part 11

"Jangan menyentuh wanitaku!" desis Fathan menarik kerah baju Daniel dan menyudutkannya ke mobil pria itu dan kembali memukuli nya.

"Fathan!" teriak Sania yang sudah tidak kuat melihat perkelahian itu.

"Dia bisa mati!!!

Fathan Menghempaskan Daniel dengan kasar dan menoleh pada Sania yang menatap takut-takut pada nya.

"Kau membelanya?"

"Bukan begitu, aku tidak mau kau membunuh nya kau bisa dipenjara," cicit Sania tak berani menatap Fathan dan memilih memandang kakinya.

Saat hendak ingin menolong Daniel, Fathan menahan nya dan menyeretnya ke dalam rumah.

Sania sempat menoleh ke arah Daniel yang juga menatapnya. "Maaf, " gumam nya dengan perasaan yang bersalah. Dia tak berani melawan Fathan bisa-bisa pria itu melakukan hal yang lebih gila dari itu.

Sania memilih menurut saja supaya dirinya aman.

Sania menoleh ke sekeliling rumah dan tak mendapati Intan dirinya dirundung rasa khawatir karena ini sudah malam. Dan anak gadisnya sudah keluar sejak siang.

"Intan menginap di rumah temannya," ucap Fathan datar yang datang membawakan kotak P3K dan duduk di kursi.

"Kenapa dia tak memberitahuku," ucap Sania dengan pelan, namun karena pendengaran Farhan yang tajam dia bisa mendengar dengan jelas gumaman wanita itu.

"Tentu saja, dia menelepon ku tadi karena kau sulit dihubungi," ucap Fathan menggeram mengingat dirinya juga diabaikan oleh Sania.

"Ah iya ponselku kehabisan baterai," ucap Sania yang baru sadar akan hal itu.

"Lain kali jangan pernah biarkan ponselmu kehabisan baterai, pastikan itu penuh sebelum kau perlu keluar rumah. Lagipula apa kau tak memiliki power bank?" kesal Fathan.

"Tidak,"

"Ck, nanti akan kubelikan. Kemarilah! Sampai kau akan berdiri disana!" tegas Fathan.

"Marah mulu, mana serem lagi," gumam Sania yang kepergok oleh Fathan lantas dia memalingkan wajahnya kesamping.

"Aku mendengar mu , cepatlah jangan mengoceh tentang ku," desak Farhan.

Sania akhirnya menurut daripada mendengar Omelan lainnya dari Fathan. Lagipula Pipinya sekarang terasa panas dan perih akibat pukulan muat Fathan.

"Jangan jauh-jauh kau pikir aku kuman," runtuk Fathan yang melihat posisi duduk Sania yang jauh darinya. Wanita itu malah duduk di ujung kursi.

Sania mendekat dan duduk di samping Fathan. Fathan langsung mengangkat Sania kepangkuan nya dengan Sania yang menyamping dan kedua kakinya berada di kursi panjang itu.

Nafas Sania tertahan, ini terlalu dekat dan sekarang dirinya berada dipangkuan pria itu.

Fathan merubah posisi Sania agar Fathan dapat melihat wajah Fathan dengan seksama. Fathan meringis melihat bekas di pipi Sania yang begitu kentara.

"Pasti sakit, maafkan aku," sesal Fathan.

"Hem," dehem Sania.

"Coba kulihat," sentuh Fathan pada wajah Sania yang membiru.

"Shsh," ringis Sania yang merasakan sakit.

"Tahanlah, " Fathan mengoleskan salep pada wajah Sania dengan pelan.

Sania melihat wajah Fathan, Sania tak berbohong dia mengangumi wajah tampan itu.

"Sudah, sekarang kita harus ke rumah sakit," ucap Fathan merapikan kotak P3K nya.

"Untuk apa, dan kenapa kau menyimpan obatnya, lukamu belum diobati," heran Sania.

"Tak apa, ni hanya luka kecil akan hilang nanti, biarkanlah saja anggap ini hukuman karena telah menyakitimu dan aku tak akan mengobatinya." kekeh Fathan.

"Nanti infeksi bagaimana?"

Fathan tersenyum geli. "Kau khawatir padaku ya," senang Fathan.

"Tidak , kau saja yang kepedean." elak Sania.

"Baiklah, aku mengalah aku yang kepedaan benar? sekarang kita akan kerumah sakit menemui putraku. Dia memiliki obat khusus untuk hal Seperi ini jadi wajahmu tak akan berbekas nantinya." terang Fathan.

Dia juga tak ingin Intan khawatir dan tak tau mau bicara apa nanti apabila Intan menanyakan hal itu.

"putramu? aku tak mau?" pekik Sania, dia takut jika putra Fathan yang ini juga tak akan menerima nya sama Seperi Fedrick.

"Tak usah khawatir, putraku yang ini setuju dan tak kekanakan dia sudah mengerti malah dia yang paling semangat." ucap Fathan.

"Kau berbohong ya! supaya aku ikut dengan mu!"

"Ck kau terlalu banyak bicara, aku tak sabar nantinya jika menikah dengan mu akan ku hukum mulut nakalmu dengan bibir ku," ucap Fathan dengan jahil.

"Dasar mesum!" kesal Sania.

"Sudah, jangan menolak, bagaimana jika Intan tau Hem?"

Sania menepuk jidatnya."Benar juga, pasti dia akan mengomel nanti sepertimu. Huh! mengapa aku dikelilingi oleh orang yang suka mengomel sih." ucap Sania membuat Fathan teergelak dan tertawa. Padahal wanitanya itu sama saja.

"Kau sudah makan? apa kita makan dulu," tanya Fathan.

"Eum sudah, apa kau belum?"

"Bagiamana bisa aku makan tenang saat tak menemukan mu dan tak bisa dihubungi! aku pikir kau kabur dan menghilang dariku," rungut Fathan.

"Hehe maafkan aku, jangan marah-marah kau sangat jelek saat marah,"

Fathan mendelik mendengar nya dan melihat Sania yang menggunakan kata jangan marah membuatnya mengurungkan niatnya.

"Sebagai tanda permintaan maafku, aku akan menemani makanan sampai selesai," ucap Sania menawarkan.

"Ide yang sangat bagus," balas Fathan dengan wajah cerah.

***

"Ekhem,"

"Ck dasar pengganggu," decak Fathan saat putranya sudah datang ke ruangan VIP rumah sakit. Tak tanggung tanggung Fathan membayar mahal untuk Sania.

"Yasudah aku kembali , aku juga masih memiliki banyak pasien," ucap Athan.

"Ck terserah, kemarikan saja obatnya, biar Daddy saja yang mengobatinya," balas Fathan yang tak melepaskan tangannya dari tangan Sania.

"Hai," sapa Athan mengedipkan matanya.

"Athan!! "geram Fathan dengan kesal melemparkan bantal yang dengan tepat mengenai wajah anaknya.

Lagipula mengapa anaknya yang satu itu jadi seperti itu, biasanya dia akan cuek terhadap wanita manapun

"Pergi sana!!" usir Fathan yang membuat Athan mendengus geli. Posesif sekali pria yang satu ini pikir nya.

"Em, Daddy tak mau mengenal kan ku pada nya?"Athan menaik turun kan alisnya.

"Tadinya, sekarang tidak lagi, berikan obat nya!" Fathan langsung menarik obat itu dari Athan karena tak kunjung diberikan.

Fathan mengibaskan tangannya mengusir Athan." cih, sama anak sendiri aja cemburu,"

"Hai manis kali gak betah Sama dia kau bisa datang padaku," goda Athan segera lagi dari ruangan itu sebelum mendapatkan teriakan dari Daddy nya.

"Anak itu, mengapa jadi jahil seperti Vandra?" kesal Fathan.

"Dia putramu? kau sebenarnya memiliki anak berapa?" tanya Sania yang tidak tahu. Pasalnya dia selalu melihat anak Fathan yang berbeda-beda.

"4, semuanya pria dan aku bosan jika harus bersama mereka terus dirumah, makanya cepatlah menikah denganku," pinta Jarel dengan gampangnya.

Sania memukul lengan Fathan, selalu saja seperti itu dengan mudahnya mengajak menikah, seperti membeli permen saja.

Fathan terkekeh dan mulai mengoles salep itu pada wajah Sania dengan pelan karena takut menyakiti Sania.

"Lagipula kenapa kau disini, bukannya kau akan melakukan perjalanan ke luar negeri dan kau akan bertemu dan menunggu jawaban ku saat sudah kembali dari sana."

"Kenapa? kau tak suka aku disini, kau ingin berdekatan dengan pria sialan tadi."

"Kenapa kita menjadi membahas Daniel," ucap Sania.

"Jangan menyebutkan namanya dihadapan ku," teriak Fathan tidak suka hingga tanpa sadar dia menekan luka di wajah Sania.

"Shhh," rintih Sania membuat Fathan panik dan menatap Sania dengan raut wajah yang merasa bersalah.

"Maafkan aku sayang, makanya jangan pernah lagi menyebut nama pria lain di hadapanku aku tak suka," Adu Fathan kembali fokus pada wajah Sania.

"Iya."

"Heum, sepertinya wajah mu sudah agak baikan dan tak begitu terlihat kentara. salep yang diberikan Athan benar-benar manjur," Fathan mengelus lembut wajah Sania.

Fathan masih merasa bersalah sampai sekarang, luka itu adalah luka yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Sania beranjak dan melihat ke arah cermin dan tersenyum karena perkataan Fathan benar adanya.

"Huft, syukur lah aku tak tau harus mengatakan apa jika Sampai Intan melihatnya,"

TBC

Episodes
1 part 1
2 part 2
3 part 3
4 part 4
5 part 5
6 part 6
7 part 7
8 part 8
9 part 9
10 part 10
11 part 11
12 Part 12
13 part 13
14 part 14
15 part 15
16 part 16
17 Part 17
18 part 18
19 part 19
20 part 20
21 part 21
22 part 22
23 part 23
24 part 24
25 part 25
26 part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 part 29
30 Part 30
31 part 31
32 Part 32
33 part 33
34 part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 part 40
41 part 41
42 part 42
43 part 43
44 part 44
45 Part 45
46 part 46
47 Part 47
48 part 48
49 Part 49
50 part 50
51 Part 51
52 part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 75
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 85
85 part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 110
110 Part 111
111 Part 112
112 part 113
113 Part 114
114 Part 115
115 Part 116
116 part 117
117 part 118
118 part 119
119 Part 120
120 Part 121
121 Part 122
122 part 123
123 part 124
124 part 125
125 part 126
126 part 123
127 part 124
128 Part 125
129 Part 126
130 Part 127
131 Part 127
132 part 127
133 Part 28
134 Part 129
135 Part 130
136 Part 131
137 Part 125
138 Part 132
139 Part 133
140 Part 134
141 Part 134
142 Part 135
143 Part 136
144 Part 137
145 Part 139
146 Part 140
147 Part 141
148 Part 142
149 Part 143
150 Part 144
151 Part 146
Episodes

Updated 151 Episodes

1
part 1
2
part 2
3
part 3
4
part 4
5
part 5
6
part 6
7
part 7
8
part 8
9
part 9
10
part 10
11
part 11
12
Part 12
13
part 13
14
part 14
15
part 15
16
part 16
17
Part 17
18
part 18
19
part 19
20
part 20
21
part 21
22
part 22
23
part 23
24
part 24
25
part 25
26
part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
part 29
30
Part 30
31
part 31
32
Part 32
33
part 33
34
part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
part 40
41
part 41
42
part 42
43
part 43
44
part 44
45
Part 45
46
part 46
47
Part 47
48
part 48
49
Part 49
50
part 50
51
Part 51
52
part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 75
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 85
85
part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 110
110
Part 111
111
Part 112
112
part 113
113
Part 114
114
Part 115
115
Part 116
116
part 117
117
part 118
118
part 119
119
Part 120
120
Part 121
121
Part 122
122
part 123
123
part 124
124
part 125
125
part 126
126
part 123
127
part 124
128
Part 125
129
Part 126
130
Part 127
131
Part 127
132
part 127
133
Part 28
134
Part 129
135
Part 130
136
Part 131
137
Part 125
138
Part 132
139
Part 133
140
Part 134
141
Part 134
142
Part 135
143
Part 136
144
Part 137
145
Part 139
146
Part 140
147
Part 141
148
Part 142
149
Part 143
150
Part 144
151
Part 146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!