"Udah kan, Ayuk pulang," ucap Steven sambil melingkarkan tangannya di pinggang Ayyara tak lupa memberikan tatapan tajam pada pria yang sudah menggoda gadis nya itu.
"Steven," ucap Ayyara namun tak dihiraukan oleh Steven, pria itu malah semakin mengeratkan tangannya menandakan kepemilikannya pada Ayyara.
"Mampus loh pawagnya marah," sembur Jessie semakin mengejek Atlas.
Atlas meneguk ludahnya kasar saat melihat tatapan tajam pria itu, dirinya tak berani apalagi tatapan dari Steven yang begitu mengintimidasi nya.
"Haha, bercanda kok bang hehe, Atlas udah punya pacar kok," ucap Atlas menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Pacar darimana, cintanya aja bertepuk sebelah tangan udah gitu ditolak Mulu," ucap Keenan telak .
Tawa Jessi langsung pecah mendengar nya.
"Bhahah, kasian banget sih," ledek Jessie.
"Bang, Apaan si, Lo juga diem aja Jes," kesal Atlas yang selalu saja diejek oleh gadis itu.
"Dahlah, kita pulang aja yok dek dah malem banget nanti mommy khawatir," sela Mark yang sedari tadi diam tak tertarik dengan perbincangan orang disana.
"Eum mommy lagi gak dirumah bang, mom lagi ke rumah temannya, intan pulang bareng Ayyara." jelas Intan.
"Oh gitu, gak usah! dirumah Abang aja kalo gitu ada bang Athan sekalian obatin luka kamu." Saran Mark.
"Apaan, gak ada! Lu semua kok cowo, Intan doang yang cewe mana bisa gitu," tolak Keenan.
"Diem bang, gue gak ngomong sama Lo," sentak Mark.
"Udah-udah, benar kata Mark si Athan kan dirumah, entar luka Intan infeksi," ucap Steven melerai.
"Nah denger tuh," sebal Mark menatap Keenan yang sudah berwajah masam.
"Yuk pulang," ajak Mark.
"Dah semuanya, dan Jessi kamu punya hutan penjelasan sama aku dan Aya," ucap Intan sebum pergi.
"Ah iya bener tuh, kok bisa mereka berdua jemput lu, " bingung Ayyara.
"Iya-iya besok di sekolah aku jelasin," pasrah Jessie saat kedua temannya menuntut.
***
"Kuy dek, kabarin sama mommy ya kamu jadinya nginep disini," ucap Mark mengingatkan.
"Iya bang," sahut Intan.
"Aduhh," ringis nya saat turun dari mobil. Kakinya tak sengaja trrkikir karena dia memakai higheels.
"Kenapa dek," ucap Mark yang langsung turun dari mobil dan menghampiri Intan.
Dia melihat Intan yang sedang memegang kakinya. Mark berjongkok dan membuka kedua sepatu Intan.
"Astaga, udah biru gini," ringis Mark melihat bekas sepatu yang tercetak jelas di kaki Intan.
"Tadi sebenernya udah sakit karena terlalu lama makenya," adu Intan.
"Kamu gak boleh lagi make sepatu kaya gini, " ucap Mark melemparkan sepatunya asal.
"Loh bang kok dibuang, masih bagus tau itu ih, Intan beli nya pake uang bukan daun malah dibuang," ucap Intan tak terima.
Dia bangkit berdiri hendak mengambil sepatunya kembali. Namun kakinya terasa sakit hingga dia memegang bahu Mark.
"Udahlah, nanti Abang beliin sepatu gak usah pake begituan," final Mark tak mau dibantah. Dia langsung saja menggendong Intan lalu menutup pintu mobilnya menggunakan kakinya.
"Entar rusak bang," ucap Intan yang melihat itu.
"Gampang, tinggal suruh Daddy beli lagi," ucap Mark.
"Gak boleh gitu, Daddy udah capek kerja abang," Intan mencubit lengan Mark karena sedikit kesal.
"Aduh, sakit dek ," ucap Mark.
"Biarin."
"Waduh bangg, Mark bawa cewe!" seru Vandra yang sedang main game dan langsung melempar handphone nya saat melihat Mark adiknya itu.
"Berisik banget, jangan teriak-teriak dirumah," ucap anak sulung itu dengan tegas.
"Heheh maaf bang," cengir Vandra.
Athan menaikkan alisnya saat melihat Mark,
"Kau membawa pacarmu ke rumah ini, berani sekali," ucapnya.
"Apasih, dia adik aku," ucap Mark mendudukkan Intan di kursi dekat Vandra.
"Halah gak usah boong lo," ucap Vandra.
"Hey, kamu kok imut banget sih," ucap Vandra lagi sedangkan Intan hanya tersenyum canggung karena sedari tadi diperhatikan oleh Athan dengan intens.
Mark yang menyadari jika adik kecilnya tak nyaman mengerut abangnya itu.
"Bang jangan liatin Intan kayak gitu, dia gak nyaman," jelas Mark.
"Omo, dia Intan wahh astaga berarti kamu adik nya Abang juga dong," seru Vandra antusias dan mendudukkan dirinya tepat di samping Intan.
Vandra memang sudah diberitahu oleh Daddy nya nama dari adiknya.
"Ah udah-udah bang Athan, tolong obatin iNtan yah dia kena begal tadi, itu SMA kakinya lecet karena make higheels," sela Mark.
Athan mengangguk, dia sudah memperhatikan luka itu sedari tadi, tanpa banyak kata dia beranjak untuk mengambil obat untuk Intan.
"Kok bisa kena begal, Lo gimana sih Mark, kalo Daddy tau habis lu," marah Vandra.
"Ya jangan kasih tau dong bang," ucap Mark karena takut akan kemarahan Fathan. Apalagi ini menyangkut Intan. Daddy nya itu bahkan sudah memperingatkan dirinya sebelum pergi untuk selalu menjaga Intan. Bisa habis dirinya jika Fathan Sampai tahu.
"Abang tenang aja, Daddy gak bakal tau kok," ucap Intan memenangkan.
Mark tersenyum," Thank you dek, baik banget sih," gemas Mark.
"Eh masa Abang yang satu ini dianggurin dari tadi sih," ucap Vandra cemburu melihat kedekatan intan dan Mark.
Mark tersenyum sinis ke arah Vandra.
"Abang boleh jadi abangnya intan juga," ucap Intan.
"Yah elah pake ditanya. Boleh lah, sini peluk Abang," ucap Vandra merentangkan tangannya yang dibalas oleh Intan.
Tak lama Athan datang dan menarik Intan hingga pelukan keduanya terlepas.
"Bang," kesal Vandra yang tak dihiraukan oleh Athan.
"Luruskan kakimu pada meja itu," perintahnya.
"Lutut kamu kok bisa sampai gini dek?" tanya Vandra tak senang dan kini dia sedang menatap Mark penuh peringatan.
"Gapapa bang, ini udah diobatin kok entar juga sembuh," ucap Intan.
"Sudah," ucap Athan datar saat selesai melakukan pekerjaan nya. Dia telah membalut semua luka di kaki Intan.
"Makasih Abang," ucap Intan dengan perasaan yang senang, dia akhirnya bisa bertemu dengan Athan yang merupakan seorang dokter. Karena dia pernah bercita-cita menjadi dokter.
"Hem, lain kali hati-hati," peringat Athan.
"Abang keren banget, kalo lake baju dokter pasti lebih keren," kagum Intan sedangkan Athan diam diam tersenyum karena penuturan dari Intan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments