Intan mengajak Mark bersama dengan nya dengan Ayyara dan juga Jessi untuk ke kantin.
Dan seperti biasa Steven akan selalu menghampiri Ayyara.
"Hey baby," sapa Steven yang baru datang langsung mengecup pipi Ayyara.
"Steven," kesal Ayyara. Setiap kali bertemu Stevan selalu melakukan itu tak perduli bahkan jika mereka berada di tempat umum sekalipun
Stevan yang diomeli oleh sang pacar hanya menyengir saja.
"Eh bro, lu sekelas Ama Ayara dkk ya?" tanya Stevan kepada Mark.
"Iya," balas Mark.
"Kamu kenal Mark? " tanya Ayyara.
"yes baby, tadi aku bantu anter dia ke ruang guru," jawab Steven membuat Ayyara menggangguk mengerti.
"Yeay makanan datang," seru Intan meletakkan makanan begitu juga dengan Jessi.
"Eh Steven maaf yah kita gak tau kamu mau pesan apa," ucap Intan.
"Santai aja intan, bisanya kan gw juga yang mesen," ucap Steven.
"Kamu mau pesan apa baby?" tanya Steven.
Jessie menatap Ayyara yang menatap bakso nya.
"Aku udah minta Intan Ama Jessi pesan,"
Intan memberikan nasi goreng pada Mark sedangkan mereka bertiga bakso dan terlihat sangat merah karena meminta banyak cabai pada ibu kantin.
"Bakso? pagi-pagi gini?" marah Steven pada Ayyara.
"Kali ini aja ya," mohon Ayyara.
"Gak, siniin," pinta Steven.
"Aku mau bakso," ucap Ayyara keras kepala dan tak mengangkat baksonya ke depannya.
"Aya," desis Steven.
"Sekali kok aku juga udah lama gak makan bakso," lirih Ayyara.
"Udahlah stev, kali ini doang liat tuh muka melas pacar lu ," ucap Jessie.
"Ih udah malah berantem. Intan dah lapar tau." Ucap intan namun saat akan menyendok bakso pedasnya malah ditarik oleh Mark begitu saja dan menukarnya dengan nasi goreng.
Mark dengan Santai memakan bakso milik Intan dan tak memperdulikan mereka.
"Mark!" Intan menatap tak percaya ke arah Mark.
"Kenapa? waktu istirahat akan habis kalian sangat cerewet. Kamu makan saja itu," balas Mark.
Jessi juga nampak tak memperdulikan mereka karena sekarang baksonya sudah tinggal setengah saja.
Ayyara juga memakan baksonya perlahan hingga membuatnya kepedasan.
Steven tak jadi memesan makanan untuknya dia memilih untuk menatap Ayyara yang sedang makan.
"Awas aja habis ini ngeluh sakit perut sama kepedesan sama aku," ucap Steven dingin.
Dan benar saja tak lama Ayyara mengeluh dan merengek mulutnya kepedasan. Ayyara memang tidak terlalu kuat dalam hal pedas namun perutnya menginginkan nya tapi tidak dengan mulut dan perut nya.
Bahkan setelah meminum air, pedasnya belum hilang. Mata Ayyara berkaca-kaca dan melirik ke arah Steven yang nampak acuh tak acuh.
"Steven pedes," rengek Ayyara yang sudah akan mengeluarkan air matanya sambil mengipasi mulutnya.
Intan kembali mengisi air minum Ayyara dan memberikan nya pada Ayyara yang langsung diteguk oleh Ayyara.
"Steven," ucap Ayyara menggoyangkan tangan Steven.
Steven mengehela nafas, " Kan, keras kepala sih,"
"Ayo ikut aku,"
Steven membawa Ayyara ke kantin dan membeli yogurt untuk Ayyara.
"Udah,"
Ayyara mengangguk dan menghela nafas lega.
Tuk
Steven menyentil jidat Ayyara sedikit keras membuat gadisnya meringis.
"Lain kali nurut sama aku. Ngerti!" tegas Steven.
"Iya maaf, aku salah," cicit Ayyara.
Disisi lain Mark terlihat sudah menghabiskan baksonya.
" Mark juga suka pedes kayak Jesii ya. Mark gak kepedesan?" tanya Mark.
"Aku tidak selemah itu," ucap Mark.
"Eh bukan gitu maksud Intan," sesal Intan yang asal bicara.
"Heum," gumam Mark lalu kembali ke kelas meninggalkan Intan dan Jessi yang masih di bangku kantin.
"Jes Mark marah ya sama aku," kata sendu Intan.
"Gak usah dipikirin, mungkin moodnya lagi jelek," ucap Jessie.
"Tapi intan gak enak tau, bentar deh intan beliin permen buat Mark,"
"Lah permen, emangnya anak TK. ada-ada aja si intan," ucap Jessie.
Intan mendesah kecewa saat tak mendapati Mark di kelas. Bahkan Mark tidak masuk pelajaran terakhir.
"Busett dah tu anak baru, baru sehari udah main bolos aja. Awas aja entar," omel Daffa.
"Gege si Mark, entar gue ngikut dia ah," ucap Marcel.
"Berani lu," ucap Daffa .
"Beranilah, Mau apa lu hah!" tantang Marcel yang langsung di jitak oleh Daffa.
"Kekerasan Mulu lu ah, males deh nyesel gue milih lu jadi ketua," dengus Daffa.
"Penyesalan selalu di akhir bro," sahut Rizky yang diikuti tawa sekelas.
Hingga candaan itu harus berakhir karena kelas akan dimulai.
Intan tidak semangat pada pelajaran kali ini. Pelajaran Fisika di akhir kelas sangat mengesalkan dan Intan tidak menyukai itu.
"Intan, maju kedepan kerjakan soal ini," ucap Bu guru.
"Waduhh, kok aku sih,"cicit Intan, pasalnya dia tak memperhatikan pelajaran tadi.
"Semangat intan," ucap Jessi sambil terkikik geli mengejek Intan.
"Intan Fighting Honey," bisik Ayyara juga yang membuat Intan menatap kedua nya sebal.
Intan menatap soal didepannya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Demi apapun Intan tak mengerti dan ingin pulang rasanya.
Lama Intan berdiam memikirkan jawaban soal namun tak kunjung didapatnya.
"Intan ayok dikerjain bukan malah diliatin! makanya kalo dikelas tuh pikiran jangan kemana mana, perhatiin. biar ngerti!" marah Bu Rika.
Intan Sudah seperti ingin menangis sekarang, dia malu tentu saja saat dimarahi didepan kelas.
Hingga Mark datang dengan membawa tumpukan kertas yang entah berisi apa.
"Mark taruh di meja ibu, terimakasih ya," ucap Bu Rika yang dipanggil oleh Mark.
Mark melirik ke arah Intan yang masih didepan kelas dengan memakai spidol. Dia bisa melihat mata gadis itu berkaca kaca dengan spidol ditangannya.
"Boleh saya bantu Intan buat ngerjain?" tanya nya.
"Kamu bisa? silahkan Mark!" ucap Bu Rika.
"Spidolnya," pinta Mark pada Intan yang sedang menunduk.
"Ini," cicit Intan.
Mark mengerjakan soal fisika itu dengan lihai. Mark tak membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan nya.
"Wah, bagus sekali Mark. Pengerjaan mu sangat bagus, silahkan kalian berdua boleh duduk dan untuk semuanya mohon di kelas saya lain kali untuk fokus. Mengerti Intan!"
"Iya Bu, Maafin intan," ucap Intan lalu kembali duduk ditempatnya diikuti oleh Mark.
"Intan don't cry, It's okey," ucap Ayyara menyemangati diikuti oleh Jessi.
"I am okay," balas Intan.
Intan menoleh ke belakang ke tempat Mark.
"Mark makasih udah bantuin Intan," ucap Intan lalu memberikan permen yang dibelinya pada Intan.
"Ini tadi intan beli permen sebagai tanda permintaan maaf, Mark jangan marah ya," lanjut Intan.
Mark menaikkan alisnya melihat permen ditangannya lalu sedetik kemudian dia tersenyum.
"Aku akan memakannya, thanks," balas Mark.
***
"Mengapa kamu terlihat terburu-buru," ucap Fathan yang baru pulang dari kantor.
"Kamu pulang?"
"Tentu saja, buat apa aku makan dikantor jika sudah disiapkan seperti ini," ucap Fathan lalu duduk di meja makan yang sudah tersedia oleh masakan Sania yang Sania pikir hanya untuk anak Fathan yang akan pulang sekolah dan kuliah.
"Kupikir kamu makan dikantor, apa tidak lelah pulang balik ke kantor?"
"Tidak, kantor ku tidak terlalu jauh," balas Fathan sambil membuka Ipad-nya menunggu putranya pulang.
"Aku tidak boleh lama, aku akan segera pulang," ucap Intan refleks membuat Fathan meletakkan Ipad-nya.
"Tidak, kau akan makan disini bersama ku dan putraku. Aku ingin mengenal kan mu pada mereka."
"Mana bisa begitu, aku juga harus menyiapkan makan siang untuk Intan," bantah Intan.
Fathan melotot. "Astaga aku melupakan putri kecilku,"
"Putri kecilku?" cicit Sania.
"Aku akan menjemput nya, dimana dia sekolah?" tanya Fathan pada Sania yang masih linglung.
"Sania?"
"Eh iya, kamu ngomong apa tadi?"
"Sekolah intan dimana? biar ku jemput," ulang Fathan.
Sania lantas lekas memberitahu pada Fathan yang membuat Fathan mengernyit.
"Dia satu sekolah dengan putraku," jelas Fathan.
"Benarkah?"
"Ya, kebetulan sekali, aku pergi ya," pamit Fathan mengambil kunci mobilnya.
Tak sabar bertemu dengan Intan yang membuatnya merasa senang karena Intan yang selalu ceria itu dan membawa kesan positif jika berada di sekitar Intan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments