Bunga Teratai Penghisap Nyawa yang dibuat oleh Padma untungnya tidaklah sempurna. Hanya dapat mengeluarkan taring dan menyedot kekuatan spiritual seseorang. Walaupun begitu tetap saja nyawa bocah yang telah terhisap dalam bahaya. Jika saja jurus ini sempurna, maka tidak hanya mengeluarkan taring di dalam, jarum-jarum akan berfungsi sebagai penghancur tubuh dan ada juga racun mematikan.
Cara penyelamatannya juga berbeda dan memiliki cara rumit tersendiri. Jika sampai salah, maka nyawa yang akan melayang.
Tetua Haki perlahan menyatukan kedua tangan, sebuah aliran kekuatan murni di sekeliling berkumpul. Dia akan melakukan teknik tertentu agar bunga itu dapat mekar kembali dan mengeluarkan bocah berambut putih yang tidak lain adalah Amdara. Memang tidak yakin Tetua Haki dapat melakukannya sebab pembukaan bunga ini tidaklah mudah bagi dirinya walaupun dia seorang Tetua.
Tetua itu masih tidak tahu siapa yang telah membuat bunga Teratai Penghisap Nyawa. Yang pasti nyawa di dalam bunga itu harus cepat diselamatkan.
Tetua Haki menjelaskan pada Inay bahwa temannya terperangkap dalam bunga itu. Mendengarnya membuat Inay terkejut bukan main dan bertindak gegabah, untung saja Tetua Haki segera menghentikan. Tetua Haki tidak mengatakan kondisi tubuh Amdara. Entah akan seperti apa reaksi Inay ketika nanti dia berhasil mengeluarkan Amdara.
"Teknik Pembuka Segel."
Sebuah cahaya putih muncul seketika dari atas membentuk sebuah segitiga pola kuno, bunga Penghisap Nyawa itu bergetar hebat dan asap hitam keluar dari dalam saat segel pola yang dibuat Tetua Haki turun dan mengurung bunga Teratai Penghisap Nyawa. Getaran hebat itu membuat taring-taring di dalam bunga kembali menusuk tubuh Amdara.
"Ada yang aneh. Ada Aura gelap yang sangat pekat."
Sebelumnya Tetua Haki memang tidak merasakan aura aneh. Namun, setelah dia memfokuskan pikiran, dia dapat merasakan ada aura gelap di dalam. Tetua Haki mencoba memberikan kekuatannya pada Amdara yang berada di dalam bunga untuk mempertahankan inti spiritual bocah itu.
Inti spiritual atau yang disebut inti dari kehidupan seseorang yang memiliki kekuatan berada di tengah-tengah tubuh berbentuk bulat sekitar 5cm. Inti ini bisa dikatakan menyimpan kekuatan seseorang. Ketika kekuatan yang berada di inti spiritual habis maka orang itu akan merasakan lemas tidak berdaya dan orang itu harus segera mengisi ulang kekuatan dengan menyerap kekuatan alam secara langsung, bantuan dari teman, atau menyerap tumbuhan ataupun benda lain yang memiliki kekuatan.
Inti spiritual setiap orang berbeda-beda warna tergantung kekuatan sendiri. Inti spiritual Amdara sendiri berwarna putih susu.
Inay juga dapat merasakan ada aura gelap dari dalam bunga itu. Aura yang sangat familiar dengannya ketika berada di sekte. Tidak salah lagi, aura ini adalah aura Roh Hitam yang sangat pekat.
Blaaar!
Petir menyambar seketika yang muncul dari bunga Teratai Penghisap Nyawa. Segera Tetua Haki membuat pelindung untuk dirinya dan Inay. Bunga raksasa itu tambah bergetar hebat dan sama sekali tidak mau terbuka.
"Tetua, kenapa bunganya tidak mekar? Bagaimana kondisi adikku?!"
Inay tentu sangat mengkhawatirkan Amdara. Jika saja dia datang tepat waktu menyelamatkan Amdara, kejadian ini tidak akan terjadi!
Keringat dingin muncul di dahi Tetua Haki. Dia merasakan detak jantungnya berdetak lebih keras. Dirinya baru saja mengetahui ada Roh Hitam di dalam bunga Teratai Penghisap Nyawa. Jika dirinya memaksa membuka bunga itu, bukan tidak mungkin Roh Hitam malah akan menyerang Amdara. Tetua Haki tidak mungkin menyerang Roh Hitam yang masih berdiam di dalam bunga itu dan menyelamatkan Amdara.
Satu-satunya cara sekarang adalah mencari orang yang telah membuat bunga Teratai Penghisap Nyawa yang dapat mengendalikan bunga tersebut agar dapat terbuka.
"Nak, apa kau bisa memberikan sedikit kekuatanmu pada bocah di dalam?"
Tetua Haki tidak yakin bocah berambut ungu ini dapat melakukannya. Masalahnya tidak ada orang lain di sini, dan waktu untuk menyelamatkan bocah itu cukup singkat.
Inay mengangguk. Dia mulai memfokuskan pikiran, dan mulai menyalurkan kekuatannya pada Amdara tanpa menyalurkan kekuatan pada bunga tersebut sambil menahan tangis.
"A-amdara ...."
Inay tersentak ketika hanya merasakan samar kekuatan spiritual. Dia segera menyalurkan kekuatan. Inay tidak dapat melihat keadaan tubuh Amdara. Yang Inay tahu sekarang nyawa adik seperguruannya dalam bahaya.
Tetua Haki segera melesat setelah melihat kemampuan Inay. Tujuannya tentu mencari orang yang membuat bunga itu.
Bangunan asrama putra hancur, beberapa anak langsung tidak sadarkan diri setelah terpental. Beberapa lagi mendapatkan luka dalam, dan masih mengeluarkan darah dari mulut. Tidak disangka efek kekuatan itu begitu dahsyat.
Daksa terlihat baru saja keluar dari reruntuhan, dia mendapat luka dalam dan luar. Wajahnya terlihat pucat.
Kenes sendiri mencoba mempertahankan diri dengan menyangga tubuh dengan tongkat perak. Dia juga tidak menyangka pantulan kekuatan mereka begitu besar.
"Aku yakin penyusup kecil itu sudah lenyap."
Kenes tertawa, tetapi tiba-tiba terbatuk darah. Membuat Daksa yang melihatnya hanya bisa mendengus kesal.
Melihat bangunan asrama yang hancur, Tetua Haki tentu terkejut. Kemungkinan para bocah yang terbaring tidak berdaya itu telah ikut campur dalam pertempuran.
Kenes melihat Tetua Haki yang baru saja mendarat di depannya. Kenes tersentak dan kemudian memberi hormat. Berbeda dengan saudara seperguruannya yang terlalu kehabisan tenaga.
"Siapa yang membuat bunga Tertentu Penghisap Nyawa itu?"
Tetua Haki langsung ke intinya, melihat raut wajah Kenes yang terkejut. "Ada apa, Tetua?"
Kenes pikir Tetua Haki kemari karena akan membantu menyembuhkan mereka tetapi mendengar pertanyaan tersebut membuat Kenes tidak menduga.
"Nak, kalian membuat kesalahan besar. Siapa di antara kalian yang membuat bunga raksasa itu?"
Tetua Haki mengeraskan suara sampai yang berada di kejauhan dapat mendengar.
Daksa menebak pasti Tetua Haki akan menyelamatkan penyusup itu. Dirinya dengan susah payah berjalan ke arah Tetua Haki. Kenes sendiri hanya diam dengan tangan terkepal kuat.
Tidak ada seorangpun yang menjawab membuat Tetua Haki mengeluarkan aura membunuh yang membuat anak-anak itu langsung terjatuh dan memuntahkan darah.
Aura membunuh ini memang dapat membuat seseorang seperti merasakan tekanan. Jika orang biasa bisa mendapatkan luka dalam dan langsung tidak sadarkan diri. Sementara orang yang memiliki kekuatan akan merasakan tekanan berat hingga tidak dapat bergerak, dan yang tidak bisa menahannya akan langsung memuntahkan darah.
Tetua Haki bertanya sekali lagi, dan yang menjawab adalah seorang bocah berumur 10 tahun yang berbaring lemas di atas tanah. Wajahnya pucat, dia kehilangan banyak kekuatan akibat mengerahkan kekuatan pada serangan terakhir.
Tetua Haki mengembuskan napas, dia tahu anak didiknya akan merasa Inay dan Amdara adalah penyusup. Kesalahpahaman ini harus segera diselesaikan.
"Mau bagaimana pun, dia telah mendapat surat izin sah dari negeri. Jika bocah itu sampai mati, maka masalah politik akan terjadi."
Tetua Haki segera melesat mencari Padma, melihat hal itu membuat Daksa berteriak.
"Tetua! Kami juga butuh pertolonganmu!"
Tetua Haki tidak mengecohkan perkataan Daksa. Dia harus cepat-cepat mencari bocah bernama Padma.
Di bangunan asrama putri, setelah mengeluarkan jurus hebat dengan seluruh kekuatan membuat Padma merasakan sakit teramat sangat. Dia menyenderkan tubuhnya di reruntuhan bangunan.
Bunga Teratai Penghisap Nyawa merupakan jurus turunan dari klan Teratai. Jurus ini sangat membahayakan karena dapat menghisap nyawa orang. Namun, pengguna dari jurus tersebut harus berkonsentrasi penuh dan memusatkan kekuatan pada jurus. Bukan hal mudah melakukannya, jika salah sedikit saja berakibat fatal yang akan membuat Bunga Teratai Penghisap Nyawa hilang kendali, bisa jadi malah menghisap pengguna sendiri.
"Uhuk!"
Padma masih mengeluarkan darah dalam mulutnya. Rasanya seluruh anggota tubuhnya mati rasa, sakit pada jantungnya kian terasa ketika darah keluar dari mulutnya.
"Sial, sakit sekali ...."
Padma menekan dada, dia tidak tahu apakah jurusnya berhasil atau tidak. Tapi yang pasti ada sesuatu penghalang ketika bunga Teratai Penghisap Nyawa itu melilit tubuh lawan. Ada satu titik di mana sebelum dirinya terpental sebuah cahaya putih seperti pelindung bertubrukan dengan kekuatan Daksa dan rombongan dan kekuatan bocah berambut putih.
"Padma!"
Seseorang memanggil nama Padma. Padma segera menoleh dan tersentak ternyata yang memanggil adalah Tetua Haki.
"T-tetua ...."
Padma tidak memiliki kekuatan hanya untuk memberi hormat, dia masih mengeluarkan darah.
Kondisi Padma tidaklah memungkinkan untuk melakukan pengendalian bunga Teratai Penghisap Nyawa. Tetua Haki segera menyembuhkan luka Padma, dan menanyakan kebenaran bunga Teratai Penghisap Nyawa membuat Padma tersentak.
Padma menolak membuka bunga itu setelah mendengar perkataan Tetua Haki. Padma jadi tahu bahwa Penyusup Kecil itu belum lenyap, tapi mengapa bisa? Yang jelas Padma pasti telah melakukan kesalahan.
Di sisi lain, Inay mulai mengeluarkan darah dari mulut. Wajahnya telah memucat. Kekuatannya telah digunakan untuk menyerang Amdara sebelumnya dan menyerang Daksa dan teman-temannya. Kini dia hampir kehabisan kekuatan, sementara inti spiritual Amdara semakin melemah.
"Dara, bertahanlah!"
Tetua Haki dan Padma baru saja mendarat setelah membujuk Padma yang lumayan keras kepala.
Inay langsung terjatuh, kekuatannya benar-benar berkurang banyak. Darah masih keluar dari mulutnya.
Tetua Haki langsung mengambil alih dengan menyalurkan kekuatannya pada Amdara. Sementara Padma yang sudah pulih dengan kesal mulai melakukan pola di tangan. Dia menarik napas sebelum kembali fokus pada satu titik di mana bunga Teratai Penghisap Nyawa.
"Kurasa Penyusup Kecil itu telah mati."
Padma menyeringai, walaupun dia akan membuka segel bunga tersebut. Namun dirinya yakin korban telah menjadi gumpalan daging.
"Segel Pembuka."
Cahaya hitam muncul dari dalam bunga Teratai Penghisap Nyawa. Bunga itu bergetar hebat, membuat taring-taring di dalamnya bergoyang.
Tetua Haki mencoba membuat tubuh Amdara lebih kuat agar tusukan dari taring tersebut tidak dapat menusuk lagi.
Inay dapat melihat bunga yang memunculkan cahaya itu perlahan mulai terbuka. Tetua Haki melesat untuk membawa Amdara yang tubuhnya bahkan sekarang telah dipenuhi darah dan banyak koyakan di tubuh. Cukup sulit sebab harus menyingkirkan taring-taring begitu banyak apalagi sulit dihancurkan.
Inay yang melihat tubuh Amdara tersentak. "Dara?!"
Tetua Haki baru saja akan melesat membawa Amdara pergi untuk pengobatan. Namun tiba-tiba saja bunga Teratai Penghisap Nyawa mengeluarkan asap hitam.
"Asap?"
Tetua Haki menoleh ke arah Padma yang telah mengeluarkan darah dari mulut, hidung, dan telinga. Detik berikutnya Padma terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Asap yang keluar dari bunga Teratai Penghisap Nyawa itu menyebar membuat pandangan tidak terlihat. Tetua Haki merasakan aura roh jahat yang sebelumnya berada di dalam bunga raksasa itu kini kian terasa.
"Nak, cepat pergi dari sini!"
Tetua Haki memberi titah pada Inay yang masih bisa mempertahankan diri. Kemunculan asap hitam ini bukanlah asap biasa, melainkan kemunculan Roh Hitam.
Tetua Haki membawa Padma bersama Amdara. Tetua itu kemudian melesat ke arah bangunan para Tetua untuk mengobati kedua bocah ini sebelum mengurus bunga Teratai Penghisap Nyawa.
Inay setelah mendengar perkataan Tetua Haki mencoba berdiri dan melangkah pergi. Beberapa kali dirinya terjatuh, dirinya masih mengkhawatirkan adik seperguruan yang dalam kondisi mengenaskan.
"Sial, bagaimana bisa bunga itu memiliki Roh Hitam? Apa bocah itu sengaja melakukannya untuk melenyapkan Amdara?!"
Yang dimaksud Inay tentu Padma. Bocah perempuan itu telah berani melukai adik seperguruan, Inay tidak akan melepaskan Padma. Inay berdecih. "Ini bukan saatnya melawan Roh Hitam itu."
Aura gelap yang muncul di sekolah Akademi Magic Awan Langit dapat dirasakan oleh Tetua Widya yang baru saja sampai di sekolah ini. Dirinya tersentak dengan aura yang sangat pekat ini, dengan cepat dia melesat mencari sumber aura gelap tersebut.
Sementara Guru Kawi tidak ada di sekolah, dia tengah mencari informasi mengenai latar belakang Amdara dan Inay sesuai permintaan Tetua Haki. Jika saja dirinya berada di sekolah tentu akan sangat membantu.
Tetua yang lain dan para guru juga kebetulan tidak ada di sekolah. Mereka memiliki urusan masing-masing di luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments