"Hei, dia memunculkan warna coklat!"
Dirgan berseru, dia menunjuk Amdara sambil berdiri. Amdara segera menarik tangannya dan menatap Guru Anehnya. Amdara sama sekali tahu arti warna coklat itu.
Di alat canggih yang dibuat guru kelas C, merupakan alat pendeteksi kekuatan di mana warna Gelap dilambangkan telah berada di Tingkat Tahap Pertama, warna Coklat di Tingkat Tahap Emas, warna Abu-abu di Tingkat Tahap Bumi, warna Orange di Tingkat Tahap Langit, warna Kuning di Tingkat Tahap Akhir dan warna Putih dilambangkan berada di Tingkat Tahap Akhir.
Di Negeri Nirwana Bumi berbeda nama tingkatan dengan Negeri Elang Bulan. Jika Amdara di Negeri Elang Bulan berada di Tingkat Ketiga Paruh Merah, maka dengan adanya warna coklat menunjukkan Amdara berada di Tingkat Tahap Emas dimana seharusnya Amdara masuk kelas A atau B.
"Ada apa?" Amdara bertanya pada Guru Aneh. Karena tidak tahu nama gurunya, Amdara memutuskan menyebut guru tersebut sebagai Guru Aneh.
"Kau berada di Tingkat Tahap Emas."
Guru Aneh menjelaskan warna-warna yang akan muncul pada alatnya dan tingkatan kekuatan. Harusnya Amdara tidak berada di kelas Satu C, melainkan kelas A atau B.
Guru Aneh sama sekali tidak mengetahui bakat Amdara, dia hanya mendengar bahwa akan ada murid baru di kelas C. Tidak disangka murid baru ini berbakat.
"Ini aneh. Kau berbakat. Tapi mengapa masuk kelas C?"
Amdara menggelengkan kepala. Dia juga tidak tahu mengapa mendapat kelas C. Jelas Guru Aneh merasa ada kesalahan.
"Apa dia akan pamer di kelas ini?"
Seseorang yang duduk di bangku belakang Inay dan Amdara itu terlihat tidak suka jika dilihat dari dia berbicara. Anak laki-laki itu bernama Aray, dia tidak menyukai cahaya semenjak lima tahun lalu.
"Huhuhu, kapan aku bisa pindah kelas? Huhuhu kelas ini muridnya memiliki kepribadian aneh."
Murid perempuan yang memiliki wajah sendu itu menangis. Dia memeluk lutut dan menenggelamkan wajah di antara lutut. Perkataannya membuat Amdara menaikkan sebelah alis.
"Diamlah, bocah cengeng! Selagi ada aku yang mempesona ini, kelas terbuang ini akan selalu memiliki pesona sendiri."
Ya, murid perempuan itu bernama Rinai. Dia sangat sering menangis tanpa alasan. Sementara orang yang menyahut ucapan Rinai adalah orang yang telah menggunakan topeng wajah jelek saat Amdara dan Inay memasuki kelas. Amdara dan Inay ingat betul orang itu.
Inay menatap tidak suka Atma yang kini memainkan rambut pendeknya di belakang Rinai.
"Yah, Atma benar. Ini memang kelas terbuang."
Ketua Kelas Dirgan menghembuskan napas panjang. Penghinaan dari murid lain dan guru membuat mereka putus asa. Rasa sakit mereka tidak bisa diluapkan karena tidak bisa menggunakan kekuatan. Dirgan menggebrak meja saking kesalnya sampai membuat Amdara dan Inay tersentak. Bagi murid-murid lain, mereka sudah lama mengenal kepribadian masing-masing. Jadi mereka terlihat biasa-biasa saja.
Anak perempuan yang tidak memiliki pupil mata tertawa keras, "Khakha, dia hanya bocah polos. Tidak tahu apa pun di dunia kejam ini."
Dia bernama Nada, sering tertawa cekikikan. Tiba-tiba saja Nada mengatakan hal tidak jelas, suaranya berbeda dari sebelumnya dan mengoceh dengan suara pria, nenek-nenek, dan bahkan anak kecil.
Amdara menahan napas, dia bahkan sulit melakukan mengubah suara sendiri. Tetapi anak perempuan itu bisa melakukan dengan mudah. Benar-benar kekuatan istimewa.
Amdara baru menyadari bahwa kelas ini berisi murid-murid dengan umur kisaran 13 sampai 15 tahun. Namun, mengapa mereka masih berada di kelas satu? Bukankah biasanya murid yang berumur 15 tahun sudah berada di kelas dua? Amdara memiliki banyak pertanyaan, tetapi sepertinya dia tidak tahu harus bertanya pada siapa setelah melihat wajah dan kepribadian mereka yang cukup ... aneh.
"Kelas terbuang, yah ...." Guru Aneh menunduk sambil mengepalkan tangan.
Aura sekitar menjadi berbeda. Suhu udara semakin dingin ketika Guru Aneh mengangkat tangan dan detik itu juga semua bangku melayang. Cahaya merah menghilang membuat ruang gelap terganti cahaya putih dari atas membuat Aray mengepalkan tangan kuat.
Inay hampir saja terjatuh jika dirinya tidak berpegangan pada bangku. Jantungnya benar-benar hampir copot jika dirinya terus berada di kelas aneh ini. Inay ingin segera pergi dari kelas. Tubuhnya bahkan gemetar terus sampai tidak bisa mengatakan apa-apa.
Guru Aneh menyuruh Amdara duduk kembali. Dia tahu kemampuan Amdara yang cukup hebat.
"Baiklah, ini saatnya pembelajaran ulang." Guru Aneh menurunkan bangku. Dia membuat sebuah kertas yang melayang di udara. "Ini dinamakan teknik dasar menggunakan kekuatan. Melayangkan benda."
Melayangkan benda bisa dari jarak dekat maupun jarak jauh tergantung penguasaan dan kekuatan. Teknik dasar ini biasanya mudah dilakukan oleh seseorang berkekuatan umur 5 tahun sekalipun. Namun, di sini berbeda.
Amdara dan Inay kebingungan saat pelajaran pertama ini adalah milik bocah kecil.
Guru Aneh menyebarkan kertas pada setiap murid dan kemudian memerintahkan mereka untuk melayangkannya.
Amdara dan Inay melakukannya dengan mudah, berbeda sekali dengan yang lain terlihat kesulitan.
Aray memunculkan kekuatannya berwarna hitam. Mencoba melayangkan benda tipis itu, tetapi sama sekali tidak bergerak. Bukan hanya dia semua murid kecuali Amdara dan Inay sama sekali tidak bisa melayangkannya.
Guru Aneh mendekati Aray. "Pusatkan kekuatan kalian pada benda, lalu coba layangkanlah."
Aray kembali mencoba dengan memfokuskan pikiran pengendalian kekuatan, perlahan kertas itu mulai melayang tetapi dalam sekejap hangus. Aray memukul meja, sangat kesal. "Sial, gagal lagi!"
Guru Aneh hanya mengembuskan napas panjang. "Konsentrasilah, kendalikan kekuatan kalian. Jika kalian tidak bisa mengendalikan kekuatan maka kekuatan itu yang akan mengendalikan kalian."
Yang dikatakan Guru Aneh memang benar. Seseorang yang memiliki kekuatan tetapi tidak bisa mengendalikannya maka akan menjadi masalah. Kekuatan sendiri dapat mengendalikan manusia jika manusia itu tidak bisa mengendalikannya. Bukan berarti kekuatan ini memiliki pikiran sendiri, hanya saja semakin tumbuh dewasa maka semakin banyak pula kekuatan yang akan meningkat. Perlunya pengendalian kekuatan dan belajar di sekolah Magic adalah hal paling tepat.
Amdara menoleh ke arah samping di mana Nada yang menutup mata seperti tengah berkonsentrasi. Tangannya menunjuk kertas, tetapi kertas itu sama sekali tidak bergerak. Sama halnya dengan Rinai yang tidak bisa melayangkan kertas, bergerak pun tidak.
Amdara jadi tahu sekarang kelas ini memang payah dan pantas mendapat julukan kelas terbuang sebab murid-muridnya sama sekali tidak menguasai teknik dasar.
"Guru, kenapa sulit sekali?!"
Atma mengembuskan napas kesal, dia memegang kertas itu. Guru Aneh lagi dan lagi mengembuskan napas. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah 5 tahun dia mengajar mereka tapi sama sekali tidak ada perkembangan. Benar-benar membuat Guru Aneh hanya bisa memendam kesal pada para Tetua yang tidak memberi sumber daya pada murid-muridnya.
Di sekolah Magic Awan Langit, yang mendapatkan sumber daya hanya murid yang menjalankan misi dan dari kelas A dan B. Sementara kelas C sampai sekarang tidak mendapatkan apa pun. Pernah Guru Aneh meminta sumber daya, tetapi para Guru lain protes karena murid Guru Aneh sangatlah payah dan tidak memiliki bakat.
"Tidak sulit."
Amdara berdiri dan berucap, membuat Guru Aneh, Atma, Aray dan yang lain menatapnya. Amdara melayangkan kertas di depannya kemudian mendaratkan pada bangku Aray.
"Kalian hanya perlu mengeluarkan kekuatan. Lalu salurkan pada kertas." Amdara menyalurkan kekuatan dan kemudian kertas itu melayang. "Tetap fokus pada penyaluran kekuatan. Kontrol kekuatan kalian agar tidak terlalu membuang kekuatan pada kertas agar tidak hancur."
Cahaya biru tipis mengelilingi kertas Amdara. Guru Aneh nampak tersenyum pahit, dia sudah lama mengajarkan ini tapi sampai sekarang belum ada yang berhasil.
"Hei, bagaimana kau menyalurkannya? Aku sama sekali tidak paham."
Dirgan bertanya pada Amdara yang sedikit tersentak. Pertanyaan barusan membuat Inay sampai membuka mulut.
"Mn? Apa kalian tidak belajar menyalurkan kekuatan?"
Amdara bertanya balik dengan tatapan datar. Dia terlihat berwibawa dan bijak saat berkata walaupun usianya lebih muda dari yang lain.
Aray memutar bola mata, di pandangannya Amdara hanyalah bocah yang sedang pamer kekuatan sama sekali tidak menarik.
"Guru pernah mengajarinya. Khakhaa, tapi kami tidak paham sama sekali," ucap Nada menunduk.
Ada yang membuat Amdara bingung sekarang. Biasanya seseorang dapat mengaktifkan kekuatan ketika masih berumur 5 tahun. Jika mereka yang tidak bisa mengeluarkan kekuatan, maka yang dipikirkan Amdara sekarang hanyalah ada yang tidak beres dengan tubuh mereka.
"Guru, apa mereka memiliki segel dalam tubuh?"
Pertanyaan Amdara membuat Guru Aneh, Inay, Aray, Atma, dan yang lain tersentak bukan main. Bahkan Dirgan sampai menahan napas mendengarnya. Selama ini mereka tidak berpikir demikian, hanya berpikir mereka adalah manusia payah yang sama sekali tidak memiliki kekuatan.
Guru Aneh berdehem. "Aku tidak berpikir demikian. Kupikir mereka memang sulit diajari ...."
Melihat respon Guru Aneh, membuat Amdara mengembuskan napas. Amdara kemudian meminta maaf karena berbicara asal, membuat Aray dan yang lain mengembuskan napas lega, jika memang ada segel seharusnya Guru Aneh juga tahu sejak lima tahun lalu.
Guru Aneh kemudian menjelaskan. "Setiap manusia memiliki kekuatan, dalam diri kalian ada sebuah kekuatan. Hanya saja kalian tidak tahu cara mengaktifkannya."
Guru Aneh mulai gelisah, jika yang dikatakan bocah baru itu benar, maka ini akan menjadi masalah besar.
Aray dengan wajah kesalnya berkata, "itulah sebabnya kami sekolah di sini, Guru! Ck, tak kusangka sekolah selama ini pun tidak ada kemajuan."
Dirgan, Atma, Rinai, Nada dan murid yang lain telah putus asa sejak lama. Mereka masuk kelas hanya untuk bertemu teman dan menghilangkan kebosanan.
Inay berdiri dan tersenyum mengejek. "Kalian payah sekali. Padahal Luffy lebih muda dari kalian, tapi kalian sama sekali tidak bisa melakukan hal kecil."
Aray membulatkan mata, dia menatap tajam Inay sambil mengepalkan tangan kuat. Perkataan Inay barusan membuat Aray tersinggung, dia masih bisa menahan kemarahannya.
Rinai mendengar perkataan Inay langsung meneteskan air mata, dia memeluk lutut erat. "Huhuhu, ini sulit. Kau tidak merasakan penderitaan kami. Huhuhu."
Atma memukul meja keras membuat semua orang menatap terkejut. Dia menunjuk Amdara dengan tatapan marah. "Kau si bocah pamer! Pergi ke kelas lain sana! Kau tidak pantas di kelas terbuang ini!"
Ucapan Atma diangguki oleh Nada, Dirgan, dan murid yang lain. Mendengar perkataan Inay, membuat mereka marah dan sedih. Memang apa salahnya belum bisa mengaktifkan kekuatan?! Mereka selama ini sekolah di sini untuk belajar kekuatan, tetapi jika memang belum bisa lalu apakah Inay harus mengejek?!
Di sisi lain Guru Aneh mengepalkan tangan kuat. Dia sebagai guru kelas ini merasa tidak becus membantu murid-murid. Perkataan Inay sungguh membuatnya merasa tidak layak jadi guru.
Amdara masih tetap tenang. Dia tahu mereka marah karena ucapan Inay tetapi bagaimana pun dirinya tidak bisa pindah kelas.
"Tetua menyuruh kami berada di kelas ini."
Inay menoleh, dia menepuk pundak Amdara. Inay juga kesal karena Atma yang telah mengusir mereka untuk pindah kelas. Dirinya menatap tidak suka Atma dan yang lain.
"Luffy, seharusnya kita memang tidak berada di kelas ini! Kita memiliki kemampuan lebih dari mereka! Ayo, kita pergi dan protes pada Tetua!"
Inay menarik lengan Amdara tetapi bocah berambut putih itu tidak bergerak sama sekali.
"Tidak." Amdara melepas tangan Inay. "Bagaimana Kak Nana tahu kita memiliki kemampuan lebih dari mereka?"
Inay terkejut, dia lalu menunjuk murid-murid dengan kesal dan tatapan tidak suka.
"Mereka tidak bisa mengeluarkan kekuatan! Mereka payah! Pantas berada di kelas ini!" Inay berteriak keras.
Namun, Amdara tetap kekeuh dengan pendiriannya yang tidak akan pergi meninggalkan kelas C ini. Dirinya ingat dengan tujuannya, Amdara tidak akan membuat masalah lagi kecuali jika ada yang menyeretnya ke sumber masalah.
"Mereka hanya belum mengaktifkan kekuatan. Bukan berarti tidak bisa mengaktifkannya."
Amdara bersikukuh tidak meninggalkan kelas. Dirinya berpikir bahwa Tetua sengaja mengirim mereka ke kelas ini karena Amdara dan Inay adalah penyusup. Kekuatan mereka yang dilihat sebelumnya hanya sebuah ejekan, karena Amdara dan Inay terlihat lemah dari murid sekolah Akademi Awan Langit yang jauh lebih kuat dan memiliki keistimewaan dalam diri masing-masing.
Amdara tahu ketika dirinya berada di atap asrama, mendengar seseorang tengah bergosip mengenai dirinya dan Inay yang akan dimasukan ke kelas buruk dan tentunya sebelum kedatangan Mega.
Amdara menunduk sambil mengepalkan tangan kuat. Entah mengapa ketika dia diperlakukan seperti ini, rasanya sakit. Berbeda sekali dengan berada di Organisasi Elang Bulan.
*
*
*
Di danau yang tidak terlalu dalam dekat hutan berdaun putih. Danau itu dikelilingi hutan. Suasana tenang membuat seseorang menghirup udara dengan lebih rileks. Pikirannya seketika lebih ringan, ditambah wajahnya segar karena air danau.
Orang itu memutar tangan dan seketika pakaian kotor bersih karena air yang membilas di atas danau. Air terus mengelilingi banyaknya pakaian tersebut sampai benar-benar bersih. Orang tersebut mengeluarkan kekuatan angin untuk mengeringkan pakaian yang masih melayang.
Dia menyenderkan kepala pada pohon. Tangan kanannya masih mengendalikan angin, sedangkan tangan satunya dia angkat untuk mengendalikan air. Angin yang menyatu dengan pakaian berputar-putar membentuk beliung kecil, tetapi tidak sampai menerbangkan dedaunan pohon. Pakaian yang melayang juga tidak terbang ke mana-mana.
Air yang dikendalikan berada di samping angin, air tersebut melayang dan membentuk sebuah lingkaran, tetapi langsung terjatuh. Beberapa kali mencoba kembali, air tersebut akhirnya bisa melayang memutar.
"Mn, apa bisa berubah elemen?"
Orang itu tidak lain adalah Amdara yang bisa mengendalikan angin. Dia sekarang tengah mencoba mengendalikan air walaupun sulit.
Pakaian yang kering lebih cepat akibat kekuatan angin, Amdara segera melipat rapih kemudian memasukan semua pakaian ke dalam cincin ruang.
Cincin ruang adalah benda yang memiliki ruang sebesar 9 meter paling kecil, dan 50 meter paling besar. Cincin ruang hanya dimiliki beberapa orang saja karena harganya yang sangat mahal dan jarang ditemukan. Cincin ini memang kecil, tetapi bisa menampung bangak barang dengan memakainya dapat melihat ruang tersebut tetapi tidak bisa melihat ketika tidak memakainya.
Setelah kelas selesai, dia diberikan tugas membersihkan pakaian, sedangkan Inay pergi ke dapur. Perdebatan antara Amdara dan Inay di kelas dilerai oleh Guru Aneh yang mematikan cahaya dan langsung meledakkan alat pengukur kekuatan. Pada akhirnya Amdara memilih tetap di kelas C, dan Inay mengikuti Amdara setelah mendengar penjelasan Amdara.
Amdara kemudian memfokuskan pikiran, kedua tangannya mengendalikan dua elemen berbeda. Dirinya baru saja mendapatkan ide bagus. Air yang melayang di udara kemudian membentuk lingkaran yang langsung mencoba mendekati elemen angin tetapi tidak bisa disatukan. Seoalah angin memiliki pelindung agar air tidak bisa menyentuhnya.
Amdara menarik napas dalam sebelum memutar kedua elemen itu seperti tengah saling mengejar. Sama sekali tidak menyentuh satu sama lain. Amdara menjatuhkan air, elemen angin berputar sepeti beliung kecil yang perlahan turun ke bawah membuat pusaran angin di dalamnya tanpa ada air yang mendekat. Seperti dugaan Amdara, angin dan air sulit disatukan.
Tiba-tiba saja ada sesuatu yang tertarik ke dalam pusaran angin di bawah danau. Namun, Amdara tidak melihat dengan jelas karena yang terlihat dalam matanya adalah pakaian putih.
Air yang semula biasa-biasa saja mendadak seperti ada kilatan petir dari dalam dan elemen angin Amdara langsung lenyap begitu saja. Amdara langsung berdiri, melihat ke danau untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Amdara menaikkan sebelah alis ketika seseorang tiba-tiba muncul tepat di tengah pusaran angin Amdara sebelum lenyap. Orang itu menutup mata, Amdara dapat melihat aliran listrik pada air cukup luas tetapi orang tersebut tidak terkena listrik. Orang yang berumur 14 tahun itu langsung membuat air danau berguncang hebat mengakibatkan Amdara segera melayang menjauh air yang terkena listrik itu.
Karena tidak merasakan adanya bahaya, Amdara masih diam melihat laki-laki itu. Amdara pernah melihatnya ketika dia tengah membersihkan halaman sekolah pagi tadi. Jelas laki-laki itu memang dia!
Laki-laki itu tidak lain adalah Cakrabuana yang tengah melakukan latihan pernapasan di air. Cakra membuka mata, tatapan matanya tertuju pada seseorang yang melayang menatap balik.
"Mn?"
Cakra ingat dia pernah ditolong oleh bocah laki-laki itu, dan dirinya belum berterima kasih. Cakra sebenarnya cukup terkejut dan tidak menyangka bahwa orang itu memakai seragam yang sama dengannya, ternyata bocah itu merupakan murid baru sekolah Akademi Magic Awan Langit.
Amdara memang terlihat seperti laki-laki walaupun memakai pakaian sekolah Akademi Magic Awan Langit. Cakra baru tahu bahwa anak perempuan itu adalah murid sekolah ini.
Cakra berdiri, lalu berjalan di atas air menuju darat dengan tenang. Melihat hal itu membuat Amdara menahan napas, dia bahkan tidak pernah berjalan di atas air karena lebih sering melayang.
Cakra terbang di depan Amdara, dia memberi hormat yang dijawab hormat kembali oleh Amdara.
"Tuan--"
"Aku perempuan."
Amdara memotong ucapan, dia menatap dingin Cakra.
Cakra tersentak, dia mengira bahwa orang di depannya adalah laki-laki. Namun, mendengar perkataan barusan membuat Cakra berdehem menghilangkan kegugupannya. Cakra kemudian meminta maaf karena dia salah memanggil. Bocah laki-laki itu kemudian mengucapkan terima kasih pada Amdara yang telah menyelamatkan dirinya dari serangan dahsyat beberapa minggu lalu.
Amdara hanya mengatakan, "bukan masalah."
Keduanya diam tanpa berniat berbicara kembali. Amdara undur diri, dirinya pergi menemui Inay.
Cakra mengembuskan napas pelan. Bibirnya melengkung tipis saat mengingat ucapannya sendiri yang memalukan. Telinganya sekarang bahkan memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments