Matahari telah menghilang dan hanya meninggalkan bias kemerahan di sudut cakrawala bagian barat saat Diandra sampai di rumah. Setelah dari tempat Nora ia masih sempat mampir ke sebuah butik dan toko sepatu. Hanya untuk melihat barang keluaran terbaru yang dapat menyegarkan matanya.
Seperti itulah wanita, saat santai, tak ada yang dilakukannya selain nongkrong dan berbelanja. Walau tidak semua wanita, tapi hampir seluruhnya. Apalagi yang memiliki uang seperti Diandra.
Baru saja Diandra turun dari mobil, seseorang sudah menarik tangannya lebih dulu dari belakang. Membuat tubuh Diandra berputar dan terjerembak di dada bidang orang tersebut.
Diandra yang terkejut langsung menegakkan kepalanya, menatap siapa gerangan yang dengan tidak sopan padanya.
"Mas Romi?" ujar wanita itu kaget. Diandra mendorong tubuh Romi untuk menjauh. Namun tertahan, pria itu mencengkram tangannya erat. Diandra mencoba melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu.
"Lepaskan, Mas, sakit!" ringisnya. Namun lelaki itu tak menghiraukan. Ia menatap Diandra tajam, ada kemarahan yang tersimpan di balik mata itu. Kemarahan yang Diandra tahu betul alasannya.
"Apa maksud kamu dengan membatalkan pernikahan kita, Di?!" ujar Romi penuh amarah. Beberapa hari ini gadis itu menghindar darinya, susah dihubungi dan susah ditemui.
Awalnya Romi masih berpikir biasa saja. Ia pikir mungkin wanita itu sedang sibuk mengurus rencana pernikahan mereka. Hingga akhirnya ia menelpon pihak WO dan bertanya tentang sampai mana persiapan pernikahan, disitulah Romi mengetahui jika pernikahannya dengan Diandra sudah dibatalkan, tanpa pemberitahuan padanya. Tentu saja Romi merasa marah dan kecewa.
"Lepaskan tangan aku! Aku batalkan karena aku memutuskan untuk tidak menikah denganmu!" Diandra kesakitan karena Romi mencengkram tangannya begitu kuat. Namun Diandra masih bersikap tenang dan mencoba melepaskan diri.
"Lepaskan Mas!" Diandra berhasil melepaskan tangannya dari cengkraman Romi dan menghempaskannya ke udara membuat pria itu sedikit tersentak kaget. Diandra yang ia kenal tidak seperti ini. Diandra yang ia kenal terlalu mencintainya dan tak bisa hidup tanpanya, hingga mau melakukan apa pun untuknya.
"Kamu pikir aku mau menikah dengan lelaki kasar sepertimu?! Aku bilang kita batal nikah, ya batal. Toh ... kamu juga nggak rugi apa pun kan. Semuanya aku yang bayar, tak ada sepeser pun uangmu yang keluar untuk semua persiapan ini!"
Diandra geram, ia memegangi tangannya yang sakit bahkan sudah memerah akibat perbuatan lelaki itu. Dia menatap lelaki itu penuh kebencian. Xavier yang kebetulan berada di teras depan, sedari tadi berdiri menyaksikan perdebatan di antara mereka, kini mulai mendekat.
"Tetap saja kamu tak bisa begini terhadapku, Di. Kita sudah merencanakan pernikahan ini dari jauh-jauh hari. Dan tak mungkin dibatalkan saja tanpa alasan yang jelas. Memangnya apa kesalahanku?!"
"Apa-apaan ini?! Apa kalian berdua tidak sadar jika suara kalian terdengar hingga ke dalam. Apa kalian berdua tidak malu menjadi tontonan!" cibir lelaki itu. Ia berdiri tak jauh dari Diandra. Diandra memutar bola matanya malas. Kenapa disaat seperti ini, pria itu justru muncul dan membuat suasana menjadi bertambah tidak mengenakkan.
"Diam kamu, ini bukan urusanmu! Tapi ini urusan aku dan calon istriku!" hardik Romi melampiaskan amarahnya pada pria itu. Sejak pertama bertemu, Romi memang tak menyukai Xavier. Romi juga kerap melarang Diandra untuk berkunjung ke rumah Ayyana. Alasannya karena disana ada Xavier.
"Kau ...," Diandra langsung menahan lengan Xavier. Saat lelaki itu ingin membalas perkataan Romi. Ia tak ingin masalah ini menjadi panjang karena pria itu ikut campur. Dua pria dalam sebuah perdebatan. Pasti akan ada namanya perkelahian. Dan Diandra tak mau hal itu terjadi.
"Sudahlah Mas. Tak ada yang perlu kita perdebatkan lagi. Aku bilang pernikahan kita batal!" Diandra tak ingin ada ikatan apa pun dengan Romi. Baik itu hubungan pacaran, kekasih bahkan teman sekali pun.
"Batal pun juga harus ada alasannya Diandra?! Kamu tak bisa membatalkan pernikahan kita begitu saja. Apa kesalahanku hingga kamu meninggalkanku seperti ini?!" protes Romi penuh emosi. Ia tak terima dicampakkan bagai barang tak berguna begitu saja.
Diandra mulai gelisah, jika seperti ini, lelaki itu pasti tidak akan pernah mau melepaskannya. Dan ia pun tak mungkin memutuskan pertunangan ini tanpa alasan yang jelas. Diandra memutar otaknya dengan cepat, mencari jawaban yang tepat agar Romi mundur dan menerima keputusannya itu.
Hanya ada satu ide yang muncul di kepalanya saat ini. Ide yang sangat absurd. Namun hanya itu satu-satunya alasan yang masuk akal dan dapat membuat lelaki itu terpukul mundur serta menjauh dari hidupnya.
Diandra semakin mendekati Xavier. Ia merangkul tangan lelaki itu erat dan bergelayut manja di sana.
"Karena aku sudah tidak mencintaimu lagi. Maafkan aku, Mas. Aku sadar ternyata selama ini aku tidak mencintaimu, aku hanya merasa nyaman karena kamu baik. Tidak lebih!"
Romi terkesiap, begitu pun juga Xavier. Romi menelisik jauh wanita yang ada di hadapannya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang Diandra katakan. Tapi mendapati kenyataan yang ada di depan matanya membuat ia kecewa. Dia tidak pernah mendapati Diandra seperti ini. Diandra yang ia kenal tidak seperti ini.
Diandra yang ia kenal selalu menatapnya dengan tatapan memuja dan penuh cinta. Namun Diandra yang ada di hadapannya sekarang justru menatap pria yang ada di sampingnya itu dengan senyuman yang begitu manis dan lembut. Sedangkan menatap dirinya sendiri dengan tatapan yang entah bagaimana ia mendeskripsikan. Seperti ada kebencian yang begitu besar yang wanita itu simpan untuknya.
Romi terkekeh, ia masih tak percaya dengan apa yang gadis itu katakan. Romi pikir Diandra sedang mengerjainya. Mungkin Diandra ingin memberikan kejutan padanya sebelum pernikahan mereka.
"Kamu sedang bercanda denganku, kan? Kalian itu saudara sepupu. Jadi mana mungkin bisa bersama," tampik Romi.
Diandra semakin mengeratkan pelukannya pada Xavier. Sedangkan pria itu hanya terdiam dengan senyum simpul di bibirnya. Ia ingin menyaksikan bagaimana Diandra menyelesaikan masalahnya. Atau gadis itu justru sedang membuat masalah baru.
"Aku tidak bercanda, kami berdua sepupu yang sah, jika menikah. Lalu apa salahnya? Xavier memang harus menikahiku, karena aku sudah hamil anaknya, jadi aku harap kamu mengerti keputusan aku, Mas. Maaf!" Diandra semakin membual. Ia tak tahu kenapa perkataan itu meluncur saja dari mulutnya. Ia hanya tak tahu harus melakukan apalagi untuk memukul Romi agar mundur dan meninggalkannya.
Xavier kembali tersentak kaget. Ia cukup terkejut dengan keberanian Diandra membuat kebohongan yang fatal.
"Apa?! Kamu hamil Diandra?!" sebuah suara dari belakang mengagetkan semuanya. Semua yang ada di sana menoleh.
Degh!
Jantung Diandra berdegub kencang. Matanya melebar dengan nafas yang mulai naik turun. Tanpa Diandra sadari ternyata sedari tadi dua orang tersebut berdiri di suatu tempat yang tidak terlihat olehnya dan sangat jelas mendengarkan ucapannya.
"Kenapa kamu bengong, Di? Jawab Tante, apa benar kamu hamil anak Xavier?" tanya Ayyana tegas sambil menggoyangakan bahu gadis itu.
Diandra terpaku, betapa syok ia melihat Tante dan juga Om-nya yang berdiri di hadapannya dan menatap menyelidik padanya. Setahu dia Om-nya masih berada di luar kota, sedangkan Ayyana sudah pulang ke rumahnya.
Ia berada di ujung jurang kebimbangan, haruskan ia berkata jujur atau melanjutkan kebohongan yang baru saja terjadi? Tapi jika ia jujur bahwa semua ini hanyalah kebohongan semata, lalu bagaimana dengan Romi yang masih berada di tempatnya?
"Arkkhhhh kenapa semuanya bisa ada di sini sih?!" batinnya berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Susi Soamole
lanjut
2022-08-20
1
Zulaikah
lanjut Thor tambah seru ceritanya bikin penasan,,,,,,
2022-08-20
0
p.b
keren Thor......lanjut Thor....nambah lagi....grazy up dong Thor....
2022-08-20
2