Diandra diam bagai terdakwa yang sedang menunggu keputusan sidang vonis mati. Belum lagi tatapan Romi yang menatapnya tajam bagai laser yang ingin menembus kepalanya. Diantara semua yang ada di ruang tamu itu. Hanya Xavier yang tampak tenang. Lelaki itu bahkan sesekali mengetik sesuatu di ponselnya tanpa beban.
"Siapa yang mau menjelaskan sekarang!" tanya Daka tajam. Menatap mereka bertiga satu persatu. Sedangkan Ayyana, ia sudah duduk di samping Diandra, sesekali wanita tua itu mengusap perut Diandra yang masih rata. Membuat gadis itu risih.
Di antara semuanya, Ayyanalah yang paling berbahagia atas kebohongan yang dibuat Diandra.
"Saya sebagai calon suami Diandra, merasa tersinggung dengan semua ini. Saya juga merasa dirugikan. Pernikahan kami terhitung sebentar lagi. Tapi apa yang terjadi saat ini, Diandra memutuskan sepihak pernikahan kami dan ternyata dia hamil anak orang lain!" ujar Romi dengan dua tangannya yang terkepal. Tentu saja pria itu marah, bahkan sangat murka.
Saat Diandra selalu menolak keinginan untuk menyentuhnya, saat mereka bersama dengan alasan belum sah. Namun nyatanya, kini wanita itu tengah hamil anak dari lelaki yang ada di hadapannya saat ini. Menghancurkan semua rencana yang sudah ia persiapkan. Itu yang membuat Romi kesal.
"Xavier Kenzie Zendarion! Bisa kamu jelaskan pada Papa apa yang sedang terjadi saat ini?!" pria paruh baya itu mulai geram. Diantara Diandra dan Xavier, mereka berdua seolah bungkam. Padahal mereka berdua adalah orang yang membuat masalah ini semakin rumit.
Kepala Daka mulai berdenyut nyeri, sebagai orang tua dari Xavier. Ia merasa senang dengan kenyataan putranya mampu menghamili seorang wanita. Secara tidak langsung menepis anggapan orang tentang putranya yang mengalami kelainan orientasi se^sual. Bahkan sampai ada kabar yang mengatakan jika putranya im^oten.
Di lain sisi, Daka juga merasa sedih. Hubungan keponakannya dan rencana pernikahannya jadi hancur berantakan akan hal ini.
Xavier menatap Diandra. Gadis itu sudah keringat dingin dengan kedua tangan yang tak henti memilin. Untuk sejenak mereka berdua beradu pandang. Diandra menatap Xavier dengan tatapan memohon, seakan meminta tolong agar pria itu meluruskan semua kerumitan yang ia sebabkan. Namun, dari pada meluruskan. Xavier ternyata justru ikut terjun dan bermain-main dengan permainan yang gadis itu timbulkan.
Xavier menghela napas. Membalas tatapan mata sang Ayah yang tampak kecewa. "Apalagi yang harus dijelaskan, Pa. Semuanya sudah jelas, Diandra hamil saat ini. Hamil ANAKKU!" sahutnya sambil menekan kata dan kembali menoleh sekilas pada Diandra.
"Mati aku! Kenapa dia tidak membantah dan menjelaskan semuanya. Kalau begini yang ada aku akan dinikahkan dengannya. Sama saja keluar dari lubang buaya masuk ke kandang macam! Bodoh Diandra! Bodoh! Kok bisa-bisanya aku mengatakan hal yang gila seperti itu tadi! Arkhhh!" Diandra memaki dirinya sendiri. Ia ingin memukul bibirnya sendiri berulang kali.
"Om ... ini ... sebenarnya. A–aku akan menjelaskan ... apa yang sebenarnya terjadi," ucap Diandra terbata-bata. Ia mengumpulkan keberanian menjelaskan kesalahpahaman yang saat ini ia buat. Lebih baik ia dimaki dari pada harus menikah dengan salah satu dari kedua lelaki itu. Ia hanya ingin bebas dan lepas.
"Sebenarnya ... semua i–ini hanya ...,"
"Aku ingin kami cepat menikah, Pa. Terlepas kesalahan apa yang sudah kami berdua perbuat. Aku nggak mau anakku lahir diluar pernikahan!" potong Xavier cepat. Diandra terpana, lelaki itu berucap begitu tegas, seakan semua itu benar terjadi.
"Brengsek! Enak sekali kamu ngomong, lalu bagaimana denganku!" Romi menggebrak meja dengan kuat. Ia bangkit dari duduknya, lalu menyambar kerah baju Xavier cepat. Tanpa aba-aba pria itu langsung melayangkan tinju pada Xavier. Karena tak siap, wajah pria itu pun terkena pukulan kuat. Merasa tak terima wajahnya dipukul, Xavier pun membalas pukulan tersebut. Hingga terjadilah perkelahian yang sejak tadi seharusnya terjadi.
"Arhhkk," Ayyana dan Diandra terpekik kuat. Ayyana dengan sigap menarik tubuh keponakannya untuk menjauh. Ia tak mau terjadi sesuatu pada cucu yang ada dalam kandungan Diandra. Cucu yang tak pernah ada keberadaannya.
Pertarungan kedua pria itu tampak begitu sengit. Setelah memecahkan sebuah vas di sudut sofa, Xavier menarik tubuh Romi ke tempat yang agak lebar. Ia memberikan tiga bogem mentah pada lelaki itu. Di wajah sekali serta di perut dua kali. Sebagai balasan dari pukulan lelaki itu di wajahnya hingga membuat sudut bibirnya sedikit robek.
"Xavier! Cukup hentikan! Tahan emosimu, kamulah yang bersalah dalam hal ini!" tegur Daka tegas. Ia menarik tubuh anaknya, hingga pegangan Xavier pada Romi terlepas.
Romi terbatuk sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri. Emosi tercetak jelas di wajahnya. Ia menatap Diandra yang sudah pucat dengan tajam.
"Aku tidak akan terima dengan semua penghinaan ini. Aku tak terima kamu campakkanku seperti ini Diandra. Hanya karena dia!" Romi menunjuk wajah Xavier. Matanya yang tajam menyiratkan kebencian pada lelaki itu.
"Aku akan balas apa yang telah kalian perbuat padaku hari ini! Lihat saja nanti!" ancam Romi sambil berlalu pergi meninggalkan rumah itu dengan sejuta rasa yang tersimpan di hati.
Plak!
Daka menampar putranya dengan keras, hingga membuat wajah putranya menoleh ke kiri. Diandra terkejut, ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Ada rasa bersalah yang menyusup di dadanya.
Xavier memegang pipinya yang terasa nyeri. Nyeri akibat luka dan juga tamparan atas permainan yang Diandra mulai dan ia ikuti. Pria itu pun terkekeh.
"Papa tidak menyangka kalian berdua menjadi seperti ini. Jika kalian berdua memang saling mencintai, kalian bisa menikah baik-baik. Bukan malah bikin malu seperti ini!" Daka kecewa pada anak dan keponakannya itu. Ia setuju jika Diandra dan Xavier menikah. Namun tidak dengan cara seperti ini.
Diandra tertunduk malu, saat bertemu pandang dengan tatapan Om-nya yang tajam.
"Pernikahan satu minggu lagi tetap akan terlaksana. Dan kamu yang akan menjadi mempelai prianya!" tunjuk Daka pada putranya. "Sampai pernikahan itu terlaksana, Papa harap kalian berdua tidak membuat masalah lagi!" ucap Daka tegas.
"Tapi Mas, bagaimana dengan Romi. Bagaimana jika anak itu mengacaukan semuanya. Ia pasti tidak akan terima begitu saja, bukan?" tanya Ayyana cukup khawatir dengan ancaman pria tersebut.
Daka menghela napas berat. "Masalah itu biar menjadi urusan Papa nantinya. Kamu jaga anak dan calon menantumu itu, Ma. Jangan sampai mereka berdua buat ulah lagi!" Daka beranjak meninggalkan ruangan dengan sakit yang mendera kepalanya. Emosi membuat darah tingginya naik.
Melihat kondisi suaminya yang tampak tak baik, Ayyana ikut menyusul suaminya. Sedangkan Diandra masih berdiri terpaku menatap Xavier, dengan segudang tanda tanya. Apa yang sedang ia rencanakan? Tak mungkin ia mau membantunya begitu saja.
Melihat Diandra yang terpaku dengan wajah yang rumit, Xavier pun melangkahkan kaki untuk mendekat. Berhenti tepat di sebelah gadis itu. Lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Diandra. Ia membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Diandra menegang.
"Ini belum berakhir, tapi baru saja dimulai. Nikmatilah permainan yang kamu ciptakan sendiri, Diandra!" bisiknya pelan. Namun cukup membuat Diandra merinding. Ia pun menoleh, menangkap seringai di sudut bibir Xavier sebelum lelaki itu pergi meninggalkannya.
Meninggalkan dirinya yang terpaku sambil merutuki kebodohan dirinya sendiri. Dan masalah apa yang akan ia dapati ke depannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nur Kholif
lanjut kak jangan lama 2 ya yg banyak sekalian episod nya
2022-08-21
0
Susi Soamole
lanjut
2022-08-21
1