Hajinya selesai.
" Coba saja anak yang sudah di atas dua belas tahun di suruh kesini " Ucap Dokternya lagi.
" Baik Dokter, terimakasih banyak " Ucap Ibu parubaya itu.
*********
Siang berlalu, setelah menghabiskan nasi sarapanku, aku dikagetkan lagi dengan pasien sebelahku, yang terus meronta, mengeluh, dan kadang beristigfar. Bahkan dia samapai mebuka gorden di sampingku, aku melihatnya dia sedikit melotot dan terus mengeluh sakit seperti meminta pertolongan.
' Ya Allah, hilangkanlah sakitnya, kasian ibu itu ' Gumamku. Aku sebenarnya sedikit panik dan takut melihat orang seperti itu. Makanya aku terus menegang.
Sore tiba kedua anaknya datang, keduanya langsung memeluk sang Ibu yang terus mengeluh sakit. Anaknya terus menguatkan membuat aku terharu.
" Mama, Mama yang kuat ya.."
" Titip adek ya nak, titip adek ya." Si Ibu hanya bisa bilang itu di sela rintihannya.
" Iya Mama, kita sayang Adek, makanya Mama yang kuat, Adek menunggu Mama di Rumah.." Entah anak yang keberapa yang bisa tegar terus menyemangati Sang Ibu yang lagi berjuang melawan sakitnya. Kedua anaknya ternyata laki laki.
Setelah shalat isya, kegaduhan terjadi, Dokter dan Suster berlarian keruanganku...
**Bersambung..
Terimakasih yang sudah mampir, jangan lupa Like Komen dan juga Votenya ya, Terimakasi🙏🙏❤❤❤**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments