Intan melepas pelukannya dan menunjukkan wajah cemberut nya. Fathan terkekeh dan menusuk-nusuk pipi yang sedang menggembung itu.
"Daddy tak akan lama, Daddy akan bawakan banyak oleh - oleh untuk Intan," tawar Fathan yang membuat Intan kembali bersemangat.
"Intan mau daddy, jangan cuma buat Intan aja Daddy mommy juga harus Daddy bawakan," ucap Intan.
"Tentu saja princess, Sekarang ayo biar Daddy yang antar kamu ke sekolah,"
"Loh nanti Daddy terlambat loh,"
"Tidak akan princess, sehabis mengantarmu baru Daddy akan berangkat." balas Fathan.
"Sudah-sudah nanti lagi sesi pelukannya, nanti terlambat," ucap Sania mengantar keduanya.
Intan terlebih dahulu masuk ke mobil, Fathan kembali menghampiri Sania dan memeluk Sania dengan erat, sambil menghirup aroma wanita itu yang akan sangat dirindukan nya nanti.
"Aku akan menghubungi mu nanti, aku akan merindukan mu," ucap Fathan melepas pelukannya.
Sania salah tingkah hingga pipi nya memerah dan hal itu tak luput dari penglihatan Fathan. Dia terkekeh. "Hanya aku yang harus melihat pipi memerah itu saat kau sedang salah tingkah,"
"Sudahlah, sana. Hati-hati!" ucap Sania.
Fathan mengangguk dan memasuki mobil dan meninggalkan pekarangan rumah Sania.
Tidak rela rasanya meninggalkan nya, sial bahkan belum pergi saja dia sudah merindukan wanita itu.
"Nah sudah sampai, belajar baik-baik kan mau jadi dokter." Fathan mengelus rambut indah Intan yang digerai.
"Hehe gak jadi deh, Intan lebih suka sama fashion intan suka desain fashion," cengir Intan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Fathan tertawa dibuatnya. "Tak apa, itu bagus Princess, kamu harus memilih sesuai minat mu, Daddy akan selalu mendukung mu oke," ucap Fathan .
Sejak melihat Intan membuat desain Fathan memang sudah menyadari Diman bakat Intan dan benar saja intan memilih itu sekarang.
Wajah Intan yang tadi nya berseri kini menjadi sendu kembali.
"Hei, Daddy kan udah bilang akan pulang cepat jangan gitu dong mukanya. Jangan sedih Daddy gak suka!" tegas Fathan.
"Iya," angguk Intan dengan lesu dan menampilkan senyum paksa dan Fathan tau itu.
"Pegang kata-kata Daddy, Daddy akan pulang cepat oke!"
"Iya Daddy, intan ngerti," ucap Intan lalu melambaikan tangannya pada Fathan dan masuk ke arena sekolah.
Fathan memperhatikan Intan Sampai tak terlihat. Dia jadi tak tega untuk pergi apalagi melihat tatapan intan tadi tapi apa boleh buat, jika dia tak bekerja bagaimana caranya dia akan membahagiakan mereka semua. Tanggungannya kedepan akan semakin banyak apabila Sania dan Intan sudah resmi menjadi keluarganya.
Fathan tak boleh malas dan harus bekerja lebih keras lagi agar dapat memenuhi kebutuhan semua anaknya tanpa terkecuali.
Sesaat dia melihat Mark dan Mark melambai padanya.
"Dad, kenapa belum berangkat," ucap nya menghampiri Fathan.
"Mengantar adikmu," balas Fathan.
"Pantes aja, padahal tadi Mark udah kerumah mommy dan Intan malah pergi sama Daddy," dengus Mark.
Fathan mengedikkan bahunya acuh dan melihat penampilan Mark yang menjadi berantakan. Tidak memakai dasi dan baju keluar kesana kemari.
"Ada apa dengan penampilan mu itu?" tanya Fathan tak suka. Mark biasanya tak seperti ini dan selalu rapi.
Fathan memang pernah muda tapi dia tak pernah Seperti itu dulu dan Fathan semasa sekolah selalu menghindar dari kenakalan remaja bahkan banyak yang mengatakan dia cupu dan Fathan hanya memiliki teman yang bisa dihitung oleh jari.
Fathan membenci hal semacam itu, menurut nya itu tak ada gunanya untuk masa depan kelak.
Fathan sudah melihatnya dari teman semasa sekolah nya dulu.
Mark menyengir dan memutar otak untuk mencari alasan yang tepat. "Eum tadi Mark buru-buru Dad mau jemput Intan,"
"Oh,"
Mark menghela nafas lega untung saja Fathan percaya.
"Dad pulang kapan?" tanya Mark.
Fathan mengernyit sejak kapan Mark peduli akan hal itu.
"Untuk apa kau menanyakan nya, biasanya mana pernah," sindir Fathan.
"Ya ini, sekarang kan jadi pernah dad,"
Fathan memutar bola matanya malas. "Daddy hanya 2 Minggu disana. Kau jaga Intan selama sekolah jika terjadi apa-apa Daddy akan menghukum mu."
"Serahkan padaku Dad. Aku pasti akan menjaga adikku sebaik mungkin. Hati-hati dad," senang Mark.
"Mengapa anak itu senang sekali," bingung Fathan.
"Yes akhirnya, gue bisa pergi bareng bang Fedrick deh nongkrong bareng anak-anak, bisa balapan nih," cengir Mark senang mendengar Fathan yang akan pergi keluar negeri.
Setelah istirahat berlangsung kini Mark berada di rooftof sekolah bersama dengan Steven dan juga beberapa teman di kelasnya yang sudah cukup akrab dengannya.
Mark dan Steven tak menghampiri Intan dan Ayyara seperti biasanya karena mereka sedang makan bersama Jessi yang sedang ulang tahun hari ini. Mereka meminta untuk memberi waktu untuk ketiganya menghabiskan waktu seharian tanpa mereka.
Mark mengajak akhirnya mengajak Steven dan diikuti oleh Marcel, Rizky dan Daffa untuk masuk ke geng motor milik Kaka nya, The Boyz. The boys ternyata diketuai oleh Fedrick. Mark sempat tercengang mengetahui hal tersebut.
Tau Daffa bukan, dia adalah ketua kelas IPA 3, Rizky sempat teriak heboh saat Daffa malah ikut masuk ke geng motor the boys. Bagaimana tidak heboh, biasanya Daffa hanya akan selalu mengatur di kelas dan berkutat dengan buku-bukunya.
Awalnya Mark hanya iseng mengajak teman baru nya dan ternyata mereka sangat antusias. Mark tahu karena mereka juga menyukai berbau motor dan motor milik mereka pun terbilang mahal karena mereka berasal dari keluarga yang cukup mampu juga.
Soal Steven, Steven ternyata anggota the boys juga.
"Parah sih lu Stev, kalo Ayyara tau gimana tuh dan lu jadi wakil ketuanya pula!" ucap Marcel.
Mark menoleh ingin mendengar jawaban Steven juga.
"Hanya ingin, jika dia tau gue ikutan beginian dia pasti marah. " jelas Steven.
"Udah berapa lama di the Boyz?" tanya
" Udah 2 tahun yang lalu, gue ketemu Abang lu waktu itu, dia nolong gue waktu dikeroyok anak motor lain terus dia nawarin masuk geng dia dan jadiin gue wakil ya gue gak nolak, soalnya gue pengen. "
"Parah lu, gak nagajak-ngajak," ucap Rizky.
"Dahlah, gue cuma mau kasih tau nanti kumpul di markas, sama buat ngenalin lu pada jadi anggota baru sama anggota lain." Steven pun meninggalkan ketiga orang itu di rooftof.
"Lama juga dia nyembunyiin dari Aya, mana ngerokok lagi si Steven gue kira dia gak gitu coy,"
"Yaudah sih, terserah si Steven lagipula dia gak mungkin nyakitin si Ayyara secara dia sebucin itu." ucap Marcel.
"Si bucin gila ," sambung Rizky membuat ketiga nya tertawa.
***
"Nanti rayain nya di mana?" tanya Intan.
"Di rumah ku Aja, soalnya semalam ortu udah rayain dan mereka entar pulang malam," ucap Jessie dengan raut yang masih kesal.
"Udah dong Jes, masih kesal aja dari tadi," keluh Ayyara.
"Kalian sih, kirain ada salah apa ampe kalian berdua nyuekin aku beberapa hari ini eh taunya cuma mau prank," ucap Jessie sedang kan Ayyara malah terkikik geli.
"Yaudah entar dress code nya, warna item ya," pinta Jessi.
"Item Mulu ih, kemarin-kemarin juga warna hitam," protes Intan.
Bukan cuma sekali 2 kali tali setiap Jessie ulang tahun gadis itu selalu ingin dress code nya warna hitam.
"Ye gapapa lah Ntan, setahun sekali doang, kan keren kalo warna hitam,"
"Serah mu lah Jess, karena ini ulang tahun kamu ya pasrah aja ya kita Ntan," Ucap Ayyara .
"Yaudah deh, untung Intan masih punya beberapa gaun warna hitam soalnya Intan gak terlalu suka ngoleksi baju hitam," cerita Intan yang sudah diketahui oleh Jessi dan Ayyara.
"Entar aku jemput kalian berdua,"
"Gak usah, kan yang ulang tahun kamu, aku bakal minta anter sama bang Mark aja.," tolak Intan.
"Aku bareng Steven." Balas Ayyara yang mendapat tatapan tajam dari kedua sahabatnya.
"eh jangan salah paham dulu, dia cuma nganter doang elah, matanya tajam banget," cicit Ayyara.
Jessi menghembuskan nafas lega. Bukan tanpa alasan dia hanya meminta Ayyara dan Intan saja yang merayakan ulang tahunnya..
Kehadiran keduanya sudah sangat cukup untuk Jessie. Untuk Steven, Jessi tak mau seperti yang sudah berlalu, Steven selalu mengganggu di acara ulang tahunnya dengan merecoki Ayyara setiap saat, pria itu entah kenapa tak bisa jauh lama-lama dari Ayyara."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments