Intan bersenandung kecil setelah bangun, dia merasa senang sekali hari ini.
Tidurnya juga nyenyak karena ketiga pria itu menyiapkan kamar yang luas dan nyaman untuknya.
"Kamarnya lebih besar dari rumah ku dan mommy," ucap Intan.
Intan keluar dari kamar setelah membereskan kamarnya, dia bangun lebih pagi karena tidak membawa baju sekolah nya dan mengharukan dirinya harus pulang terlebih dahulu.
Ceklek
Telat saat dia keluar, penghuni kamar di samping nya juga keluar dengan rambut yang acak-acakan.
Pria tua menyipitkan matanya saat melihat intan.
"Ngapain lo di rumah gua," sentak nya saat sudah berhasil mengumpulkan nyawanya yang tadinya masih mengantuk.
"Hehe hai bang, baju tidurnya bagus," cengir Intan dan segera berlari dari hadapan Fedrick.
Fedrick menoleh melihat bajunya. Dia memang memakai baju Frozen dengan Elsa dan Ana sebagai background nya.
"Sialan gue malu banget, dia lihat gua make baju ini lagi,"
Fedrick mengumpat dalam hati dan segera masuk kembali ke dalam kamarnya. Tujuannya yang ingin mengambil minum karena haus harus ditundanya karena malu terhadap Intan.
"Ck kenapa dia disini sih, Daddy kan gak ada dirumah," decak Fedrick kesal.
"Mana gue haus banget lagi, ****,"
Dilain sisi Intan terkekeh, apalagi mengingat raut wajah Fedrick karena kepergok olehnya.
"Bang Fedrick ternyata lucu," kekehnya.
"Intan pelan-pelan jangan lari!!" tegur Athan yang melihat Intan tergesa-gesa.
"Hehe maaf bang," cengir Intan saat mendapat tatapan tajam dari Athan.
"Gimana kalo kamu jatuh lagi hah!mau buat luka baru di tubuh mu itu!"marah Athan.
Intan menciut dan mendudukkan kepalanya.
"Maaf Abang," lirih nya.
Athan mengehela nafas. "Jangan diulangi!"
Intan mengangguk. " Soalnya Intan harus cepet bang, baju sekolah Intan kan dirumah,"
Athan mengangguk, benar juga apalagi Intan hanya membawa dirinya saja kemarin.
Dan kini dia hanya memakai baju Mark.
"Yaudah ayo makan dulu baru Abang antar," suruh Athan menarik kursi untuk Intan.
"Loh Abang emang gak kerja, nanti Abang telat, Intan biar sama bang Mark aja," sahut Intan kemudian duduk.
"Mark masih tidur baby," ucap Athan.
"Ish, intan bukan baby, Jangan panggil Intan kayak gitu,"
Athan mengedikkan bahunya acuh lalu mengambil piring untuknya dan juga Intan.
"Kita makan duluan ya bang, gak nungguin yang lain nya?" tanya Intan.
Biasanya dirumahnya dia dan mommy nya akan selalu makan bersama.
"Tidak usah, disini kalo mau makan ya tinggal makan gak usah nunggu," jelas Athan.
"Padahal lebih enak makan bareng," gumam Intan.
"Bang kok sayurnya banyak banget," protes Intan.
Bahkan Intan seperti hanya makan sayuran saja pagi ini .
"Sayur baik untuk kesehatan, udah jangan ngebantah! nanti kamu telat," ucap Athan final.
Intan mengangguk, dia harus bersyukur masih bisa makan daripada dirinya kelaparan.
Sedangkan Athan pria itu kini sedang membuatkan jus untuk dirinya dan juga Intan.
"Wah, makanan hari ini apaan," ucap Vandra yang baru datang dengan menenteng tas kuliahnya.
"Tumben pagi sekali sudah siap, " sindir Athan.
"Suka suka saya lah," jawab Vandra mendudukkan dirinya di kursi yang berada disamping Intan.
"Buset, banyak amat sayuran nya," ucap Vandra yang melihat meja makan.
"Dek, kamu suka makan sayur yah?" tanya Vandra. Karena menu hari ini Athan lah yang mengatur jadi dia berpikir jika Intan yang meminta nya.
"Suka kok bang , kadang-kadang," cicitnya.
"Berisik, kamu makan aja Vandra," perintah Athan yang membuat Vandra mendengus.
