Fathan memutar matanya untuk mencari gadis yang sudah dianggap nya sebagai Putri nya. Matanya mencari kesana kemari namun belum ditemukan nya karena sekarang sedang posisi pulang sekolah haid terllau banyak orang sehingga sulit untuknya mencari Intan.
Sebuah motor mendekat ke mobil Fathan dan membuka helm nya yang ternyata adalah putra nya Mark.
"Loh dad? Mengapa Daddy ada disini?" tanya Mark yang kebingungan saat melihat Fathan berdiri di samping mobilnya.
"Dad sedang menunggu seseorang," ucap Fathan tanpa menatap Mark karena dirinya tengah fokus menemukan gadis kecilnya.
Fathan tersenyum senang saat dia sudah melihat Intan.
"Intan," Fathan melambaikan tangan nya ke arah Intan yang langsung dihampiri oleh Intan.
"Loh, om Fathan ko bisa ada disini?"
"Om mau jemput kamu princess, Mommy mu khawatir jadi om jemput kamu ," terang Fathan.
"Oh benarkah padahal aku tadi mau pulang sama teman baruku, kebetulan Mark ada disini," Intan melirik ke arah Mark yang tengah menatap interaksinya dengan Fathan.
"What's wrong?" tanya Mark yang sedari tadi diam memperhatikan.
"Tidak ada, aku pulang sendiri biar Daddy bareng Intan," ucap Fathan yang tak mau dibantah.
"Mark anak om? dunia begitu sempit," ucap Intan menggeleng kan kepalanya.
Mark yang belum mendapat jawaban ada apa diantara keduanya menatap Daddy nya dengan penuh tanda tanya.
"Kau akan tau dirumah nanti," jawab Fathan seolah tau apa yang sedang menggangu pikiran Mark.
"Yasudah, ayo princess,"
Fathan membukakan pintu mobil untuk Intan kemudian melajukan mobilnya dengan Intan yang asik berceloteh tentang keseharian nya pada Fathan.
Sedangkan Mark mengikuti dari belakang dengan tanda tanya di pikirannya.
Mereka akhirnya sampai di perumahan elit dan masuk ke kawasan rumah Fathan.
"Wah rumah om besar sekali," decak Intan.
Fathan terkekeh geli mendengarnya. "Kau mau rumah seperti apa heum, nanti om belikan."
Intan mengerjakan matanya, semudah itukah padahal kan mereka bertemu dan tak memiliki hubungan apa-apa yang melekat.
Intan turun dari mobil Fathan dan melihat Mommy nya yang sudah menunggu didepan pintu Fathan.
"Mommy," seru Intan yang sudah merindukan Sania.
"Jangan berlari intan, kebiasaan," Sania menyentil jidat Intan sebelum akhirnya memeluk putri kesayangannya itu.
"Mom, Intan laper," adu Intan mengusap perutnya yang terlihat lucu di mata Fathan.
"Ya ampun Intan udah laper yah, yaudah kita makan duluan aja mungkin Abang masih pulang sedikit lama," ucap Fathan.
"Em, gapapa om, ditunggu aja deh masa aku duluan padahal aku bukan tuan rumahnya," balas Intan tidak enak.
"Tidak papa, ayo," ajak Fathan menuju meja makan dan kini keempatnya sudah duduk.
Fathan merasakan aura yang tidak enak sekarang dan saat melihat ke arah Mark, putranya itu sedang menatap nya dengan wajah datar dan dengan wajah menuntut.
"Jangan melihat Daddy seperti itu! tidak sopan pada orang tua ," kesal Fathan yang membuat Mark mendengus.
"Sania adalah calon istri Daddy dan ini putrinya Intan yang akan menjadi adikmu nanti," ucap Fathan santai membuat mata Mark membuat sedangkan Sania tercengang mendengar nya.
"Hei itu tidak benar," bantah Sania menatap sengit ke arah Fathan yang tidak menanggapi.
"Cukup! tidak ada perdebatan di acara makan," tagas Fathan mengakhiri.
Fathan memang tidak suka jika saat sedang akan makan berbicara di meja makan. Peraturan itu sudah ditetapkan nya dari dulu pada keempat putranya untuk tidak mengobrol saat makan.
Intan meneguk ludahnya saat mendengar nada tegas Fathan.
Sania mengangguk mengerti dia akan membicarakan nya nanti.
Sania mengisi piring Intan dan juga Mark.
"Mark, kamu suka yang mana nak?" tanya Sania.
Mark berdehem pelan. Aneh rasanya mendapatkan perhatian dari orang lain apalagi Mark belum pernah mendapat kasih sayang seorang ibu.
"Apa saja," jawab Mark pada akhirnya.
"Isikan punyaku juga," pinta Fathan memberikan piring nya yang masih kosong.
"Ambil sendri, kamu masih punya tangan," ucap Sania menolak melayani Fathan
"Sania,biarkan untukku," perintah Fathan otoriter yang mau tak mau Sania turuti tak mau berdebat di hadapan anak-anak.
"Selamat makan," seru Intan.
Mark mengajak Intan untuk berkeliling rumah nya meninggalkan kedua orang tua mereka yang tengah berdebat tentang hubungan mereka.
Mark yang tidak menyukai kebisingan langsung beranjak dengan membawa Intan ikut bersamanya.
"Wah rumah Mark benar-benar luas," kagum Intan sebab rumahnya hanya sebesar ruang tamu Mark.
"Heum, bagaimana kau bisa bertemu dengan Daddy dan sedekat itu?" tanya Mark yang penasaran.
"Oh itu di Lombok, mommy tidak sengaja menumpahkan minuman di baju mahal om Fathan jadi mommy harus bekerja sama om Fathan deh." jelas Intan membuat Mark mengernyit.
"Dasar pria licik," gumam Mark mendengar kelakuan Daddy. Padahal bisa saja Daddy nya membeli baju yang lebih dari itu.
Daddy bukan tipe orang yang cepat dekat dengan wanita. Bahkan Daddy-nya nya itu masih bertahan menjadi duda semenjak mommy nya meninggal dan tak pernah membawa wanita lain kerumah.
Dan hari ini, pria yang merangkap sebagai Daddy nya itu membawa wanita dan mengenalkan nya sebagai calon istrinya yang artinya dia akan memiliki mommy dan Intan akan menjadi adiknya.
Mark cukup senang karena sebenarnya dia juga ingin mendapat kasih sayang dari ibu. Apalagi Sania sepertinya bukan tipe yang hanya ingin mengejar harta saja .
"MARK,'"
Mark meringis merasakan telinganya berdengung saat suara cempreng Intan meneriaki dirinya tepat didepan telinganya membuat nya menahan marah karena sekarang dihadapannya adalah Intan.
Intan tersenyum kaku merasa bersalah. "Maafin Intan Mark, soalnya tadi Intan panggil-panggil Mark gak menyahut,"
"Ya tak apa, aku yang salah karena melamun," ucap Mark kemudian tersenyum mengelus rambut Intan. Membayangkan dirinya memiliki adik Mark merasa senang karena dia anak bungsu di rumah ini dan Mark tidak menyukainya karena sering diejek oleh abang-abang nya.
"Mau ke taman stroberi tidak aku bisa makan sepuasnya," ajak Mark.
Mata Intan seketika berbinar. "Ada kebun stroberi, wahh keren , aku mau Mark, aku mau."
Melihat keantusiasan Intan membuat Mark tak bisa menhan senyum di bibirnya.
"Mari," ucapnya menarik tangan Intan dengan lembut takut melukai intan.
"Wahh, stroberinya banyak banget Mark," heboh Intan lalu memetik stoberi nya dan memakan nya.
Mark datang dengan membawa keranjang kecil untuk tempat stoberinya.
"Taruh disini, aku mau ke toilet dulu sebentar," ucap Mark yang diangguki oleh Intan.
Kini Intan sibuk dengan stroberinya setelah Mark meninggalkan dirinya Sampai tak mempertahankan sekitar sama sekali.
Ada seseorang yang sedang menatapnya dengan mata elang nya.
" Apakah Menyenangkan ! mengambil stroberi milik orang lain tanpa izin," desis orang itu membuat Intan menegang mendengar suara yang sama sekali tidak bersahabat di pendengaran nya hingga dirinya tak sengaja menjatuhkan stroberinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments