Rambut Inay langsung terbakar, tetapi dipadamkan oleh air milik Amdara dengan cepat. Amdara menusuk Roh Hitam lebih cepat hingga Roh Hitam tidak bisa menghindar.
Roh Hitam merubah wujud menjadi asap, serangan Amdara barusan tidak berpengaruh padanya.
Amdara kembali melesatkan serangan beruntun menggunakan elemen air. Namun, sama seperti sebelumnya Roh Hitam itu sama sekali tidak terpengaruh dan semakin gencar melawan.
"Dia Roh Hitam yang kuat!"
Inay langsung menggunakan rambutnya melilit tubuh Roh Hitam dan untungnya berhasil. Rambut Inay selain bisa menangkap angin, awan, dan api juga dapat menangkap Roh Hitam yang kekuatannya tidak di atas Inay.
Groaaa!
Roh Hitam memberontak, tetapi langsung dibanting oleh rambut Inay beberapakali. Kesempatan tersebut langsung digunakan Amdara untuk melakukan jurus pamungkas dari Organisasi Elang Bulan.
"Jurus Elang Abadi Pemusnah Roh ...!"
Cahaya emas membentuk pola elang di bawah Roh Hitam muncul dan menangkap Roh Hitam dengam cepat.
Roh Hitam berteriak seperti kesakitan, dia memberontak saat cahaya emas langsung melahap dirinya. Api berkobar setelah lenyapnya Roh Hitam.
Amdara dan Inay mengembuskan napas lega, memang sulit menghadapi Roh Hitam tetapi mereka bisa melakukannya.
"H-hah, yang tadi itu hampir saja ...."
Inay jatuh dengan kekuatannya yang berkurang banyak, dia kelelahan dan ingin memulihkan diri secepatnya.
Amdara juga sama, keduanya memilih istirahat sejenak sebelum kembali. Berburu roh kali ini pertama di Negeri Nirwana Bumi. Entah ada berapa banyak lagi Roh Hitam yang bersembunyi.
Amdara merasakan kekuatan murni mengalir pada tubuh, karena kekuatan murni begitu melimpah, regenerasi tubuh pun menjadi luar biasa.
Inay sendiri tertidur untuk memulihkan tubuh, regenerasi dia sangat lambat.
Amdara membantu menyalurkan kekuatan pada tubuh Inay agar cepat pulih. Perasaan Inay jadi lebih baik setelah mendapat bantuan Amdara.
Inay membuka mata, dia menarik napas dalam. "Kau memang luar biasa, Luffy."
Keduanya memilih pergi ke pasar kembali sebelum ke asrama. Amdara ingin membeli makanan untuk sarapan, dan makan siang selama seminggu. Inay menyetujui, dia juga ingin membeli sesuatu yang lain.
*
Rutinitas pagi seperti biasa, murid-murid sekolah Akademi Magic Awan Langit berbondong-bondong pergi ke Balai Istirahat, tempat di mana mereka sarapan juga. Di saat seperti ini asrama akan sepi, hanya beberapa murid yang masih berada di asrama.
Pagi ini Inay sudah duduk di kursi kamar Amdara sambil memakan daging panggang yang semalam mereka beli. Amdara menggunakan cincin ruang untuk menyimpan makanan semalam agar tidak busuk. Cincin ruang ini juga bisa menghentikan waktu di dalamnya, bahkan makananpun dapat bertahan selama mungkin.
Amdara melihat keluar jendela, pemandangan begitu tenang. Taman bunga begitu indah di asrama putri. Dirinya belum melihat semua gedung di sekitar. "Aku akan berkeliling."
Amdara berkata sambil menoleh ke arah Inay yang masih sibuk sarapan. Mulut Inay penuh daging itu terlihat lucu. Inay hanya mengangguk sebagai jawaban, dia lebih mementingkan perut untuk pagi ini.
Amdara terbang dari jendela, melihat dengan terbang tinggi pemandangan di bawah jauh lebih indah. Amdara melihat ada pembatas air antara asrama putra dan putri.
Saat melewati hutan buatan, Amdara terbang di atas melihat seseorang tengah melakukan latihan.
Amdara dapat melihat Balai Hukuman, dia mendarat di salah satu gedung tinggi. Murid-murid masuk ke Balai Istirahat, awalnya Amdara mengira itu tempat untuk makan melihat ada beberapa murid yang keluar membawa makanan.
Dari atas, Amdara melihat Ketua Kelas Dirgan tengah didorong oleh anak laki-laki berusia 16 tahun di depan Balai Istirahat. Nampak tengah berdebat, sampai mereka saling berteriak.
"Aku juga murid di sini!"
Dirgan maju selangkah, dengan berteriak keras hingga beberapa murid mulai menonton.
Murid laki-laki yang lebih tinggi dari Dirgan berdecih, dia mendorong keras Dirgan sampai jatuh.
"Tapi kau dari kelas terbuang itu! Kau tidak berguna! Lemah! Apa pantas mendapat sarapan?!"
Semua yang mendengar hanya diam, bahkan ada yang menahan tawa. Mereka tahu siapa Dirgan, seorang Ketua Kelas C. Kelas anak-anak lemah tidak berguna. Kelas yang selalu menjadi bahan bulian dan penghinaan, dan kelas paling buruk di pandangan mereka.
Dirgan mengepalkan tangan, tatapan dia tajam ke arah murid-murid yang menonton. Penghinaan ini tidak hanya terjadi hari ini, sebelumnya dia selalu mendapatkan hal serupa. Memangnya kenapa jika dia dan teman-teman belum bisa menggunakan kekuatan? Memang kenapa jika mereka berada di kelas C?! Ck, Dirgan benar-benar telah muak dengan semua ini.
"Hei, kenapa kau melotot ke arahku?!"
Dada Dirgan diinjak keras, Dirgan mencoba menyingkirkan kaki itu tetapi sulit karena tidak memiliki kekuatan. Tenaganya sekarang hanya tenaga biasa.
"Singkirkan kakimu!"
Walaupun Dirgan berusaha keras, tetapi Senior itu malah tertawa melihat Dirgan yang kesulitan menyingkirkan kakinya.
"Lihat, kau bahkan tidak bisa---"
Dugh!
Tiba-tiba saja dada Senior tersebut ditendang begitu keras sampai terpental tiga meter. Seseorang mendarat di depan Dirgan dengan tenang. Hal barusan membuat murid-murid yang lain tersentak termasuk Dirgan.
Anak berambut putih diikat itu berwajah datar saat Senior itu terbatuk-batuk saking sakitnya.
"Sialan! Berani sekali kau menendangku ...!"
Senior bernama Bena itu langsung berdiri dan menatap tajam orang yang baru saja menendang dadanya.
"Berani sekali Senior menindas Ketua Kelas."
Orang yang berwajah datar itu tidak lain dan tidak bukan adalah Amdara. Dia kesal karena Ketua Kelas ditindas dan dihina. Amdara bisa saja menggunakan kekuatannya untuk menciptakan angin, tetapi akan membahayakan yang lain.
Dirgan tersentak ketika Amdara teman sekelasnya dengan berani membela dia di hadapan senior. Padahal Amdara hanya anak kecil, perempuan pula. Selama ini tidak ada orang yang mau menolong. Bahkan itu guru-guru sendiri selain Guru Aneh.
"Jadi kau murid kelas C?"
Bena menaikkan sebelah alis saat mendengar penuturan Amdara barusan. Dia melihat kemampuan Amdara walaupun sangat sedikit, tetapi mengapa murid seperti ini masuk kelas C?
Amdara hanya diam, tatapannya masih datar. Ketenangan ini malah membuat Bena bertambah kesal, berani sekali ada bocah yang meremehkannya?!
"Bocah! Kau baru saja menendangku, pantas mati!"
Bena tidak peduli Amdara hanya anak berumur 11 tahun, dia telah diremehkan dan banyak murid-murid yang melihat, bagaimana bisa dirinya dikalahkan begitu saja?!
Bena baru saja akan melesatkan serangan saat tiba-tiba dicegah oleh seorang guru. Semua yang melihat tersentak, mereka serentak memberi hormat termasuk Dirgan dan Amdara.
"Kalian ingin bertarung di sini?"
Guru bernama Ghana itu menatap Bena dan Inay secara bergantian. Dia cukup kagum dengan keberanian bocah perempuan ini yang masih terlihat tenang.
"Guru, dia menendangku duluan." Bena menunjuk Amdara kesal.
Amdara mengembuskan napas. "Kau menindas Ketua Kelas duluan."
"Lalu apa urusannya denganmu?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments