Bab. 16

Apa yang sudah terucap tak dapat ditarik kembali. Seperti itulah yang terjadi pada Diandra. Rencana pernikahannya dengan Xavier sudah dipersiapkan. Bahkan hanya dalam 3 hari semua sudah siap hampir 90%, tentu saja semua itu tak lepas dari campur tangan Ayyana. Ia yang begitu antusias dengan pernikahan ini.

Bagi sebagian orang yang mendapati anaknya menghamili wanita lain di luar nikah adalah sebuah musibah. Namun untuk Ayyana, semua itu seperti guyuran hujan di musim semi. Begitu menyejukkan hati. Kegelisahan dan kekhawatirannya sirna dalam sekejap.

Ayyana bersenandung riang sambil membuka tabloid yang ada di pangkuannya. Kini ia dan keponakannya, yang sebentar lagi akan berubah status menjadi menantunya. Kini mereka berdua berada pada sebuah butik, yang menjadi langganan Ayyana untuk mencoba gaun pengantin yang ia pilihkan untuk calon menantu kesayangannya tersebut.

Pintu butik terbuka lebar, Ayyana mengalihkan atensinya. Senyum terukir di wajahnya saat melihat wajah putranya yang sedari tadi ia tunggu kini masuk ke dalam butik.

Xavier tampak tampan dengan celana kain dan kemeja hitam yang melekat pas di tubuhnya. Pria itu datang sambil melonggarkan dahi yang ada di kerah bajunya.

"Mama pikir kamu tak jadi datang?" ujar Ayyana pada putranya yang mendekat. Xavier membanting tubuhnya kasar pada sofa di sebelah sang Mama. Ia mendesah lelah. Pekerjaannya masih banyak dan menumpuk.

"Memangnya aku bisa menolak keinginan Mama? Lagi pula, Mama dan Diandra bisa memilih gaun itu tanpa aku, kan!"

"Ckk," Ayyana berdecak melihat respon anaknya yang begitu santai dan seakan tak peduli. Padahal ini menyangkut hari bersejarah dalam hidupnya.

"Kau berkata seakan tidak terlalu menginginkan pernikahan ini. Tapi justru membuatnya hamil?" cibir Ayyana pada putranya. Xavier memasang wajah malas. Bagaimana Diandra bisa hamil, jika dia saja tak pernah menyentuhnya.

"Apa kamu masih merindukan dia Xavier?" Xavier menoleh, ia paham betul apa dan siapa yang sedang ditanya Ayyana padanya. Namun, ia tak menyangka Ayyana akan menanyakan sosok itu saat ini.

"Tidak! Dia hanya masa lalu yang tak ada hubungannya dengan ini!"

"Benarkah?" Ayyana menatap dalam retina sang putra. Mencari kebenaran di dalam sana dan menyelami apa yang sedang dirasakan putranya saat ini.

Ia tak ingin putranya menyesali keputusan yang ia buat. Pernikahan bukan hanya dua insan yang bersatu dalam ikatan serta hidup bersama. Tapi tentang sebuah komitmen yang menyatukan perasaan. Harus ada cinta di dalam ikatan tersebut. Agar kebahagiaan dapat menyertai hubungan tersebut.

"Bagaimana, apa ini bagus?" tanya Diandra yang baru saja keluar dari kamar ganti.

Sebuah gaun putih panjang dengan dada yang terbuka, dengan belahan yang sedikit rendah. Menonjolkan leher jenjang, tulang selangka, serta dua gunung kembar yang indah menyembul malu-malu.

Bagian bawah gaun nampak ketat memamerkan pinggul dan pahanya. Lalu di tutup lagi dengan kain tile yang transparan untuk sedikit menyamarkan keindahan tersebut.

Xavier terpaku, melihat kecantikan yang terpancar dari wanita yang akan menjadi istrinya dalam hitungan hari lagi ini. Tubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh yang indah, kulit putih bak pualam dan rambut panjang sehalus sutra. Mata gelap dan bening terdapat di wajah wanita itu, hidung mancung yang pas serta bibir mungil yang terlihat seksi–berpadu indah dalam bingkai wajah berdagu lancip. Sungguh ciptaan tuhan yang begitu sempurna membuat mata lelaki manapun tak akan bosan memandangnya dengan decak kagum di dalam hati.

"Bagaimana?" Ayyana menyenggol bahu putranya dengan senyum jenaka.

"Ganti!" jawabnya singkat setelah tersadar dari keterpakuaannya.

Ayyana mengibaskan tangannya pada Silvana. Pemilik butik itu langsung yang membantu Diandra untuk mengganti lagi gaun yang ia kenakan. Tak sampai 15 menit, Diandra keluar dengan gaun kedua.

Gaun putih dengan model princess syle, gaun identik dengan bagian bodice yang berstruktur dan bagian rok berpotong A-line. Bagian leher memiliki potongan sweethear dengan model off-shoulder strap. Membuat gaun itu tak berbeda jauh dari gaun pertama yang seksi dan menantang.

Ayyana menyukai gaun tersebut begitupun dengan Diandra, menurutnya simple dan elegan. Namun lagi-lagi Xavier menyuruh gadis itu untuk menggantinya.

"Kenapa? Menurut Mama bagus kok?" protes Ayyana.

"Tak cocok untuk tubuhnya yang kurus itu," jawab Xavier yang sukses membuat gadis itu kesal.

Tubuh Diandra proposional, ramping dengan tonjolan-tonjolan yang pas pada tempatnya. Dengan ukuran yang pas pula. Pernikahan ini hanya sandiwara, kenapa ia harus susah-susah mencari gaun yang pas dengan semuanya.

Xavier memanggil Silvana. Wanita itu menganggukkan kepala sopan, saat Xavier membisikkan sesuatu di telinganya. Alis Diandra terangkat sebelah, ia penasaran apa yang dikatakan pria itu. Ayyana hanya menghela napas pasrah. Jika putranya itu tak suka, ia tak bisa berkata apa-apa.

Diandra kembali lagi ke dalam kamar ganti. Ia ingin menghentakkan kakinya karena saking kesalnya. Namun ia tak dapat melakukan itu karena ada Ayyana di sana. Hatinya begitu dongkol dengan gaya arogan dan sombong yang ditunjukkan lelaki itu.

"Bagus Diandra. Kau melakukan kesalahan besar dengan semua permaianan ini! Sepertinya dia sengaja membuatmu kesal. Dasar Xavier sialan!" umpatnya lagi-lagi hanya di dalam hati.

Kini Diandra keluar dengan gaun ketiga yang ia kenakan. Gaun yang yang dibawa Silvana dari suatu tempat dan terlipat rapi di dalam kotak.

Mata Ayyana kini berbinar melihat calon menantunya. Ia takjub dengan apa yang dilihatnya kini. Diandra tampak bersinar dan menawan dengan sebuah balutan gaun putih tertutup bergaya ball gown klasik, memiliki detail tranparans dengan manik-manik silver yang menutupi seluruh bagian gaun. Pengguna payet top to toe membuat gaun ini begitu indah bagai gaun putri di negeri dongeng.

Diandra menyukai gaun tersebut, selain simple gaunnya juga terkesan sangat mewah. Sangat sesuai seleranya.

"Waw ... kamu sangat cantik sekali sayang. Mama tak manyrangka ada gaun seindah ini," seru Ayyana penuh dengan kekaguman.

"Benarkan Xavier?" Ayyana melempar pertanyaan pada putranya yang sedari tadi hanya diam menatap calon istrinya.

"Lumayan!" jawab Xavier singkat. Satu kata yang sukses membuat mata Diandra melebar dengan raut tak suka.

Diandra berdecak jengkel. Setelah ia bolak-balik berganti pakaian beberapa kali hingga membuat ia capek. Dan dari sekian banyak kata yang bisa mendeskripsikan kecantikan dan keanggunannya. Lelaki itu hanya mengeluarkan kata "lumayan" dari bibirnya dengan wajah yang datar.

"Saat semua lelaki berdecak kagum dan menelan ludah akan kecantikan dan kemolekan tubuhku. Ia hanya mengucapkan kata itu. Dasar pria aneh!" batinnya menggerutu.

Ia semakin yakin jika kabar yang beredar itu bukanlah kabar burung semata. Lelaki itu buta dan punya kelainan. Fix itulah kenyataannya. Tekan Diandra pada dirinya yang sedang kesal itu.

"Jangan terlalu pelit untuk memuji calon istrimu Xavier. Mama tahu, di dalam hati kamu pasti berdecak mengagumi kecantikan Diandra, kan?" bisik Ayyana pada putranya. Xavier berpura-pura batuk. Ayyana terkekeh, lalu berdiri menghampiri calon menantunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!