Romi menarik wajah wanita itu untuk menatap matanya dalam. Menciptakan adegan romantis yang sering tampil di novel dewasa. "Katakan kalau kau tidak mencintaiku lagi!"
"Sudah ... tak perlu berakting dan memainkan drama romansa padaku. Aku tahu apa yang kau inginkan dariku hingga kau harus berjuang mendekatiku seperti ini!"
Romi menatap Diandra dengan mata yang menyipit. "Apa maksudmu, Di? Aku benar-benar mencintaimu, dan tidak ...,"
"Aku tahu kau tidak mencintaiku Romi. Jika kau mencintaiku, maka kau tak akan bermain di belakangku. Aku tahu, selama ini kau berselingkuh dengan Lisa. Iya, kan!" tuduh Diandra tajam.
"Tuduhanmu itu tidak berdasar, Di. Aku dan Lisa hanya teman saja seperti kamu dan dia. Lagi pula kau tak punya bukti untuk menuduhku seperti itu. Apa kau cemburu padaku? Ya Tuhan, Di. Jika kau cemburu padaku dan Lisa, kau bisa mengatakannya baik-baik, tanpa harus membatalkan pernikahan kita sepihak seperti ini." Romi membantah ucapan Diandra padanya.
Diandra terdiam. Romi benar, ia tak punya bukti tentang apa yang ia katakan. Tapi bukan berarti tuduhan yang ia berikan itu tak berdasar. Di kehidupan yang lalu, Diandra mengetahui jika hubungan perselingkuhan Romi dan sahabatnya itu sudah terjalin sejak lama. Sebelum mereka merencanakan pernikahan itu.
"Terserahlah apa yang ingin kau katakan." ucap Diandra tak acuh. "Lagi pula saat ini hubungan kita sudah berakhir. Aku hamil dan akan menikah dengan Ayah dari anakku. Jadi jangan berharap lagi padaku! Rencanamu untuk menguasai hartaku sudah gagal!" Diandra terus menuduh Romi. Berharap lelaki itu sadar diri dan menyerah padanya.
Diandra beranjak begitu saja dari duduknya, menghindari perdebatan dengan Romi. Tubuhnya terlalu lelah dan ingin istirahat.
"Siapa yang sudah menghasut dan memberikan pengaruh negatif di kepalamu tentang aku? Kenapa kamu jadi berpikiran buruk padaku. Aku ini tulus mencintaimu, Di." teriak Romi yang diabaikan Diandra.
Merasa tak di pedulikan. Hati lelaki itu panas. Rahangnya mengetat dengan gigi yang bergemerutuk. Mulai terlintas niat kotor dalam pikirannya. Ia kembali teringat perbincangannya dengan Lisa waktu itu.
"Aku yakin Diandra tidak hamil. Itu hanya cara dia agar kamu menghindar darinya dan pernikahan kalian batal. Lelaki lemah seperti Xavier mana mampu! Jika diandra tak mau kembali padamu, maka buat saja ia mengandung anakmu!" saran Lisa kala itu. Saran yang sangat menyesatkan. Namun tak ada salahnya ia coba jika memang keadaannya memaksa.
Jika Romi kehilangan Diandra berarti dia akan kehilangan semua kerja kerasnya. Semua harapan dan mimpinya akan hancur.
Romi menapaki tangga dengan cepat. Suasana rumah yang sepi dan pelayan yang berada di belakang membuat pria itu semakin leluasa melancarkan aksi kotornya. Romi membuka pintu kamar Diandra dan langsung menutupnya kuat.
Brak!
Diandra terperanjat kaget. Ia yang baru saja ingin membuka kancing bajunya langsung mengurungkan niatnya dan berbalik melihat Romi yang sedang mengunci pintu. Mata gadis itu melebar saat melihat kunci kamarnya langsung pria itu masukkan ke saku celananya.
"Apa maksudnya semua ini, Mas? Ngapain kamu masuk ke kamarku tampa izin!" ucap Diandra marah. Ia tidak bodoh untuk mengartikan situasi yang terjadi saat ini.
Tanpa basa-basi Romi langsung merengkuh tubuh Diandra. Ia mencium bibir wanita itu dengan paksa. Diandra mendorong tubuh Romi kuat. Membuat pria itu hampir terjungkal. Diandra beranjak menjauh, ia ingin berlari ke kamar mandi untuk bersembunyi. Namun Romi dengan cepat mencegah dengan mencekal tangan wanita itu dan langsung melemparnya kasar ke atas ranjang.
Diandra terkesiap. Ia mulai ketakutan, tubuhnya gemetar ia bangkit dan beringsut ke sudut ranjang saat melihat Romi mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu. Hanya menyisakan celana panjangnya saja.
"Jangan gila kamu, Mas! Keluar dari kamarku sekarang juga!" hardik Diandra dengan lantang.
"Gila? Aku seperti ini karena terlalu mencintaimu sayang. Aku tak mau kamu menikah dengan lelaki lain. Kamu pikir aku percaya jika lelaki itu bisa menyentuhmu, hmm!" dengan senyum licik, Romi mendekat pada Diandra selangkah demi selangkah. Sambil membayangkan pertempuran panas yang sebentar lagi akan mereka lakukan.
Diandra mulai ketakutan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Wajahnya memucat seakan tak ada darah yang mengalir di sana. Ia tak mau kehormatan yang ia jaga harus berakhir pada lelaki yang bukan suaminya. Lelaki yang tidak ia inginkan dalam hidupnya.
Diandra berdoa di dalam hati. Apakah Tuhan sekejam itu padanya. Hingga di kehidupan ini pun ia tak mampu mengelak dari nasib buruk hidup bersama lelaki yang akan membuat ia menderita.
^^^^^^^^^
Xavier melajukan mobilnya membelah jalan raya dengan santai. Tak sampai 15 menit Diandra ke luar dari kantornya. Xavier pun ikut keluar, ia ingin menyusul calon istrinya yang keras kepala itu. Saat di depan lahan parkir, Xavier sudah tak melihat Diandra ataupun mobilnya yang terparkir di sana.
Diandra yang ceroboh tanpa sengaja meninggalkan ponselnya begitu saja tergeletak di atas meja kerjanya. Membuat ia harus merepotkan dirinya untuk mengantarkan ponsel itu kembali.
Xavier sampai di depan rumah Diandra. Mata Xavier tiba-tiba memicing tajam. Saat retina matanya menangkap sebuah mobil berwarna silver terparkir 100 meter dari pintu masuk rumah Dindra dan berlawanan arah dengannya. Xavier tanda betul dengan mobil itu. Entah mengapa melihat mobil itu membuat hatinya berdetak tak karuan.
Ia memasuki halaman, memarkirkan mobilnya dengan cantik. Kakinya melangkah dengan cepat menuju dalam rumah untuk memastikan keadaan calon istrinya.
Sampai ruang tamu, Xavier semakin heran. Ia tak melihat Diandra maupun si pemilik mobil silver tersebut.
"Diandra!" teriak Xavier khawatir. Hatinya merasakan kecemasan. Ia mengalihkan langkah kakinya menuju tangga. Baru dua tangga yang ia naiki. Bi Yuni muncul dari pintu belakang.
"Bi, dimana Diandra?" tanya Xavier cepat.
"Memangnya Non Diandra sudah pulang, Tuan. Bibi sedari tadi bersihkan kolam sama Mang Udin. Jadi nggak tahu kalau Non Diandra sudah pulang," jawab Bi Yuni jujur. Raut wajahnya tampak bingung. Jarak kolam berada di belakang dekat faviliun yang tidak di tempati. Itu sebabnya Bi Yuni tak menyadari kepulangan Diandra.
"Tolong! Bi Yuni ... tolong!" teriak Diandra dengan kencang. Membuat Xavier dan Bi Yuni terkejut. Pria itu langsung berjalan setengah berlari menaiki anak tangga menuju suara wanita itu berasal.
Diandra menangis di bawah kungkungan Romi. Pria itu menciumnya membabi buta. Diandra terus melawan, memukul, menendang, apa pun itu dia lakukan agar terhindar dari apa yang ingin Romi lakukan padanya. Bahkan gaun yang dikenakan Diandra sudah robek di beberapa tempat hingga menampilkan bukit kembarnya yang menyembul, menantang.
"Toloooong! Lepaskan aku bajingan! Lepaskan! Tolong!" teriak Diandra dengan putus asa.
"Tak akan ada yang menolongmu sayang. Hari ini kamu akan menjadi milikku!" suara Romi sudah serak. Nafasnya naik turun tak beraturan dengan mata yang sudah menggelap ditutupi kabut gai-rah.
Diandra bahkan bisa merasakan area bawah pria itu yang mengeras. Membuat ia semakin menangis ketakutan. Tangan Romi mulai bergerak liar, menjamah setiap inci tubuh gadis yang ada di bawahnya. Membuat Diandra jijik pada dirinya sendirinya.
"Lepaskan aku! Lepaskan, hik ... hik. Argghhhh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments