Sania menggeram dan menatap tajam punggung Fathan seakan ingin memangsa pria itu.
"Om liat deh, bagus gak? tadi aku gambar ini karena bosan," ucap Intan menunjukkan desain baju yang dibuat nya.
Fathan kagum, Intan dapat membuat desain baju yang begitu bagus dan kekinian.
"Kamu mau jadi fashion designer ya?" tanya Fathan sambil mengusap puncak kepala Intan.
Intan menatap Fathan dengan pandangan aneh membuat Fathan menaikkan alisnya.
"Lagi om," Ucap nya menahan tangan Fathan yang mengusap rambutnya.
Fathan tersenyum, tak menyangka akan mendapatkan permintaan seperti itu dari Intan. Fathan menurut dan mengusap-usap rambut Intan kembali.
"Om boleh ikat rambut Intan gak, aku mau membuat desain lagi," ungkap Intan memberi sisir dan ikat rambut.
"Heheh makasih om, maaf intan banyak permintaan nya soalnya om baik. Jadi, aku minta tolong lagi deh," cengir Intan.
"Intan iri liat orang lain bisa main sama Daddy nya, kemarin intan liat di taman bermain mom dan Daddy nya menemani seorang anak kecil Yang sedang bermain, aku juga ingin om." lirih Intan.
"Hey, kok sedih sih, kan ada om sekarang kalo mau main bilang sama om biar om temenin. Om juga punya anak nanti om minta biar kamu ditemenin main," ucap Fathan menghibur.
Fathan tau perasaan itu, sama seperti putranya yang tak punya kasih sayang ibu. Walaupun putra-putranya tak mengatakan hal itu tapi Fathan mengerti jika mereka menginginkan hal itu juga.
"Benarkah om? anak om mau gak temenan sama intan,"
"Pasti mau dong, mereka bisa jadi abang kamu," jelas Fathan.
"Wah Abang, intan mau punya Abang om," intan sangat antusias.
Sangking asiknya mereka berdua bercerita.mereka bahkan tak menghiraukan Sania yang sedang memperhatikan ke arah mereka.
Sania tertegun sesaat Intan mengatakan merindukan sosok ayah. Intan tak pernah mengungkit hal itu padanya.
Melihat kedekatan Fathan dan Intan tanpa sadar membuat dirinya ikut tersenyum melihat kebahagiaan putrinya itu.
"Wah seru sekali,cerita apa sih," ucap Sania sambil membawakan teh racikan nya itu dan memberikannya pada Fathan.
Fathan yang sudah selesai dengan rambut Intan tersenyum.
"Terimakasih," ucap nya tulus.
"Intan seperti nya sangat berbakat di bidang ini dia terlihat menyukainya," ucap Fathan yang melihat Intan fokus dengan desainnya.
"Ya begitulah, namun dia ingin menjadi dokter,"
"Dokter?"
"Iya om, aku mau jadi dokter biar nanti ada yang rawat mom kalo mom sedang tidak sehat," sambung Intan.
"Bagus sekali, belajar lah dengan bagus
Nanti om minta Abang kamu ajarin pelajaran nya. Anak om ada yang jadi dokter loh, " Ucap Fathan.
"Wahh aku mau bertemu abang om. Boleh ya, ya ya," Intan menghilangkan tangan Fathan untuk membujuk pria itu.
"Intan jangan seperti itu," tegur Sania membuat Intan menggembung kan pipinya.
"Jangan terlalu keras padanya," titah Fathan.
"Dia putriku, tidak usah mengajariku," ketus Sania.
"Dia akan menjadi putriku juga," ucap Fathan pelan bahkan kedua perempuan itu tak dapat mendengar gumaman Fathan yang penuh arti itu.
Akhirnya libur sekolah telah usai, Intan merasa lebih senang saat akan memasuki sekolah kembali karena sekarang dia akan menjadi senior di sekolah.
Intan juga merasa liburan mereka kali ini lebih hidup karena ditemani oleh Fathan sampai akhir mereka berlibur.
Bahkan saat pulang mereka diantar oleh Fathan sampai rumah nya.
Intan mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Fathan. Apalagi Fathan kerap sekali bersikap seperti ayah pada Intan.
"Mom mau kerumah om Fathan ya," ucap Intan sambil menyendok makanan kemulutnya.
"Iya, nanti mom usahakan pulang cepat untuk membuat mu makan siang ," ucap Sania sambil menyediakan bekal untuk Intan.
"Tidak usah terburu-buru mom, aku bisa sendiri kok aku kan udah mulai bisa masak," ucap Intan .
"Heum tapi mom belum yakin betul, kamu kan sangat ceroboh bisa bisa kamu nanti hancurin dapur mom seperti waktu itu" ucap Sania terkekeh.
"Ihh mom, Jangan ungkit hal itu lagi," kesal Intan tapi memang benar sih soalnya intan pernah ditinggal sendiri dirumah dan dirinya melakukan berbagai eksperimen di dapur Sania hingga membuat semuanya berantakan.
Dan alhasil dia kena marah oleh Sania.
"Sudah sana kamu berangkat nanti terlambat," ucap Sania.
"Iya, aku pergi mom," ucap Intan menyalim tangan Sania.
***
"Intan," panggil Ayara dan Jesi.
"Jesi,kamu sangat cantik dengan model rambut pendek," ungkap Intan.
"Aku baru memotong nya kemarin, kalian tidak mau potong rambut kah biar kita samaan," balas Jesi.
"Aku gak deh, aku suka rambut panjang," jawab intan yang dipanggil oleh Ayara.
"Yaudah kalo kalian gak mau aku juga gak mungkin maksa kalian kan, eh tapi tau gak kita ada murid baru dan akan pindah di kelas kita," ucap Jesi sang sumber informasi.
Diantara mereka bertiga memang Jessi lah yang paling cepat jika ada yang sedang hot.
"Benarkah, kelas 3 pindah bukan kah itu tanggung sekali ," ucap Intan.
"Entahlah, yaudah yuk masuk kelas entar pak ketu marah-marah lagi," ajak Ayara.
"Baby," panggil seseorang pria dari belakang mereka. Pria itu merupakan kekasih Ayyara dari kelas IPS 1.
"Tuh udah di apelin aja, kita duluan deh. Yuk Jes,"
"Bye Aya," ucap Jessi dan Intan bersamaan.
"Morning baby," ucap Steven mengecup pipi Ayyara.
"Ih ini disekolah," peringat Steven.
"Yaudah sih gak usah dengerin mereka," ucap Steven yang mendengar bisik-bisik dari murid lain. Steven memberikan peringatan lewat tatapan matanya membuat gadis-gadis itu terdiam.
"Yuk aku anter ke kelas," Steven menggandeng pacarnya itu sambil bercerita apa yang dia lakukan tadi pagi. Seperti itulah rutinitas Steven bahkan hal-hal kecil pun selalu diceritakan nya pada Ayyara begitupun sebaliknya.
Prinsip Stevan yaitu hubungannya harus memiliki komunikasi yang baik.
Bahkan saat mereka ada masalah maka Stevan tak akan membiarkan nya berlarut-larut, Stevan akan menyelesaikan nya saat itu juga dengan Ayyara, mengajak Ayyara untuk berbicara agar hubungan mereka tetap terjaga karena kunci sebuah hubungan adalah komunikasi.
"Dah sana, belajar ya pinter ya baby, biar nanti ada yang ajarin anak-anak kita," ucap Steven saat didepan kelas Ayyara.
Hal itu membuat muka Ayyara memerah.
"Gemes banget sih," Gemes Steven mengunyel pipi Ayyara.
"Woy woy udah tuh bucin Mulu, " ucap ketua kelas mereka yang bernama Daffa.
"Ye sirik lu, makanya cari pacar," balas Steven lalu pamit pada Ayyara.
"Hahaha muka Aya kayak kepiting rebus," sembur Intan.
"Ih diam deh aku malu tau,"
"Halah padahal dalem ati mah berbunga-bunga, ya ges ya," ucap Marcel.
"Diam woy, Napa jadi ribut dah gara-gara Ayyara nih, nama lu gua tulis sama Marcel nama yang ribut di papan tulis entar ya!!" Ucap Daffa membuat sekelas berdecak kesal namun tak ayal mereka tetap menuruti Daffa.
"Mati aja lu Daf, kabarin kalau mau mati biar gw pesenin peti mati gratis dah buat lu," kesal Marcel.
Puk
penghapus papan tulis mendarat telak di kepala Marcel. "Diam," tegas Daffa.
Tak lama pak Harto datang dengan murid yang mengikuti di belakang nya.
Daffa lantas beranjak dan duduk kembali ke tempat duduknya.
"Selamat siang anak-anak, kita kedatangan murid baru pindahan dari Kanada, Ayo perkenalkan namamu."
"Mark,"
Semuanya diam menunggu perkenalkan selanjutnya namun anak baru yang bernama Marak itu hanya diam setelah mengucapkan namanya.
"Sudah? begitu saja! Baiklah silahkan duduk di bangku kosong dibelakang Intan,"
"Intan angkat tangan," ucap pak Harto yang dituruti oleh Intan.
Mark berjalan dengan mengantongi kedua tangan nya di satu celananya tanpa berekspresi apapun.
Intan yang tertarik dengan pria itu berniat mengajak nya berteman.
"Hey, namaku intan salam kenal," ucap Intan mengulurkan tangannya.
"Mark," Balas Mark menyambut salaman dari Intan.
"Intan, nanti saja berkenalan nya, sekarang kelas akan dimulai," ucap Pak Harto memulai kelas.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments