"Luffy, kau ...!"
Amdara tidak lagi memerhatian Inay dan yang lain, dia hanya melihat Mega yang sekarang menjadi orang yang mengawasi gerobak berisi taruhan banyak murid. Gerobak Bena hampir penuh, sedangkan gerobak Amdara hanya terisi 10 keping emas ditambah 30 keping emas dari Mega. Berbedaan yang signifikan.
"Baiklah. Sekarang kita mulai pertandingannya!"
Guru Ghana terbang dan menjauh dari dua peserta yang sudah memberi hormat dan bersiang bertarung.
"Heh, kau akan kehilangan dua puluh keping emasmu." Bena berucap sinis.
"Mn, lihat saja nanti."
Amdara melayang menjauh dan kemudian tangannya terangkat, sebuah angin biru kecil muncul lalu melesat ke arah Bena. Angin itu seketika membesar menjadi angin ****** beliung yang terus mengejar Bena yang menghindar.
Bena berdecak kesal karena Amdara cepat menyerang, Bena menciptakan perisai pelindung dan berusaha terus menghindar sambil mencari titik menyerang Amdara karena ketika Bena akan mendekat ke arah Amdara, angin ini selalu menghalanginya.
"Tidak ada cara lain."
Bena memutar tangan kanan, memunculkan api besar di tangannya dan ketika itu langsung melesat ke arah Amdara.
Amdara langsung menghindar, dan serangan Bena menabrak tanah menghasilkan lubang besar. Akibat ketidakfokusan Amdara barusan, angin ****** beliung miliknya tiba-tiba saja lenyap entah bagaimana.
Bena langsung membuat jurus, kali ini dia menggunakan kekuatannya untuk membuat hujan api di lapangan.
Semua orang terkejut, hujan api buatan Bena membuat Amdara kesulitan menghindar ditambah api itu sangatlah panas walaupun Amdara telah menggunakan perisai pelindung.
Lapangan hijau itu langsung terbakar hangus ketika bersentuhkan dengan hujan api Bena.
"Luffy, di belakangmu ...!"
Inay berteriak keras melihat ada api yang menyentuh rambut Amdara. Rambut Amdara terbakar tetapi langsung padam menggunakan kekuatan Amdara.
Perisai pelindung Amdara langsung pecah karena api, Amdara segera membuat perisai pelindung ulang.
Bena masih melayang di udara, dia melihat lawan yang kesusahan menghindar dari hujan api. Walaupun tidak terlalu banyak, tetapi hujan api miliknya sangatlah panas.
"Haha, sudah kubilang, kau akan kalah dalam satu serangan!"
Bena tertawa, di tangannya ada bola api besar. Dia berniat melesatkannya pada Amdara ketika waktunya tiba.
Tawa Bena seketika berhenti saat hujan api tiba-tiba saja berbalik arah karena angin ****** beliung biru.
"Apa yang terjadi?!"
Hujan api yang sebelumnya mengarah pada Amdara, sekarang malah seakan melayang ke arahnya tanpa padam.
Bena cepat menghindar tetapi hujan api miliknya malah terus mengikutinya. "Sialan!"
Bena menghentikan penggunaan jurus hujan api, tetapi sekarang harus berurusan dengan angin besar di hadapannya. Ketika Bena akan melakukan serangan, saat itu juga Amdara segera kembali berlari menuju Bena yang tidak jauh darinya dan langsung melancarkan serangan secara beruntun. Bocah berambut putih itu menggunakan elemen air membentuk sebuah pedang yang langsung melesat ke arah Bena dari bawah.
Para penonton berteriak melihat kaki Bena hampir tertusuk pedang. Namun, kepekaan Bena jauh lebih besar. Akan tetapi karena harus menghindari serangan kejutan Amdara berupa pedang, Bena langsung terpental ketika angin Amdara berubah menjadi sebuah papan besar.
BAAM!
Debaman keras terjadi, membuat para penonton tersentak. Mereka tidak menyangka Amdara dapat membuat Bena terpental jauh.
Amdara melayang, napasnya tidak teratur akibat menggunakan kekuatan banyak. Dirinya perlahan mulai menyerap kekuatan alam.
Wajah tenangnya membuat Guru Ghana yang memperhatikan cukup kagum. Dilihat dari pertarungan barusan, Amdara seperti telah memiliki banyak pengalaman di usia begitu muda.
Lawan Amdara mengepalkan tangan, tatapannya tajam menusuk ke arah Amdara. Entah disengaja atau tidak Amdara seperti memberi waktu Bena untuk kembali menyerang dibanding Amdara sendiri yang menyerang seperti sebelumnya.
"Sialan kau! Matilah ...!"
Bena melesat dan mengeluarkan bola api sebanyak seratus dengan ukuran sebesar kepala orang dewasa.
Amdara segera membuat perisai pelindung dan menghindari serangan. Namun, agaknya itu tidaklah cukup. Amdara segera mengeluarkan kekuatan elemen air membuat bola air sama seperti milik Bena sebanyak lima puluh dan membuat dinding besar mencegah serangan bola api.
BAAM!
Ledakan besar kembali terjadi, bola api Bena dan bola air Amdara meledak bersamaan.
Para penonton tercengang, dan segera membuat perisai pelindung saat dahsyatnya ledakan itu. Begitu juga Inay langsung membuat perisai pelindung menggunakan rambutnya mengelilingi teman-temannya.
"A-aku tidak y-yakin akan s-selamat jika yang be-be-bertarung itu adalah a-aku."
Atma berbicara terbata-bata, ini pertama kalinya melihat pertarungan besar. Jantungnya berdegub begitu kencang sama seperti Dirgan, Nada, Rinai dan yang lain.
"Luffy, apa kau baik-baik saja?"
Inay mengeratkan kepalan tangan, dia sangat mencemaskan Amdara saat ini.
Kali ini bukan hanya debaman keras tetapi juga petir menyambar di mana-mana. Serangan bola api nyasar tepat di pelindung rambut Inay. Rambut Inay langsung terbakar, membuat semua orang terkejut.
Guru Ghana yang melihatnya segera menyemburkan air dari tangan untuk menghentikan api pada rambut Inay.
Rambut Inay terbakar hampir ke kepala, tetapi syukurlah ada yang menolong. Walaupun Inay memiliki kekuatan, tetapi bukan berarti bisa mengeluarkan sesuatu yang diinginkan dengan cepat. Karena pada hakikatnya setiap orang memiliki kemampuan dan ciri khas kekuatan sendiri.
"H-hah, rambutku ...."
Inay ingin sekali menangis, bau dari rambutnya menyeruak. Namun, belum selesai dirinya berbicara serangan nyasar kembali terjadi. Kali ini sebuah bola air.
Inay membelalakkan mata dan segera membuat perisai pelindung yang tidak menggunakan rambut. Inay melindungi semua teman kelas c yang berada di jangkauannya. Namun, perisai itu hampir retak ketika mendapat serangan nyasar dari bola air. Untung saja ada orang yang memeperkuat pelindung Inay, entah siapa itu.
Duel ini semakin menarik, dan semakin sengit pula. Beberapa murid nampak berdecak kagum. Tidak menyangka Amdara bisa mengimbangi Bena. Bena sudah masuk ke Tingkat Tahap Bumi, berada di tingkat di atas Amdara. Walaupun hanya berada di satu tingkatan lebih unggul, tetapi jarak kekuatannya harusnya lebih besar. Melihat kekuatan Amdara dan Bena hampir setara membuat Guru Ghana mengerutkan dahi.
Beberapa murid menggunakan perisai pelindung dan langsung menghindar saat ada serangan nyasar.
"Ini sudah melampaui batas!"
"Serangan mereka benar-benar dahsyat."
"Lihat! Bocah rambut putih itu terpental!"
Semua pandangan langsung terarah pada bocah berambut putih yang terpental dua puluh meter, dengan tangan dan kaki mengeluarkan darah.
BAAM!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments