Bab. 13

"Duduk yang benar!" Lisa tersenyum tipis tak mengindahkan.

Ia yakin lelaki itu pasti mulai tak nyaman dan tergoda dengannya. Lisa menginginkan kehidupan yang nyaman sebagai seorang wanita kaya. Menggoda pria-pria untuk menjadi ATM berjalan untuknya. Itu sudah menjadi keahliannya. Kali ini ia menginginkan Xavier untuk menjadi kekasihnya, bahkan seorang suami adalah hal yang sangat baik. Pikirnya.

"Aku sudah duduk yang benar kok, atau maksud kamu begini," Lisa dengan berani kini beralih duduk di atas pangkuan pria itu. Ia memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa berhadapan langsung dengan pria tersebut.

"Sayang, jangan malu ... tak ada siapa pun yang akan lihat kita berdua. Malam ini kamu bebas melakukan apa pun padaku," bisik Lisa dengan suara yang men desah dan mendayu.

Sweater yang ia kenakan sudah jatuh di lengannya. Membuat dada indah serta bahu putih mulusnya terekspos. Lisa juga memainkan jarinya dengan gerakan sensual di atas kaos yang menutupi dada bidang lelaki itu. Memancing libido yang seharusnya meletup-letup saat mendapatkan godaan darinya.

Ia menantikan sesuatu yang berada di bawah sana mengeras. Namun Xavier justru masih bergeming dengan amarah yang mulai naik. Sangat berbeda dengan lelaki kebanyakan yang justru akan merasakan gelegar yang begitu familiar di dadanya. Xavier justru merasakan jijik.

"Apa harga dirimu begitu rendah, hah! Berapa uang yang kau inginkan dariku, hmm. Aku akan membayarnya. Tapi pergilah dari hadapanku, aku jijik melihatmu!" dorong Xavier kasar. Lisa jatuh terjerembab di lantai. Ia tersentak kaget sambil meringis menahan sakit pada bokongnya.

Xavier berdiri, tatapan tajamnya membuat Lisa menelan ludah. Ini tak seperti yang ia bayangkan, lelaki itu sama sekali tak tertarik. Ia pun mengalihkan tatapan matanya ke arah yang ada di balik celana lelaki tersebut. Tenang dan tak ada pergerakan disana.

"Aku tak menyangka Diandra mempunyai teman sepertimu. Selain murahan ternyata kamu juga berbakat sebagai ******!" maki pria itu kembali. Xavier mengambil leptop miliknya dan pergi meninggalkan Lisa yang masih terduduk di lantai dengan harga diri yang terhempas. Ia merasa terhina dengan penolakan yang di berikan lelaki itu.

Tanpa mereka sadari, ternyata Diandra menyaksikan adegan 18+ itu dari ujung tangga. Ia langsung bersembunyi dengan cepat ke kamarnya saat melihat lelaki itu mulai beranjak.

Lisa hanya mampu terperangah tanpa bisa berkutik. "Ternyata dia memang tak bisa bangun. Percuma tampan dan mapan, jika cacat! Sial!" Ia menghentakkan kakinya karena kesal.

#Flasback end#

"Kalau begitu, ada kemungkinan Diandra bohong jika dirinya hamil?" ujar Romi memastikan. Ia mendengarkan semua cerita Lisa dengan antusias. Ia juga mendengar kabar yang beredar, namun ia tak percaya lelaki yang tampak kekar dan normal itu mengalami kelalaiaan seperti yang Lisa ucapkan.

Ia berpikir mungkin Xavier hanya tak tertarik dengan wanita yang terlalu mudah menyerahkan harga diri pada lelaki lain.

"Ya iyalah! Masa ia bisa hamil dengan pria seperti itu. Mustahillah! Tapi ... kenapa ia berbohong seperti itu. Apa kalian ada masalah?"

"Tidak ada, selama ini kami baik-baik saja. Tak ada pertengkaran dan permasalahan. Tahu-tahu sejak pulang dari butik, ia menghindar dariku," jelas lelaki itu. Romi mengusap dahinya yang sedikit berdenyut.

"Aku juga merasa aneh. Kemarin dia tampak ketus dan kasar padaku. Hanya karena aku mencoba cincin berlian yang kamu berikan padanya. Ia langsung amarah dan menyindirku habis-habisan. Biasanya dia tak seperti itu. Aneh banget kan?" adu Lisa.

"Dia seperti dua orang yang berbeda sekarang," imbuh wanita itu lagi. Romi manggut-manggut, setuju dengan apa yang dikatakan wanita itu di akhir kalimatnya.

"Lalu sekarang bagaimana? Jika Diandra membatalkan pernikahan kami. Itu artinya rencanaku untuk menguasai perusahaan peninggalan orang tuanya akan gagal!" gerutu Romi.

Ia menyesalkan rencana yang hampir saja berhasil justru hancur saat pernikahan sudah di depan mata.

Romi pikir dengan kematian kedua orang tuanya. Ia dapat dengan mudah melancarkan aksinya untuk menjerat serta mempengaruhi Diandra yang polos. Dengan menikahi wanita itu, Romi bisa mengusai seluruh harta yang wanita itu miliki.

Kini rencananya justru hancur berantakan. Jika Diandra menikah dengan lelaki lain, lalu bagaimana ia mengambil alih harta yang dimiliki oleh Diandra. Padahal ia membutuhkan suntikan dana untuk mengembangkan perusahaan yang di miliki oleh orang tuanya. Tak ada yang tahu jika Romi sebenarnya adalah anak dari Aksendra Wijaya.

Pemilik Jaya Group. Perusahaan yang hampir bangkrut, kini nasib perusahaan itu bagai sampan yang terombang-ambing di lautan. Tinggal menunggu terhempas ke daratan dan menjadi hancur lebur hingga menyisakan puing-puing saja.

Bukan hanya perubahan sikap Diandra yang membuatnya bertanya tanya. Tapi juga alasan dari perubahan sikapnya yang tiba-tiba dan tindakannya yang impulsif.

"Kenapa sekarang kamu baru panik sayang. Bukannya selama ini kamu selalu bersikap santai?" cibir Lisa melihat wajah Romi yang tampak tak berwarna. Di dalam hati ia menertawakan ekspresi bingung Romi.

"Karena selama ini Diandra mencintaiku. Tapi hati ini, aku melihat tatapan cinta itu sudah pudar. Berganti dengan tatapan yang sulit aku artikan. Ia seperti menyimpan dengan padaku. Apa dia diam-diam mengetahui hubungan kita berdua?" tanya Romi. Lisa pun mulai berpikir apa yang dikatakan lelaki yang ada di sampingnya ini.

"Sepertinya itu tidak mungkin!" cicitnya. Ia pun juga tak yakin.

"Kau harus membantuku. Besok kamu datang ke rumahnya! Bujuk dia untuk kembali padaku, bagaimanapun caranya!" tekan Romi pada Lisa tajam. Ia tak mau perjuangan yang ia lakukan sampai titik ini menjadi sia-sia saja. Di dalam otaknya kini sudah tersusun beberapa rencana untuk membawa wanita itu kembali padanya. Ia tak peduli Diandra sedang mengandung anak siapa. Terpenting baginya, wanita itu menjadi miliknya.

"Bagaimana caraku membujuknya? Aku tak yakin kali ini dia akan mendengarkanku seperti biasanya," keluh Lisa putus asa. Ia tahu jika dalam mode ini Romi tak dapat ia bantah. Namun ia juga berada di posisi buntu. Dengan sikap Diandra terakhir kali padanya, ia tak yakin wanita itu dapat ia dekati kembali.

"Pikirkan dengan otakmu. Jika hal mudah seperti itu saja tak dapat kau lakukan. Lalu untuk apa kau masih berada disini, hah! Keluar!" usir Romi kasar. Tak ada lagi kelembutan yang selama ini ia berikan padanya.

Lisa cukup terhenyak mendengar tanggapan Romi atas ucapannya. "Lalu kau anggap apa aku selama ini?! Dengan mudahnya kau membuangku seperti barang saat aku sudah tak berguna lagi untukmu!"

"Kau yang merayuku terlebih dulu, melemparkan tubuhmu untuk aku cicipi. Kita hanya layaknya dua orang teman senang-senang diatas ranjang. Aku mendapatkan kenikmatan dan kamu mendapatkan semua fasilitas mewah yang kamu pakai itu. Jadi kita impas. Sekarang aku membutuhkanmu untuk membantuku kembali pada Diandra. Jika tidak ... silakan kau pergi dari tempatku ini! Aku tak butuh wanita bodoh sepertimu. Aku juga sudah bosan dengan tubuhmu itu!"

Setelah mengucapkan kata kasar tersebut. Romi pergi beranjak ke kamarnya meninggalkan Lisa yang terdiam dengan derai air mata. Hatinya berdenyut nyeri.

Ia pikir dengan merampas apa yang dimiliki Diandra. Hidupnya akan bahagia, namun nyatanya ia hanya dianggap sebagai penghangat ranjang saja.

"Aku punya satu ide agar kamu bisa kembali bersama Diandra, Mas. Jika ide itu berhasil, kamu dan Diandra tidak hanya cepat menikah. Mungkin dia juga akat terikat denganmu,"

"Ide apa?" tanya Romi antusias. Ia menatap wajah gadis berambut sebahu itu yang sedang memamerkan seringai di sudut bibirnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!