"Gua mau pamit dulu bang, gue makan di sekolah entar ada lomba basket mau latihan bentar," ucap nya.
Kini Vandra menoleh ke arah Intan dan mengecup pipi nya sedangkan Athan menatap nya tajam.
"Abang pergi dulu ya dek, awas tuh ada singa yang marah, Dahh," ucap nya segera pergi karena merasakan aura dingin dari Athan.
"Gitu aja marah," ucap Vandra terkekeh geli.
"Hati hati Abang," ucap Intan yang dibalas dengan jempol oleh Vandra.
"Udah, mau nambah gak?" tanya Athan.
Intan menggeleng karena perutnya sudah kenyang.
"Yasudah minum jus nya dulu, sama vitaminnya sekalian," ucap Athan memberikan sebutir vitamin.
"Aku harus meminumnya?" tanya Intan yang diangguki oleh Athan.
"Itu vitamin baby, bukan racun," balas Athan.
***
"Cepet Ntan, tuh Athan udah nunggu dari tadi, kamu sih udah tau mau nginep gak siapin semua perlengkapan kamu, " ucap Sania yang ikut repot karena putrinya itu.
"Ih bentar mom, aduh roster intan hari ini ala yah, buku intan mana lagi. Mom dasi Intan gak ada," teriak Intan yang panik.
Apalagi waktu nya sudah mepet. Jika begini dia bisa saja telat.
"Astaga anak ini," Sania menggeleng geleng kan kepalanya. Untung saja Intan adalah anak nya.
Sania membantu Intan membantu Intan mencarinya dan Untung nya semuanya sudah dapet.
"Dah sana, dasinya pasang dulu itu," peringat Intan.
"Nanti aja mom," ucapnya segera berlari ke pintu depan.
"Mom aku pamit dulu yah," ucap nya.
Athan yang masih canggung dengan Intan hanya tersenyum singkat.
"Maaf merepotkan ya Athan," ucap Sania.
"Tak apa Tan, sekalian mau kerja juga," jelas Athan yang ikut menyalim wanita itu seperti yang dilakukan intan.
"Dah mom," ucap Intan.
"Hati-hati," ucap Sania melambaikan tangannya.
Sania senang karena Intan terlihat bahagia bersama dengan anak-anak Fathan. Terlihat sekali jika mereka sudah menganggap Intan sebagai adiknya walaupun Fedrick masih belum bisa menerima mereka.
Sania masih memikirkan hal ini, haruskah dirinya menerima lamaran Fathan atau menolaknya.
Tapi mengingat bagaimana putrinya begitu bahagia nya memanggil Fathan sebagai Daddy membuat Sania harus berpikir dua kali.
Sania tersenyum singkat saat mendapat pesan dari Fathan.
Pria itu setiap pagi dan malam selalu menghubunginya. Memberi kabar padanya dan menanyakan keseharian dan kabarnya.
Farhan begitu manis padanya, dirinya seakan menjadi orang yang paling dibutuhkan pria itu.
Sesaat kemudian setelah dia membaca pesan Fathan, pria itu kini menghubungi nya lewat Video Call.
Sania mengangkat nya dan menampil wajah Fathan sunah sedang menunjukkan sarapannya.
"Kau sudah makan? bagiamana dengan Intan?"tanya nya.
"Sudah, dia berangkat bareng Athan," ucap Sania.
"Athan? benarkah? jadi mereka sudah bertemu ya."
"Begitulah, semalam dia menginap di rumah mu," jelas Sania.
"Itu bagus, aku senang jika Athan dengan senang hati menerima intan ,kita hanya perlu menghadapi Fedrick saja. " Jelas Fathan sambil memakan makanan nya.
"Rasanya aku ingin pulang sekarang, aku sangat merindukanmu dan Intan," adu Fathan.
"Kau berlebihan, padahal baru beberapa hari," dengus Sania.
"Entahlah waktunya haid berjalan sangat lama," adu Fathan dengan suara merengek membuat Sania menyemburkan tawanya.
Seorang Fathan ternyata bisa Seperi itu, Sania tak menyangka karena biasanya Fathan akan berikan tegas dan berwibawa. Dan kemarahan yang membuat nya takut dan lihatlah sekarang Fathan seperti anak kecil yang sedang merengek pada ibunya.
"Akan kutunjukkan sifat lembut ku yang akin jika kau sudah menjadi istriku," ucap Fathan mengedipkan matanya.
TBC
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments