Magic Of Akademic

Magic Of Akademic

1 Misi Rahasia

"Amdara, tidak ada cara lain. Tapi jika kau menolak, aku tidak bisa memaksa. Perlu kau ingat, ini misi rahasia yang hanya diketahui oleh kita bertiga. Kau mengerti maksudku?"

Di ruangan gelap yang hanya diterangi oleh bunga bulan, suasana semakin tegang tatkala Tetua Bram berkata dengan wajah serius. Dia mengipas wajahnya dengan kipas perak, tatapan matanya masih tertuju pada bocah perempuan berumur 11 tahun yang masih menunduk.

Sementara di samping Amdara, ada Inay juga sama halnya. Memikirkan perkataan Tetua Bram barusan. Bagaimana mungkin anak-anak ini bisa menangkap para Roh Hitam? Hah, jika dipikirkan oleh Inay, ketuanya telah kehilangan orang kuat hingga menyuruh mereka melakukan misi tidak mudah ini.

"Apa dengan pergi ke kota lain, aku bisa menemukan kedua orangtuaku?"

Amdara mengangkat wajah yang terlihat penuh harap pada Tetua Bram. Mata biru langitnya nampak sedikit ada genangan air yang hampir tumpah. Inay menoleh ke samping tepat ke arah Amdara.

"Apa yang bocah ini pikirkan?" Inay membatin, padahal umurnya tidak jauh berbeda. Dia berumur 13 tahun, memiliki rambut ungu gelap bergelombang panjang. Matanya berwarna hitam tajam, tapi wajahnya nampak ramah.

Tetua Bram menghela napas, dia tersenyum tipis. Wajah tegasnya seketika menghilang beberapa saat ketika dia mengelus-elus lembut kepala Amdara yang memiliki rambut putih. Mata Tetua Bram menampakan kesedihan.

"Kau akan mengetahui kebenarannya ketika waktunya tiba. Amdara, bukan tanpa alasan aku memintamu melakukan misi jauh."

Tetua Bram menjentikkan jari, ketika itu juga sebuah peta muncul membentang di depan mereka. Tetua Bram menjelaskan bahwa dia mempercayakan misi ini pada Amdara sebab bocah ini tidak tertarik pada kekuatan besar. Bisa dikatakan, Amdara murid langka di Organisasi Elang Putih.

Organisasi Elang Putih merupakan organisasi dari aliran putih yang memiliki tugas menjaga Negeri Elang Bulan terlebih desa Elang Bulan dan juga memiliki misi melenyapkan Roh-roh Hitam. Sementara pelenyapan iblis sendiri dilakukan oleh para senior yang telah menempati Tingkat Atas Tahap Tanpa Tanding.

Sementara Amdara baru memasuki Tingkat Ketiga Paruh Merah yang mana hanya bisa melenyapkan Roh Hitam yang lemah. Namun, di kota yang akan Amdara dan Inay masuki memiliki kekuatan alam yang alami dibanding dengan desa Elang Bulan. Sebenarnya Tetua Bram memiliki niat lain, dia mengetahui bahwa kedua orangtua Amdara ada di kota itu.

"Amdara, kau bukan orang yang tertarik pada kekuatan alam. Jadi kupastikan kau akan aman di sana."

Di Negeri Nirwana Bumi, kota Awan Langit memang memiliki kekuatan alam yang alami lebih besar daripada kota lain jadi tidak heran jika orang asli kota Awan Langit sangat kuat. Namun berbeda dengan pendatang, jika mereka memaksa menyerap kekuatan alam, maka tubuh mereka akan meledak dengan cepat. Bisa dikatakan hanya orang pribumi yang dapat menyerap kekuatan alam. Terkecuali orang yang memiliki hati bersih yang dapat menyerap kekuatan alam, mereka dapat sesuka hati menyerapnya dan orang itu disebut jenius.

Mendengarnya, membuat mata Inay berkedut. Bagaimana Tetua Bram begitu percaya pada Amdara termasuk dirinya memasuki kota mengerikan itu?!

"Tetua, bagaimana kau bisa percaya pada kami? Hati manusia dapat berubah. Keserakahan bisa saja muncul pada kami!"

Inay tentu berpikir demikian. Dia bukanlah orang naif, jadi wajar jika dirinya berkata demikian.

"Hmph. Kota itu mungkin akan membantumu menjadi manusia baik. Sementara Amdara, aku yakin dia bukan manusia seperti itu."

Inay tersentak, dia menoleh ke arah Amdara yang hanya diam. "Tetua, bagaimana jika aku menjadi manusia serakah kekuatan di sana? Dan Amdara sendiri tidak bisa mengingatkanku?"

"Itu masalahmu bukan masalahku. Jika kau lenyap, itu takdir baik."

Dengan mudahnya Tetua Bram berkata, jelas membuat Inay melongo. Tidak menyangka jika Tetua Bram berkata demikian. Inay berpikir bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak berarti, itu ... sungguh menyesakkan!

"Te-tetua, kau tega sekali."

Tetua Bram menggeleng melihat raut wajah murid satu ini. Pandangannya teralih pada peta di depan mereka. Sedari tadi Amdara memang diam sambil mengamati peta. Dia tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Kapan kami bisa pergi?"

Amdara bersuara, dia menatap Tetua Bram yang ternyata tersenyum ke arahnya. "Aku memang tidak salah memilihmu."

Inay yang mendengarnya menggelembungkan pipi, jika Amdara menjadi pilihan Tetua, lalu mengapa dirinya juga diseret mengikuti misi ini?!

Tetua Bram kemudian menjelaskan letak di mana ada banyak roh-roh tersembunyi yang kemungkinan belum dilenyapkan oleh orang-orang kota itu sendiri. Untuk tempat tinggal Amdara dan Inay, Tetua Bram memberikan sekantong emas. Tetua dari Organisasi Elang Putih ini juga menyarankan agar mereka masuk ke sekolah akademi di sana, dengan begitu mereka akan mendapatkan misi yang bisa ditukar dengan kepingan emas.

Tidak lupa Tetua Bram menjelaskan beberapa tempat berbahaya dan menandainya dengan lingkaran merah. Ada tempat di mana roh-roh bersemayam.

Amdara memerhatikan dengan seksama. Sementara Inay beberapa kali bertanya mengapa ada banyak tempat terlarang dengan wilayah luas. Tetua Bram menjelaskan dengan detail agar Inay tidak bertanya terus.

"Di sinilah kalian akan masuk sekolah akademi magic. Jika kalian ditanya asal kalian, jawab dengan jujur. Terutama pertanyaan kalian memasuki sekolah itu."

Tentu yang dimaksud adalah Amdara yang ingin mencari orangtuanya. Dua bocah itu dilarang menjawab bertujuan melenyapkan roh.

"Haih, kau bilang harus berkata jujur!"

Inay mengepalkan kedua tangannya sambil menatap tajam sang ketua. Inay memang tidak pernah memiliki rasa takut pada siapapun, jadi wajar jika dia bersikap demikian.

Sebuah sentilan keras mendarat di dahi Inay. Jelas bocah itu merintih kesakitan sambil mengusap-usap dahi.

"Bocah Nakal, ada beberapa yang harus bohong--"

"Kami siap pergi sekarang, Tetua."

Perkataan Amdara membuat Tetua Bram tidak melanjutkan perkataannya. Dia menggulung peta dan memberikannya pada Amdara.

"T-tunggu dulu! Aku belum bersiap-siap."

Inay melotot ketika mendengar Amdara. Inay bahkan belum menyiapkan barang-barang. Sebenarnya Inay tidak ingin pergi, Amdara mungkin tidak mempersalahkannya. Namun, jangan salah bahwa hati Inay sangat lembut, mana mungkin dia membiarkan temannya pergi sendiri? Dan lagi, Tetua Bram juga mempercayainya, mungkin?

Tetua Bram memberikan waktu lima belas menit untuk mereka bersiap-siap. Dirinya meminta Amdara mengganti nama, tentu hal ini membuat Amdara bingung. Namun, Tetua Bram sama sekali tidak ingin menjelaskan. Alhasil Amdara mengubah namanya menjadi Luffy.

*

*

*

Sebuah air pelangi muncul membentuk persegi panjang ketika seseorang melakukan gerakan-gerakan tangan. Orang itu menutup mata, memfokuskan kekuatannya pada satu titik. Beberapa keringat muncul di dahi, dirinya mulai membuka mata.

"Kalian masuklah. Jaga diri baik-baik."

Orang yang baru saja membuat portal tidak lain adalah Tetua dari Organisasi Elang Putih. Dia menatap kedua muridnya.

"Hah, semoga di sana aku bertemu laki-laki tampan agar kelak dijadikan suami."

Seorang bocah berambut ungu kehitaman dengan pakaian sederhana mengibas rambut panjangnya. Dia tersenyum, tetapi seketika memudar ketika Tetua Bram melototkan mata.

Bocah berambut ungu kehitaman itu tidak lain dan tidak bukan adalah Inay. Dirinya segera memasuki portal setelah memberi hormat pada Tetua Bram.

"Tetua, kuharap orangtuaku memang ada di sana."

Amdara tersenyum, kemudian memberi hormat. Tetua Bram mengangguk dan tersenyum. 'Kuharap kau tidak kecewa dengan mereka.'

Portal air mulai menghilang perlahan. Perlahan Tetua Bram mengepalkan kedua tangan, dadanya berdetak lebih keras. Matanya berubah dingin seiring tubuhnya yang mulai menghilang. Tiba-tiba saja Tetua Bram merasa kepalanya yang sangat sakit, dia kehabisan kekuatan hanya untuk membuat portal tanpa diketahui oleh pelindung mana pun.

"Demi anak itu."

Tetua Bram merasa matanya mulai memburam, dan perlahan kehilangan kesadaran.

Di sisi lain, Inay baru saja menginjakkan kaki di tanah disusul Amdara, tetapi tiba-tiba saja tanah retak lebar. Membuat dua bocah perempuan itu segera menghindar.

BAAM!

Debaman keras terdengar. Suara gemuruh di langit membuat Amdara dan Inay terkejut bukan main. Keduanya baru saja menginjakkan kaki di kota, tetapi malah disambut oleh sebuah pertarungan.

"Dara, menghindar!"

Inay terlambat menarik Amdara. Sesuatu menabrak Amdara dengan keras hingga bocah itu terpental sejauh lima belas meter.

Blaar!

*

*

*

Di sebelah barat di kota Awan Langit tepat di hutan, dua orang memakai seragam putih biru dengan corak awan tengah bertukar serangan kuat. Salah satu dari dua laki-laki itu terpental lima meter dan memuncratkan darah segar dari mulut. Dia meludah, detik berikutnya terbang dengan kecepatan tinggi lalu tangannya memunculkan api besar yang langsung melesat ke arah lawan.

BAAM!

Laki-laki berumur 14 tahun dengan rambut hitam yang diikat pita putih memejamkan matanya yang meneduhkan, dan kemudian membuat dinding pelindung menggunakan kekuatannya. Alhasil suara debaman keras terdengar.

Api yang dibuat oleh Bena meledak bersamaan dirinya terkena pantulan kekuatan sendiri. Dia kembali terpental, kali ini darah keluar dari hidung dan mulut.

"Akh, s*alan! Cakra memiliki kekuatan lumayan juga."

Bena mengusap darah dari hidung, matanya menatap tajam ke arah kepulan asap di mana lawan yang masih tetap berekspresi tenang melayang di udara. Bahkan di saat Cakrabuana telah menggunakan hampir seluruh kekuatan dan mendapat luka dalam, ekspresinya masih tetap sama, tenang dan datar. Seakan semua serangan bukanlah sesuatu yang buruk.

"Cih. Aku ingin lihat bagaimana ekspresi wajahnya saat mendapat serangan terakhirku."

Bena menyeringai, detik berikutnya mengucapkan kalimat-kalimat mantra yang dia pelajari selama ini. Angin tiba-tiba saja berubah arah, jelas hal ini membuat perasaan Cakrabuana mulai buruk. Bocah laki-laki itu menutup mata, kemudian bersiap dengan segala hal buruk yang akan terjadi.

Sepasang sayap besar berselimut api muncul di punggung Bena. Udara menjadi panas, bahkan angin juga terasa panas.

Cakrabuana memutar-mutar tubuh, seperti tengah melakukan sebuah jurus. Seragamnya nampak dimainkan angin, dia akan menggunakan jurus terbaiknya.

"Matilah kau, Cakrabuana! Phoenix Api Keabadian ...!"

Bena melesat cepat ke arah Cakrabuana dengan api yang menyelimuti nya, detik berikutnya Bena melesatkan api bola besar ke arah Cakrabuana.

Cakrabuana menyerang menggunakan jurusnya, alhasil pertarungan sengit itu meledak dengan dahsyat. Walaupun dalam keadaan siang hari, tetapi sinar matahari sekarang dapat masuk karena sudah banyak pohon tumbang ulah keduanya.

BAAM!

Blaar!

Ledakan antara jurus Bena dan Cakrabuana menghasilkan angin kejut, dan asap besar. Bahkan karena jurus keduanya membuat percikan kembang api di atas.

Bena terpental sejauh lima belas meter akibat ledakan besar jurusnya dan lawan. Begitu pula dengan Cakrabuana yang terpental dengan darah yang keluar dari hidung, telinga, dan mulut.

Blaar!

Amdara yang baru saja menghindari serangan nyasar langsung tertabrak sesuatu. Amdara kemudian menggunakan segel pelindung dari ledakan besar.

Asap hitam masih mengepul di udara menghalangi pandangan siapa saja yang berada di tempat pertarungan.

"Kau tidak apa-apa?"

Amdara menahan punggung seseorang di depannya yang cukup besar. Dia berhasil membuat segel pelindung yang membuat dampak serangan tidak terlalu parah mengenainya dan orang di depannya ini.

Cakrabuana merasa dia akan mendapat serangan mematikan, tetapi dia malah tidak terkena serangan karena ada yang membuat segel pelindung.

"Mn, terima kasih."

Cakrabuana memberi hormat pada orang yang membuat pelindung. Dia memandang orang di depannya yang memiliki rambut putih panjang yang diikat dengan ikat rambut biru dan berpakaian seperti anak laki-laki. Tentu Cakrabuana menganggap orang di depannya adalah laki-laki yang usianya lebih muda dari dia.

Amdara mengangguk sebagai respon. Dia memang selalu memakai pakaian seperti laki-laki sebab menurutnya lebih nyaman untuk bertarung. Walaupun berkali-kali diingatkan Inay karena penampilan perempuan itu tidak boleh seperti laki-laki. Namun, tetap saja Amdara tidak mendengarkan. Sampai membuat Inay dan saudara seperguruan yang lain merasa heran.

"Kau terluka."

Amdara melihat ada darah keluar dari mulut orang di depannya. Perkiraan Amdara orang di depannya berusia kurang lebih 14 tahun. Orang yang dimaksud Amdara adalah Cakrabuana yang menubruknya.

"Bukan masalah besar, Tuan."

"Dara ...!"

Amdara menoleh ke sumber suara, melihat Inay baru saja mendarat dan langsung mengguncang-guncang bahu dengan raut wajah khawatir. Amdara tersentak sebelum menggaruk pipi yang tidak gatal. Menurutnya Inay terlalu berlebihan. Walaupun Inay lebih tua satu tahun, tetapi bukan berarti kekuatan Amdara bisa dipandang remeh.

"Di mana yang terluka? Apa lukanya parah? Sini, biar kuobati."

Amdara menggeleng. "Aku baik-baik saja. Kak Inay tidak perlu khawatir."

"Aku tidak yakin, kau ditabrak sesuatu---"

Inay tersentak ketika melihat wajah tampan seseorang dengan rambut terikat. Apalagi wajah laki-laki itu membuat Inay merasakan ketenangan serta ketegangan.

'Laki-laki itu seperti memiliki aura pahlawan.' Inay menggigit jarinya hingga berdarah tanpa sadar. Wajah putihnya memerah seketika.

Amdara yang melihat wajah Inay menggelengkan kepala. Dia kemudian menepuk bahu Inay untuk menyadarkan, tetapi respon Inay malah membuat Amdara tersentak.

"Pangeran Tampan, aku adalah putri dari khayangan. Bawa aku ke istanamu untuk menjadi istri!"

Inay tersenyum sangat manis, bahkan dia mengedipkan sebelah mata pada Cakrabuana. Sementara Cakrabuana tersentak mendengar penuturan bocah perempuan di depannya.

"Memalukan."

Amdara mengembuskan napas, dia kemudian menarik tangan Inay dengan paksa sambil melangkah pergi meninggalkan Cakrabuana. Inay memberontak, dia berteriak agar Amdara tidak menarik tangannya.

Cakrabuana yang melihat hal itu menaikkan sebelah alisnya. Baru saja dia akan berteriak untuk mengetahui nama orang yang telah membantu, tetapi tiba-tiba saja sebuah lubang hitam muncul di depan dua orang itu yang langsung membuat kedua orang tersebut menghilang.

"Portal?"

Di Negeri Nirwana Bumi, sangat jarang ada orang yang bisa melakukan pembuatan portal waktu. Jika ada orang yang dapat membuatnya maka disebut sebagai jenius berbakat. Cakrabuana baru saja melihat secara langsung ada portal. Jika bukan orang yang telah menolongnya, maka bocah perempuan itu yang membuatnya.

Sementara setelah Amdara dan Inay memasuki portal, Inay langsung membentak keras Amdara.

"Dara, apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan tanganku!"

Inay mulai merasa pergelangan tangannya terasa sakit. Apalagi Amdara menggunakan kekuatan untuk menarik dia. Hampir saja Inay menggigit tangan Amdara jika dia tidak melepaskan tangan. Amdara benar-benar keterlaluan memperlakukan Inay seperti ini! Padahal Inay lebih tua dari Amdara.

"Apa kau ingin menyakitiku, hah?! Dasar."

Inay menghentakkan kaki sambil melotot ke arah Amdara yang menatapnya datar seperti tidak bersalah sama sekali. Wajah datar Amdara membuat Inay bertambah kesal saja.

"Sebaiknya kita cepat cari penginapan."

Inay membuka mulut, saat adik seperguruannya sama sekali tidak merasa menyesal bahkan meminta maaf. Hal ini jelas membuat Inay naik pitam. Dia mengeluarkan kekuatan untuk rambut ungu hitamnya melilit tubuh Amdara. Sayang sekali Amdara melompat gesit sebelum rambut Inay mengenainya.

Tidak ingin Amdara melarikan diri sebelum meminta maaf, Inay kembali menyerang dengan rambutnya ke arah Amdara.

"S*alan, kau! Cepat kemari dan katakan maaf padaku ...!"

Inay melayang sambil menatap tajam Amdara yang masih berusaha menghindar dan beberapa kali menangkis rambut Inay.

Traang!

Bahkan suara rambut Inay yang berbenturan dengan kekuatan Amdara berbunyi seperti layaknya pedang. Kedua orang itu entah terlalu fokus atau memang kurang peka dengan keadaan sekitar hingga tidak menyadari ada orang yang melihat mereka.

BAAM!

Rambut Inay menabrak pohon hingga menjadi abu dalam sekali serangan. Bahkan angin yang dihasilkan membuat sekeliling penuh dengan debu berterbangan.

"Kak Inay, hentikan!"

Amdara melakukan gerakan tangan yang membuat angin sekitar semakin tidak terkendali. Terlebih lagi Amdara malah menggunakan abu dari pepohonan untuk menghalangi pandangan Inay. Bahkan mereka tidak mempedulikan kondisi sekitar yang jika diperhatikan lebih jelas, akan ada gedung-gedung tinggi yang tidak jauh dari tempat mereka bertarung. Sudah banyak pohon yang hangus karena pertarungan mereka, bahkan tanah sampai retak luas.

"Kau ingin aku berhenti? Ck, cepat kemari dan minta maaf!"

Inay menghalangi angin yang semakin kencang dengan rambut panjangnya membentuk tembok besar mengelilingi dirinya. Seketika angin itu seperti terlilit oleh rambut Inay. Kekuatan Inay memang sedikit istimewa, dia dapat mengendalikan rambut sendiri untuk melilit sesuatu bahkan angin, awan, dan api sekalipun.

Di Negeri Elang Bulan, Inay adalah satu-satunya manusia yang dapat melakukan hal seperti itu. Bahkan karena kekuatan istimewa ini, Inay cukup diwaspadai oleh musuh walaupun tingkat kekuatan Inay masih rendah.

Amdara menghentikan pergerakan angin dengan melepaskannya ke luar, dia menghembuskan napas sebelum melayang tenang ke arah Inay. Bagaimana pun Inay lebih tua darinya, jadi tidak ada alasan lain bagi Amdara untuk meminta maaf karena telah bersikap lancang.

Inay mengubah rambutnya kembali seperti semula, dia mendengus kesal melihat Amdara melayang santai ke arahnya.

Tanpa basa-basi, Inay langsung menarik telinga Amdara dan memelintir saking kesalnya. Dia bahkan mengomeli Amdara yang telah berani membuat dia emosi.

"Lepaskan."

Amdara dapat merasakan perih di telinga, walaupun dia berkata demikian tetapi Amdara sama sekali tidak berniat melarikan diri.

Inay menggelembungkan pipi. "Katakan maaf dulu!"

"Baiklah, maaf."

Inay melepaskan tarikan tangan dari telinga Amdara. Namun, Inay merasa masih belum puas. Jadi dia terus mengomeli adik seperguruannya dan tidak henti-hentinya memberi nasehat.

Amdara bukannya merasa baikkan setelah telinganya dilepas malah semakin merasa sakit mendengar omelan Inay. Bahkan telinga Amdara hampir mati rasa karena suara Inay yang lumayan cempreng.

Tanpa mereka sadari, sejak pertarungan singkat terjadi, ada banyak orang yang melihat pertarungan tersebut. Bahkan ada dari orang-orang yang melihat merasa kagum. Namun, ada juga yang merasa kesal.

Terpopuler

Comments

Maria_dwi90

Maria_dwi90

hai kk, aku dah mampir ya....semangat terus.

2023-10-17

0

Yu

Yu

mampir 😁

2022-12-25

0

lihat semua
Episodes
1 1 Misi Rahasia
2 2 - Masalah Besar
3 3 Tetua Haki
4 4 Bunga Teratai Penghisap Nyawa
5 5 Roh Hitam
6 6 Hukuman
7 7 Mengikuti Kelas Pertama
8 8 Murid-murid yang Aneh
9 9 Latihan Malam
10 10 Kekuatan Asing
11 11 Mengambil Masalah
12 12 Penindas Kecil
13 13 Berburu Roh Hitam
14 14 Ketua Kelas Dirgan
15 15 Pertandingan
16 16 Pertandingan 2
17 17 Pertandingan 3
18 18 Bocah Berambut Putih
19 19 Guru Aneh
20 20 Permainan
21 21 Permainan 2
22 22 Permainan 3
23 23 Permintaan
24 24 Raja Roh
25 25 Bocah Bertopeng
26 26 Perbincangan Para Tetua
27 27 Penarik Perhatian
28 28 Misi Pertama
29 29 Kejadian Tak Terduga
30 30 Kejadian di Penginapan
31 31 Nenek Penjual Jepit Rambut
32 32 Tawaran
33 33 Latihan
34 Pengumuman
35 34 Selendang Hitam
36 35 Pertemuan Tak Terduga
37 Pengenalan Tokoh
38 36 Krisis
39 37 Pengobatan
40 38 Di Awal Fajar
41 39 Mengambil Masalah 2
42 40 Satu Kesepakatan
43 41 - Malam Yang Terasa Panjang
44 42 - Menuju Ke Desa Bumi Selatan
45 43 - Desa Terpencil Tanah Mati
46 44 - Kejadian Tak Terduga (2)
47 45 - Makhluk Mengerikan
48 46 - Malam Mencekam
49 47 - Cerita Dari Kepala Desa
50 48 - Desa Bumi Selatan
51 48 - Desa Bumi Selatan
52 49 - Fakta Tersembunyi
53 50 - Kejanggalan
54 51 - Mayat Hidup
55 52 - Irama Kematian
56 53 - Kisah Yang Terkuak
57 54 - Teman Baru
58 55 - Kembali ke Akademi
59 56 - Sampai dengan Selamat
60 57 - Kembali ke Akademi (2)
61 58 - Persiapan Pertandingan Antar Kelas
62 59 - Pertandingan Antar Kelas Dimulai!
63 60 - Pertandingan Pertama
64 61 - Kedatangan Yang Ditunggu
65 62 - Kerja Sama Tim
66 63 - Awal Perubahan
67 64 - Dipagi-pagi Buta
68 65 - Mencari Tanaman Herbal
69 66 - Pertanyaan Tak Terduga
70 67 - Hutan Arwah
71 68 - Kekhawatiran
72 69 - Dua Makhluk Penghuni Hutan Arwah
73 70 - Dunia Lain
74 71 - Dunia Lain (2)
75 72 - Dunia Lain (3)
76 73 - Dark World
77 74 - Aray
78 75 - Atma
79 76 - Atma (2)
80 77 - Tatapan Meremehkan
81 78 - Kelinci Percobaan
82 79 - Ramuan Aneh
83 80 - Perubahan Kecil yang Tidak Disadari
84 81 - Hutang yang Harus Dibayar
85 82 - Malam Menenangkan
86 83 - Membuat Penawar
87 84 - Panggilan Dari Tetua
88 85 - Kejadian di Balai Istirahat
89 86 - Keadaan yang Mengkhawatirkan
90 87 - Kelompok Kelas Satu C
91 88 - Ujian Tertulis
92 89 - Bentang Alam Mimpi Amdara
93 90 - Bentang Alam Mimpi Amdara (2)
94 91 - Membuat Penawar (2)
95 92 - Membuat Penawar (3)
96 93 - Pil Aneh
97 94 - Pertandingan Antar Kelas (2)
98 95 - Arena Pertandingan
99 96 - Arena Pertandingan (2)
100 97 - Dua Pengendali Angin
101 98 - Keputusan
102 99 - Nada
103 100 - Arena Pertandingan (3)
104 101 - Arena Pertandingan (4)
105 102 - Arena Pertandingan (5)
106 103 - Saling Bantu
107 104 - Kejadian Di Balai Istirahat (2)
108 105 - Nada (2)
109 106 - Ketakutan
110 107 - Arena Pertandingan (6)
111 108 - Kekuatan Inay
112 109 - Tiga Kali Lolos
113 110 - Guru Aneh (2)
114 111 - Membuat Strategi
115 112 - Pertandingan Antar Kelompok
116 113 - Menjalankan Strategi Awal
117 114 - Serangan Dari Lawan
118 115 - Alam Bawah Sadar Milik Lasi
119 116 - Perlawanan Sengit
120 117 - Serangan Tidak Terduga
121 118 - Akhir Pertandingan
122 119 - Menganalisa Kekuatan Lawan
123 120 - Strategi Dirgan
124 121 - Sebelum Pertandingan
125 122 - Serangan Awal
126 123 - Babak Final
127 124 - Rencana Penyerangan
128 125 - Memainkan Strategi
129 126 - Kecurigaan
130 127 - Roh Hitam (2)
131 128 - Roh Hitam (3)
132 129 - Kedatangan Yang Ditunggu
133 130 - Menyerang Raja Roh Hitam
134 131 - Keinginan
135 132 - Merayakan Kemenangan
136 133 - Nenek Nian
137 134 - Mengubah Penampilan
138 135 - Sebuah Kebanggaan
139 136 - Menemui Tetua
140 137 - Keputusan
141 138 - Perjalanan Menuju Kediaman Tentu Haki
142 139 - Siluman Harimau Api
143 140 - Kekuatan Gabungan
144 141 - Teknik Penyerapan Kekuatan
145 141 - Melanjutkan Perjalanan
146 142 - Hutan
147 143 - Roh Hitam (4)
148 144 - Kondisi yang Mengkhawatirkan
149 145 - Shi
150 146 - Perjalanan Di Hutan (2)
151 147 - Tabir
152 148 - Teman-teman Amdara
153 149 - Bertemu Siluman Ular
154 150 - Irama Ketenangan
155 151 - Pengendali Jiwa Makhluk
156 152 - Akhirnya Sampai!
157 153 - Kebenaran yang Baru Terungkap
158 154 - Latihan Pertama
159 155 - Pemusatan Kekuatan
160 156 - Pertemuan Kedua
161 157 - Kemampuan Luar Biasa
162 158 - Kabar
163 159 - Di Hutan
164 160 - Daerah Barat
165 161 - Burung Phoenix
166 162 - Serangan Spiritual
167 163 - Sosok Misterius
168 164 - Siluman Rubah Merah
169 165 - Pelatihan Keras dari Dua Siluman
170 166 - Kekuatan Baru
171 167 - Berburu Bersama
172 168 - Pengetaman Permata Siluman
173 169 - Kembali
174 170 - Perubahan
175 171 - Perubahan II
176 172 - Pelatihan Tertutup
177 173 - Daerah Roh Hitam
178 174 - Daerah Roh Hitam II
179 175 - Daerah Roh Hitam III
180 176 - Daerah Roh Hitam IV
181 177 - Pelatihan Tertutup II
182 178 - Pelatihan Tertutup III
183 179 - Tetua Widya
184 180 - Penginapan
185 181 - Transaksi
186 182 - Melanjutkan Perjalanan
187 183 - Desa Igir
188 184 - Melawan Orang-orang Aliran Hitam
189 185 - Penyerangan
190 186 - Misi Selesai
191 187 - Mencari Informasi
192 188 - Seluring Putih
193 189 - Bocah Pengemis
194 190 - Bocah Pengemis (2)
195 191 - Negosiasi
196 192 - Transaksi II
197 193 - Penginapan II
198 194 - Raja Roh Hitam
199 195 - Raja Roh Hitam II
200 196 - Lima Belas Bintang Malam
201 197 - Pengendali Jiwa Makhluk II
202 198 - Irama Ketenangan II
203 199 - Dark World II
204 200 - Pengungkapan
205 201 - Penyerangan
206 202 - Penyerangan II
207 203 - Penyerangan III
208 204 - Yang Tidak Terduga
209 205 - Perasaan Sesal
210 206 - Pertemuan Teman Lama
211 207 - Yang Tidak Pernah Diharapkan
212 208 - Sesuatu Yang Tidak Terduga
213 209 - Aura Tidak Biasa
214 210 - Pertanyaan
215 211 - Tabir II
216 212 - Kita Teman
217 213 - Kita Teman II
218 214 - Sebuah Ikatan Erat
219 215 - Menuju Klan Ang
220 216 - Serangan Kejutan
221 217 - Sesepuh Klan Ang
222 218 - Kekuatan Klan Ang
223 219 - Kekuatan Mengerikan
224 220 - Kedatangan Tetua Haki
225 221 - Kesedihan Amdara
226 222 - Kepergian
227 223 - Kepergian II
228 224 - Dalam Perjalanan
229 225 - Sesuatu yang Tidak Terduga II
230 226 - Mimpi
231 227 - Melanjutkan Perjalanan
232 228 - Melewati Gunung
233 229 - Melewati Gunung II
234 230 - Melewati Gunung III
235 231 - Bukan Sosoknya
236 232 - Menyeberangi Laut Hitam
237 233 - Menyeberangi Laut Hitam II
238 234 - Siluman Naga Air
239 235 - Siluman Naga Air II
240 236 - Siapa Kau Sebenarnya?
241 237 - Sebuah Kabar
242 238 - Cerita Dari Naga Air
243 239 - Bukan Tanpa Alasan
244 240 - Mengambil Masalah III
245 241 - Sampai di Tempat Tujuan
246 242 - Kota Ujung Bumi
247 243 - Cerita dari Amdara
248 244 - Gadis Berambut Merah
249 245 - Serangan Tidak Terduga
250 246 - Pertandingan Dadakan
251 247 - Pertarungan
252 248 - Pertarungan II
253 249 - Pertarungan III
254 250 - Pertarungan IV
255 251 - Perubahan III
256 252 - Serangan Bayang Pencakar Jiwa
257 253 - Kekuatan Asing II
258 254 - Keberadaan Amdara
259 255 - Ketu
260 256 - Kekhawatiran
261 257 - Syarat
262 258 - Roh Hitam V
263 259 - Air Terjun
264 260 - Ai
265 261 - Ungkapan
266 262 - Kita Sama
267 263 - Permata Air
268 264 - Pencabutan Benang Merah
269 265 - Pencabutan Benang Merah
270 266 - Rencana Mereka
271 267 - Pencabutan Benang Merah III
272 268 - Aura Kegelapan
273 269 - Awal Mula
274 270 - Perang Dunia
275 271 - Perang Dunia II
276 272 - Perang Dunia III
277 273 - Perang Dunia IV
278 274 - Penyebab Kebangkitan Roh Hitam
279 275 - Dunia Manusia dalam Kehancuran
280 276 - Bentang Alam Mimpi Amdara III
281 277 - Kebahagian Sesaat
282 278 - Gadis Berambut Putih
283 279 - Ketidaktahuan Amdara
284 280 - Aura Mengerikan
285 281 - Aray II
286 282 - Pertemuan Tidak Terduga
287 283 - Pertanyaan
288 284 - Anak Iblis
289 285 - Pertemuan
290 286 - Jati Diri
291 287 - Bukan Luffy
292 288 - Serangan
293 289 - Hubungan
294 290 - Identitas
295 291 - Akhir
296 292 - Tidak Ada Kata Teman
297 293 - Cahaya Merah
298 294 - Kebenaran
299 295 - Dua Pilihan
300 296 - Hubungan
301 297 - Fakta
302 298 - Diluluhlantakkan
303 299 - Kehancuran
304 300 - Dunia Roh Hitam
305 301 - Dunia Roh Hitam II
306 302 - Berakhir
Episodes

Updated 306 Episodes

1
1 Misi Rahasia
2
2 - Masalah Besar
3
3 Tetua Haki
4
4 Bunga Teratai Penghisap Nyawa
5
5 Roh Hitam
6
6 Hukuman
7
7 Mengikuti Kelas Pertama
8
8 Murid-murid yang Aneh
9
9 Latihan Malam
10
10 Kekuatan Asing
11
11 Mengambil Masalah
12
12 Penindas Kecil
13
13 Berburu Roh Hitam
14
14 Ketua Kelas Dirgan
15
15 Pertandingan
16
16 Pertandingan 2
17
17 Pertandingan 3
18
18 Bocah Berambut Putih
19
19 Guru Aneh
20
20 Permainan
21
21 Permainan 2
22
22 Permainan 3
23
23 Permintaan
24
24 Raja Roh
25
25 Bocah Bertopeng
26
26 Perbincangan Para Tetua
27
27 Penarik Perhatian
28
28 Misi Pertama
29
29 Kejadian Tak Terduga
30
30 Kejadian di Penginapan
31
31 Nenek Penjual Jepit Rambut
32
32 Tawaran
33
33 Latihan
34
Pengumuman
35
34 Selendang Hitam
36
35 Pertemuan Tak Terduga
37
Pengenalan Tokoh
38
36 Krisis
39
37 Pengobatan
40
38 Di Awal Fajar
41
39 Mengambil Masalah 2
42
40 Satu Kesepakatan
43
41 - Malam Yang Terasa Panjang
44
42 - Menuju Ke Desa Bumi Selatan
45
43 - Desa Terpencil Tanah Mati
46
44 - Kejadian Tak Terduga (2)
47
45 - Makhluk Mengerikan
48
46 - Malam Mencekam
49
47 - Cerita Dari Kepala Desa
50
48 - Desa Bumi Selatan
51
48 - Desa Bumi Selatan
52
49 - Fakta Tersembunyi
53
50 - Kejanggalan
54
51 - Mayat Hidup
55
52 - Irama Kematian
56
53 - Kisah Yang Terkuak
57
54 - Teman Baru
58
55 - Kembali ke Akademi
59
56 - Sampai dengan Selamat
60
57 - Kembali ke Akademi (2)
61
58 - Persiapan Pertandingan Antar Kelas
62
59 - Pertandingan Antar Kelas Dimulai!
63
60 - Pertandingan Pertama
64
61 - Kedatangan Yang Ditunggu
65
62 - Kerja Sama Tim
66
63 - Awal Perubahan
67
64 - Dipagi-pagi Buta
68
65 - Mencari Tanaman Herbal
69
66 - Pertanyaan Tak Terduga
70
67 - Hutan Arwah
71
68 - Kekhawatiran
72
69 - Dua Makhluk Penghuni Hutan Arwah
73
70 - Dunia Lain
74
71 - Dunia Lain (2)
75
72 - Dunia Lain (3)
76
73 - Dark World
77
74 - Aray
78
75 - Atma
79
76 - Atma (2)
80
77 - Tatapan Meremehkan
81
78 - Kelinci Percobaan
82
79 - Ramuan Aneh
83
80 - Perubahan Kecil yang Tidak Disadari
84
81 - Hutang yang Harus Dibayar
85
82 - Malam Menenangkan
86
83 - Membuat Penawar
87
84 - Panggilan Dari Tetua
88
85 - Kejadian di Balai Istirahat
89
86 - Keadaan yang Mengkhawatirkan
90
87 - Kelompok Kelas Satu C
91
88 - Ujian Tertulis
92
89 - Bentang Alam Mimpi Amdara
93
90 - Bentang Alam Mimpi Amdara (2)
94
91 - Membuat Penawar (2)
95
92 - Membuat Penawar (3)
96
93 - Pil Aneh
97
94 - Pertandingan Antar Kelas (2)
98
95 - Arena Pertandingan
99
96 - Arena Pertandingan (2)
100
97 - Dua Pengendali Angin
101
98 - Keputusan
102
99 - Nada
103
100 - Arena Pertandingan (3)
104
101 - Arena Pertandingan (4)
105
102 - Arena Pertandingan (5)
106
103 - Saling Bantu
107
104 - Kejadian Di Balai Istirahat (2)
108
105 - Nada (2)
109
106 - Ketakutan
110
107 - Arena Pertandingan (6)
111
108 - Kekuatan Inay
112
109 - Tiga Kali Lolos
113
110 - Guru Aneh (2)
114
111 - Membuat Strategi
115
112 - Pertandingan Antar Kelompok
116
113 - Menjalankan Strategi Awal
117
114 - Serangan Dari Lawan
118
115 - Alam Bawah Sadar Milik Lasi
119
116 - Perlawanan Sengit
120
117 - Serangan Tidak Terduga
121
118 - Akhir Pertandingan
122
119 - Menganalisa Kekuatan Lawan
123
120 - Strategi Dirgan
124
121 - Sebelum Pertandingan
125
122 - Serangan Awal
126
123 - Babak Final
127
124 - Rencana Penyerangan
128
125 - Memainkan Strategi
129
126 - Kecurigaan
130
127 - Roh Hitam (2)
131
128 - Roh Hitam (3)
132
129 - Kedatangan Yang Ditunggu
133
130 - Menyerang Raja Roh Hitam
134
131 - Keinginan
135
132 - Merayakan Kemenangan
136
133 - Nenek Nian
137
134 - Mengubah Penampilan
138
135 - Sebuah Kebanggaan
139
136 - Menemui Tetua
140
137 - Keputusan
141
138 - Perjalanan Menuju Kediaman Tentu Haki
142
139 - Siluman Harimau Api
143
140 - Kekuatan Gabungan
144
141 - Teknik Penyerapan Kekuatan
145
141 - Melanjutkan Perjalanan
146
142 - Hutan
147
143 - Roh Hitam (4)
148
144 - Kondisi yang Mengkhawatirkan
149
145 - Shi
150
146 - Perjalanan Di Hutan (2)
151
147 - Tabir
152
148 - Teman-teman Amdara
153
149 - Bertemu Siluman Ular
154
150 - Irama Ketenangan
155
151 - Pengendali Jiwa Makhluk
156
152 - Akhirnya Sampai!
157
153 - Kebenaran yang Baru Terungkap
158
154 - Latihan Pertama
159
155 - Pemusatan Kekuatan
160
156 - Pertemuan Kedua
161
157 - Kemampuan Luar Biasa
162
158 - Kabar
163
159 - Di Hutan
164
160 - Daerah Barat
165
161 - Burung Phoenix
166
162 - Serangan Spiritual
167
163 - Sosok Misterius
168
164 - Siluman Rubah Merah
169
165 - Pelatihan Keras dari Dua Siluman
170
166 - Kekuatan Baru
171
167 - Berburu Bersama
172
168 - Pengetaman Permata Siluman
173
169 - Kembali
174
170 - Perubahan
175
171 - Perubahan II
176
172 - Pelatihan Tertutup
177
173 - Daerah Roh Hitam
178
174 - Daerah Roh Hitam II
179
175 - Daerah Roh Hitam III
180
176 - Daerah Roh Hitam IV
181
177 - Pelatihan Tertutup II
182
178 - Pelatihan Tertutup III
183
179 - Tetua Widya
184
180 - Penginapan
185
181 - Transaksi
186
182 - Melanjutkan Perjalanan
187
183 - Desa Igir
188
184 - Melawan Orang-orang Aliran Hitam
189
185 - Penyerangan
190
186 - Misi Selesai
191
187 - Mencari Informasi
192
188 - Seluring Putih
193
189 - Bocah Pengemis
194
190 - Bocah Pengemis (2)
195
191 - Negosiasi
196
192 - Transaksi II
197
193 - Penginapan II
198
194 - Raja Roh Hitam
199
195 - Raja Roh Hitam II
200
196 - Lima Belas Bintang Malam
201
197 - Pengendali Jiwa Makhluk II
202
198 - Irama Ketenangan II
203
199 - Dark World II
204
200 - Pengungkapan
205
201 - Penyerangan
206
202 - Penyerangan II
207
203 - Penyerangan III
208
204 - Yang Tidak Terduga
209
205 - Perasaan Sesal
210
206 - Pertemuan Teman Lama
211
207 - Yang Tidak Pernah Diharapkan
212
208 - Sesuatu Yang Tidak Terduga
213
209 - Aura Tidak Biasa
214
210 - Pertanyaan
215
211 - Tabir II
216
212 - Kita Teman
217
213 - Kita Teman II
218
214 - Sebuah Ikatan Erat
219
215 - Menuju Klan Ang
220
216 - Serangan Kejutan
221
217 - Sesepuh Klan Ang
222
218 - Kekuatan Klan Ang
223
219 - Kekuatan Mengerikan
224
220 - Kedatangan Tetua Haki
225
221 - Kesedihan Amdara
226
222 - Kepergian
227
223 - Kepergian II
228
224 - Dalam Perjalanan
229
225 - Sesuatu yang Tidak Terduga II
230
226 - Mimpi
231
227 - Melanjutkan Perjalanan
232
228 - Melewati Gunung
233
229 - Melewati Gunung II
234
230 - Melewati Gunung III
235
231 - Bukan Sosoknya
236
232 - Menyeberangi Laut Hitam
237
233 - Menyeberangi Laut Hitam II
238
234 - Siluman Naga Air
239
235 - Siluman Naga Air II
240
236 - Siapa Kau Sebenarnya?
241
237 - Sebuah Kabar
242
238 - Cerita Dari Naga Air
243
239 - Bukan Tanpa Alasan
244
240 - Mengambil Masalah III
245
241 - Sampai di Tempat Tujuan
246
242 - Kota Ujung Bumi
247
243 - Cerita dari Amdara
248
244 - Gadis Berambut Merah
249
245 - Serangan Tidak Terduga
250
246 - Pertandingan Dadakan
251
247 - Pertarungan
252
248 - Pertarungan II
253
249 - Pertarungan III
254
250 - Pertarungan IV
255
251 - Perubahan III
256
252 - Serangan Bayang Pencakar Jiwa
257
253 - Kekuatan Asing II
258
254 - Keberadaan Amdara
259
255 - Ketu
260
256 - Kekhawatiran
261
257 - Syarat
262
258 - Roh Hitam V
263
259 - Air Terjun
264
260 - Ai
265
261 - Ungkapan
266
262 - Kita Sama
267
263 - Permata Air
268
264 - Pencabutan Benang Merah
269
265 - Pencabutan Benang Merah
270
266 - Rencana Mereka
271
267 - Pencabutan Benang Merah III
272
268 - Aura Kegelapan
273
269 - Awal Mula
274
270 - Perang Dunia
275
271 - Perang Dunia II
276
272 - Perang Dunia III
277
273 - Perang Dunia IV
278
274 - Penyebab Kebangkitan Roh Hitam
279
275 - Dunia Manusia dalam Kehancuran
280
276 - Bentang Alam Mimpi Amdara III
281
277 - Kebahagian Sesaat
282
278 - Gadis Berambut Putih
283
279 - Ketidaktahuan Amdara
284
280 - Aura Mengerikan
285
281 - Aray II
286
282 - Pertemuan Tidak Terduga
287
283 - Pertanyaan
288
284 - Anak Iblis
289
285 - Pertemuan
290
286 - Jati Diri
291
287 - Bukan Luffy
292
288 - Serangan
293
289 - Hubungan
294
290 - Identitas
295
291 - Akhir
296
292 - Tidak Ada Kata Teman
297
293 - Cahaya Merah
298
294 - Kebenaran
299
295 - Dua Pilihan
300
296 - Hubungan
301
297 - Fakta
302
298 - Diluluhlantakkan
303
299 - Kehancuran
304
300 - Dunia Roh Hitam
305
301 - Dunia Roh Hitam II
306
302 - Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!