3 Tetua Haki

Setiap sekolah Akademik Magic memiliki aturan yang berbeda. Tentu ada penyusup yang berhasil menerobos pelindung adalah hal yang mencemaskan. Jika orang yang dapat menembus pelindung ini, maka kemungkinan ada orang kuat di belakang. Bisa saja itu adalah musuh.

Sementara dua bocah yang masih berada di depan Tetua Haki dan Guru Kawi nampak seperti bocah polos. Setelah membaca informasi mengenai persetujuan Negeri Nirwana Bumi, maka tidak ada alasan lain mereka melenyapkan kedua bocah itu. Namun, tetap saja mereka akan mendapat hukuman karena telah merusak dinding pelindung sekolah, dan juga akan mendapat pengawasan langsung dari Tetua Haki.

Guru Kawi menanyakan apakah dua bocah itu datang sendiri atau bersama orang dewasa. Amdara dengan cepat mengatan datang bersama pamannya yang sekarang tengah mencari penginapan. Mendengar hal itu membuat Tetua Haki membuat keputusan, bahwa Amdara dan Inay harus tinggal di Asrama Sekolah Magic di sini untuk pengawasan dan mendapat hukuman yang sepadan.

Awalnya Inay menolak mentah-mentah, tetapi Amdara malah menyetujui keputusan Tetua Haki sebagai permintaan maaf karena telah merusak dinding pelindung dan lapangan pelatihan. Inay hanya bisa pasrah ketika adik seperguruannya menandatangani perjanjian tidak melarikan diri sebelum hukuman selesai. Tanpa meminta pendapatnya. Hukuman ini cukup ringan bagi seorang bocah menurut Tetua Haki dan Guru Kawi sendiri.

"Setelah ini, seseorang akan mengantarkan kalian ke asrama."

Tetua Haki berucap kembali dan mengatakan bahwa Amdara dan Inay boleh mengundurkan diri dari tempat. Tetua Haki juga memberikan surat yang akan mereka berikan pada penjaga ruang penerimaan murid baru.

"Mn. Maaf, aku belum mengetahui namamu, Tetua."

Amdara membungkuk, membuat Inay lagi dan lagi hanya bisa mengembuskan napas. Untuk apa mengetahui nama pria itu yang akan mengurung mereka?

"Aku Tetua Haki, dan ini adalah Guru Kawi."

Setelah mengetahui nama dari Tetua tersebut, Amdara memberi hormat dan segera pergi setelah ada murid yang menjemput untuk pergi ke asrama.

"Tetua Haki, apa ini tidak akan menjadi masalah Tetua yang lain? Kau bahkan tidak meminta persetujuan yang lainnya."

Guru Kawi berujar setelah Amdara dan Inay pergi. Yang dikatakan Guru Kawi memang ada benarnya, tetapi Tetua Haki telah memikirkan ini sebelumnya dan apa yang akan dirinya lakukan setelahnya.

"Ini akan kuurus. Guru Kawi, apa kau bisa menyelidiki latar belakang kedua bocah itu?"

Tetua Haki dapat merasakan aura aneh, untuk itu dia meminta bantuan Guru Kawi. Latar belakang mereka benar-benar harus diselidiki.

Guru Kawi mengembuskan napas. Dia mengipas wajahnya menggunakan kipas bulu sebelum akhirnya mengangguk.

*

*

*

Persiapan yang dilakukan oleh Tetua Bram benar-benar matang. Selain mendapatkan bekal emas, Tetua Bram telah menyiapkan surat izin memasuki negara. Bukan hanya itu, Tetua Bram juga telah mengirim seseorang menjadi paman Amdara untuk mengawasi pergerakan dua bocah itu.

Sebelum pergi ke asrama, mereka diajak ke ruangan penerimaan murid baru yang terletak di samping sekolah. Ruangan itu cukup tenang membuat pikiran jadi rileks.

Mendengar bahwa Amdara dan Inay akan menjadi murid di sekolah Magic ini, beberapa penjaga nampak tidak senang. Amdara memberikan kertas dari Tetua Haki, setelah menbacanya penjaga itu hanya bisa mengembuskan napas.

Awalnya penjaga tidak yakin Amdara dan Inay malah diizinkan Tetua sekolah di sini setelah membuat kekacauan. Namun, dia mendapat surat langsung dari Tetua Haki bahwa Amdara dan Inay akan menjadi murid sekolah Akademi Magic Awan Langit.

"Ini tanda pengenalmu."

Murid Penjaga itu berujar ketus. Dia memberikan lencana pada Amdara dan Inay. Tentu Amdara mengubah nama menjadi Luffy. Sementara Inay juga ikut-ikutan dan mengubah nama menjadi Nana, katanya Inay juga ingin memiliki nama kecil. Jelas sekali Inay tidak mengetahui bahwa Amdara mengubah namanya sesuai permintaan Tetua Bram.

Amdara dan Inay kemudian dibawa oleh murid bernama Kawa, dia murid berumur sama dengan Inay. Memiliki rambut pendek berwarna cokelat dan memiliki gigi gingsul yang manis dengan kulit sawo matang. Kawa membawa dua anak yang akan menjadi saudara seperguruannya ini ke asrama perempuan terlebih dahulu.

Ketiganya telah saling memperkenalkan diri. Kawa cukup baik menjelaskan beberapa hal mengenai sekolah Akademi Magic Awan Langit. Nampaknya Kawa tipe orang bisa diajak bicara baik-baik dan tidak memiliki rasa tidak suka terhadap keduanya walaupun mereka bisa dikatakan penyusup.

Mereka harus melewati pepohonan yang cukup tinggi yang berdaun warna biru dan putih. Ada rerumputan hijau tetapi tidak ada semak belukar, seakan telah dirapihkan sedemikian rupa. Nampak sangat indah, bahkan Inay sampai berlarian tidak jelas saking senangnya. Setelah keluar dari ruang Guru, Inay merasa dapat hidup kembali.

Amdara dan Kawa yang melihat tingkah Inay hanya menggelengkan kepala.

Letak asrama berada di belakang pekarangan hutan buatan yang cukup luas. Setelahnya ada aliran sungai yang amat tenang mengelilingi asrama dan menjadi pembatas antara asrama putra dan putri.

Mendengar ada aliran sungai, membuat Luffy tambah bersemangat. Dia ingin mencuci muka dengan air segar. Wajahnya terasa lengket karena keringat.

"Ini tempat luar biasa! Bahkan di Negeri Elang Bulan tidak seindah ini!"

Inay memetik bunga yang mekar di samping pohon kemudian menghirupnya.

"Kak Nana tidak ingin sekolah di sini."

Perkataan Amdara tepat sekali menusuk jantung Inay, sampai membuat bocah berambut ungu itu tersedak bunga aroma bunga wangi itu.

"Hei-hei! Kau ini bermulut pedas juga, yah!"

Inay menggelembungkan pipi. Dia menatap kesal adik seperguruannya. Inay juga cukup malu karena sebelumnya dia memang tidak ingin sekolah di sini tetapi sekarang malah berbeda setelah melihat pemandangan di sini.

"Itu nyata."

Amdara memang suka hemat bicara, tetapi dia suka berkata jujur walaupun itu menyebalkan. Kawa yang melihat kedua teman barunya tertawa, jarang sekali bisa melihat hubungan erat di antara saudara seperguruan.

"Berhenti di sana!"

Seseorang berseru dari seberang sungai, tepat sekali di jembatan yang menghubungkan jarak antara hutan dan wilayah asrama.

Terlihat ada sekitar 50 anak yang menghadang, barisan paling depan dipimpin oleh seorang bocah laki-laki berumur 14 tahun dengan wajah yang nampak garang bernama Daksa si Berandal Sekolah. Di sampingnya ada bocah perempuan berumur 13 tahun yang mengepang rambutnya dan memiliki poni, dia Padma si jenius dan memiliki kecantikan yang unggul dari yang lain.

"Ingin masuk ke asrama setelah apa yang kalian lakukan? Cih, Tetua benar-benar baik."

Padma berdecih, dia menatap tajam Inay yang masih diam setelah melihat banyak orang menghadang.

"Hei, bukankah seharusnya mereka dihukum berat karena berani masuk ke sini tanpa izin?"

Seseorang terbang menggunakan tongkat perak, dia bocah laki-laki berumur 12 tahun dengan rambut perak yang panjang tanpa diikat, terlihat manis tetapi tidak dengan ucapannya.

"Kau benar, Saudara Ken. Dan kita yang akan memberikan hukuman itu."

Daksa terbang berjejer dengan Kenes sambil menyeringai. Daksa baru saja tahu bahwa ada orang yang masuk sekolah ini tanpa izin. Dia mendengarnya dari adik seperguruan bersama Padma dan Kenes yang baru saja menyelesaikan misi, mereka tentu tidak terima dengan hal tersebut terlebih penyusup itu tidak mendapat hukuman apa pun.

Kawa yang melihat tingkah Daksa dan teman-teman menggelengkan kepala. Jika Daksa dan kedua temannya telah bersatu, maka keributan tidak dapat terelakan. Dan lagi, walaupun Amdara dan Inay adalah penyusup, tetap saja hukuman berat maupun ringan pastinya telah ditentukan oleh para Tetua.

"Hei, yang berhak memberikan hukuman pada mereka adalah Tetua!"

Kawa berseru dan maju ke depan tetapi langsung

mendapat tatapan menusuk dari Daksa, Padma, Kenes dan rombongan yang tidak menyukai Amdara dan Inay.

"Kawa, kau terlalu polos. Tetua memberikan hukuman ringan pada penyusup, apa menurutmu kami akan diam saja?"

Perkataan Daksa diangguki dan dibenari oleh rombongan. Bahkan seruan-seruan dari saudara seperguruan Daksa meneriaki agar Amdara dan Inay sebagai penyusup harus dihukum mati. Entah dari mana mereka tahu hukuman yang didapat Amdara dan Inay.

Amdara dan Inay masih tetap diam, kedua bocah itu tahu situasinya sekarang. Mau bagaimana pun, mereka memang dianggap penyusup karena masuk tanpa izin. Inay yang biasanya cerewet, mendadak dia tidak berkata apa-apa.

Suasana semakin memanas ketika Daksa mulai memberi aba-aba pada rombongan untuk segera menyerang. Kawa yang mencoba melerai malah terpukul mundur oleh kekuatan Kenes.

"Saudara Kawa ...!"

Inay terlambat menyelamatkan Kawa, alhasil bocah laki-laki itu memuntahkan darah segar dari mulutnya. Inay segera terbang dan membantu Kawa.

Amdara mengepalkan tangan, dia menatap dingin ke arah Daksa, Padma, Kenes dan yang lain. Amdara tidak boleh bertindak gegabah, apalagi dia sekarang dicap sebagai penyusup di negeri asing ini. Jika mengambil tindakan salah, bukan tidak mungkin kematian akan segera menjemput. Lalu bagaimana Amdara akan bertemu dengan orang tuanya? Tidak! Amdara tidak akan mati sebelum bertemu dengan orang tuanya.

"Saudaraku semuanya, mari kita beri hukuman untuk penyusup itu ...!"

Daksa memprovokasi, dia telah bersiap dengan segala kemungkinan. Melihat tidak ada pergerakan dari lawan, membuatnya semakin percaya diri.

Padma menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia nampak merendahkan kemampuan lawan walaupun dia mendengar kekuatan lawan yang besar, tetapi kekuatannya jauh lebih besar dan ditambah oleh kekuatan saudara seperguruannya. Sementara itu Kenes menyilangkan kedua kakinya, terlihat sekali bocah laki-laki itu angkuh.

"Cih, berani sekali penyusup ini."

Tatapan Kenes bertemu dengan Amdara yang masih diam. Entah mengapa Amdara merasa dia harus melakukan sesuatu sekarang sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Amdara tiba-tiba memberi hormat dan kemudian membungkuk. "Tuan-tuan Muda dan Nona Muda, maafkan kami yang telah masuk tanpa izin."

Daksa, Padma, dan Kenes yang melihatnya nampak tak acuh. Mereka malah berkata bahwa penyusup memang seharusnya meminta maaf dan setelahnya lenyap di tangan mereka.

Amdara masih mencoba berbicara baik-baik. "Kami tidak memiliki maksud tersembunyi masuk tanpa izin ke sini. Tolong maafkan kami."

Inay yang melihat Amdara terus-menerus meminta maaf terlihat mengepalkan tangan. Mereka sama sekali bukan pemyusup, tetapi mengapa Amdara harus meminta maaf?! Bahkan Inay yang umurnya lebih tua dari Amdara tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya.

"Walaupun kau bersujud dan mencium kaki kami, kau tidak akan mendapatkan maaf. Lebih baik kau segera pergi ke neraka. Penyusup berbahaya seperti kalian sangat membahayakan keamanan sekolah."

Setelah Kenes berucap, senyumannya bertambah. Membuat Inay yang melihatnya langsung mengepalkan kedua tangan. Apa-apaan perkataan bocah laki-laki itu?!

Amdara tetap tenang menghadapi situasi, dia telah berbicara baik-baik tetapi memang tidak bisa. Yang jelas dia tidak akan bersujud dan mencium kaki mereka.

"Kau pikir kami takut dengan jumlah kalian?! Ck, sekalipun harus mati, akan kutarik kalian semua ke neraka!"

Inay berdiri dan menatap tajam Daksa, Kenes, Padma dan yang lain. Mendengar seruan Inay, membuat Amdara merasakan firasat tidak enak.

"Jangan gegabah."

Amdara memberi tanda dengan menatap Inay yang juga menatapnya agar tidak bertindak sembarangan.

Kawa menarik lengan Inay. "Jangan cari masalah dengan mereka." Kawa kembali terbatuk darah.

Namun, Inay malah menangkis tangan Kawa. Untuk apa dia menahan diri lagi? Jika keadaannya sudah seperti ini, tidak ada pilihan lain selain bertarung. Jangan gegabah, ya? Inay tidak akan memedulikan perkataan Amdara sekarang.

"Bukannya mereka yang mencari masalah duluan, yah?"

Inay tersenyum sinis, membuat Daksa, Padma, dan Kenes tertawa lantang dan kemudian langsung menyerang dengan aba-aba dari Daksa.

"Sepertinya kau tidak sabar bertemu iblis neraka. Serang ...!"

BAAM!

Anak-anak dengan usia paling tinggi 15 tahun itu terbang seperti sekelompok burung. Mereka mulai menggunakan kekuatan untuk menyerang Amdara, Inay, dan Kawa karena dianggap memihak pada penyusup.

Inay segera menggunakan rambutnya membuat dinding pelindung. Amdara sendiri membuat pelindung lagi untuk dijadikan tameng dari banyaknya serangan. Jika terus seperti ini, maka pelindung yang dibuatnya dan Inay akan segera hancur.

"Kak Nana, bawa Tuan Kawa pergi berlindung ...!"

Amdara berteriak ketika pelindung dari rambut Inay mulai retak akibat serangan beruntun. Inay mengetahui situasinya, dia segera memperkuat pelindung dan membawa Kawa dengan rambutnya ke tempat aman.

Namun, Padma menghadang dengan menggunakan kekuatannya, dia mengeluarkan jurus air yang membuat rambut Inay lembek.

"Cih, lemah sekali."

Amdara yang melihatnya segera melesat cepat tanpa mengurangi kekuatan pelindung. Bahkan Kenes sampai berdecak karena pelindung yang dibuat Amdara cukup kuat.

Jelas sekali mereka menganggap Amdara adalah seorang bocah laki-laki melihat dari penampilan pakaian.

Amdara membuat gelombang angin, dedaunan dari pohon turut mengelilingi pusaran angin tersebut membuat lawan kesulitan melihat. Kesempatan bagus itu kemudian digunakan Inay untuk menyerang lawan dengan kekuatan besarnya. Daksa, Kenes dan rombongan terpental sejauh lima meter.

BAAM!

"Kuserahkan ini padamu."

Inay melesat pergi membawa Kawa, sementara Amdara mengangguk dan langsung menerjang Padma yang sama sekali tidak goyah dari serangan Inay.

Padma melibaskan tangannya dan seketika angin yang dibuat Amdara menghilang begitu saja.

"Heh, kau pikir anginmu itu bisa menggoyahkanku?"

Padma menyeringai, bocah perempuan itu kemudian membuat tangannya membentuk sebuah pola bunga teratai raksaksa warna biru muncul dari bawahnya.

Amdara masih menggunakan pelindung. Dia tersentak melihat bunga teratai yang begitu besar. Bukan hanya dia, tetapi para junior Padma yang melihatnya nampak terkagum-kagum. Ini adalah jurus terbaik Padma.

Daksa menyeringai, dia tahu bunga raksasa itu adalah teratai hisap, Padma dapat mengendalikannya untuk menghisap musuh. Kesempatan ini dia gunakan menggunakan kekuatannya untuk menyerang Amdara dari jarak jauh. Kenes juga berpikir demikian, dia dan seluruh rombongan menyatukan kekuatan.

"Satukan kekuatan kalian ...!"

Daksa terbang bersama yang lain tanpa mendekat, karena tahu bahaya dari bunga Teratai Hisap itu.

Amdara dapat merasakan ada yang aneh dengan bunga raksasa tersebut. Perasaan familiar ketika dia masih berada di sekte. Amdara menaikkan sebelah tangannya, dia menghembuskan napas pelan.

Angin beliung mulai muncul dari berbagai arah yang kemudian menjadi satu berada di bawah Amdara. Seakan Amdara adalah pengendali angin beliung itu. Amdara memejamkan mata, dia memfokuskan pikiran pada satu titik. Dia tidak boleh bertindak gegabah tetapi juga tidak akan membiarkan seseorang menindasnya.

"Pengendali angin?"

Daksa cukup tersentak, dia terlihat sedikit cemas. Dirinya tahu klan pengendali angin. Mungkinkah bocah laki-laki itu adalah salah satu anggota pengendali angin? Jika benar, maka ini hal berbahaya.

"Hanya pengendali angin biasa. Kenapa kau terlihat khawatir?"

Kenes memicingkan mata melihat raut wajah Daksa. Daksa menggeleng, tidak berniat menjawab kecemasannya.

Sebuah sinar warna biru muncul dari bunga Teratai Penghisap Nyawa. Nampak Padma masih menutup mata.

Sementara kekuatan yang terkumpul pada satu titik di belakang bunga raksasa tersebut terlihat bersinar terang warna-warni.

Semakin tangan Padma naik, semakin bersinar pula bunga Teratai Penghisap Nyawa dan mulai mekar. Amdara mulai merasakan kekuatannya perlahan terhisap oleh bunga itu, dengan konsentrasi penuh, Amdara akan melesatkan anginnya ke arah bunga Teratai Penghisap Nyawa itu karena merasa bunga itu berbahaya.

"Kilatan Angin Aliran Pertama ...!"

"Bunga Tertai Penghisap Nyawa ...!"

Bersamaan Amdara melesatkan kekuatan, Padma juga melesatkan kekuatannya pada bunga itu hingga ledakan dahsyat terjadi. Serangan itu begitu cepat, sampai Amdara tidak menyadari dirinya terlilit sesuatu.

BAAM!

Padma terpental jauh ke arah bangunan asrama hingga setengah hancur dan memuntahkan darah segar dari mulutnya. Sementara kekuatan yang dikumpulkan Daksa, Kenes dan rombongan melesat ke arah bunga raksasa tersebut setelah bunga itu berhasil melilit tubuh Amdara dan menelannya.

"Akh--"

Amdara merasakan kekuatannya terhisap habis. Ditambah dirinya baru saja mengeluarkan kekuatan besar, tetapi malah tidak berguna sama sekali.

"A-apa ini?"

Blaaar!

Ledakan besar kembali terdengar, bahkan kali ini mengakibatkan sungai berguncang hebat dan pepohonan hangus seketika akibat pantulan serangan. Rombongan Kenes juga terpental jauh akibat dahsyatnya kekuatan mereka yang bertabrakkan dengan angin Amdara. Bahkan bangunan asrama yang letaknya cukup jauh itu ambruk seketika karena tertabrak bocah-bocah yang terpental akibat pantulan serangan barusan.

Tanah retak besar sejauh dua puluh lima meter. Langit menggelap setelah tubrukan serangan dahsyat barusan.

Akibat serangan dahsyat tersebut kepulan asap mengepul di udara berwarna gelap. Inay yang baru saja sampai ke tempat kejadian setelah dirinya membawa Kawa ke tempat aman terkejut bukan main.

"Amdara ...!"

Inay berteriak, berharap adik seperguruannya itu menjawab. Karena adanya kepulan asap yang begitu banyak membuat Inay tidak dapat melihat apa pun.

Inay menggunakan kekuatannya untuk membuat asap tersebut menghilang tetapi anehnya asap itu tidak bisa menghilang.

"Asap apa ini?!"

Sebuah aliran kekuatan murni tiba-tiba saja memusat pada satu titik di atas membuat perlahan asap itu menghilang memperlihatkan seseorang berjubah putih tengah terbang.

"Tetua Haki?"

Inay merasakan kekuatan besar yang membuat pundaknya seperti ditekan. Tatapannya masih tertuju pada Tetua Haki yang terlihat seperti malaikat kematian dengan mata tajam mengarah ke bawah tepat ke bunga raksaksa biru.

Sebuah pelindung baru saja retak begitu tiba-tiba. Inay yang melihat bunga Teratai Raksasa itu tersentak karena bunga tersebut berubah berwarna hitam pekat. Ditambah bunga Teratai Penghisap Nyawa memancarkan aura membunuh dan aura gelap.

Tetua Haki mendarat. Tetua itu baru saja sampai untuk melihat asrama, tetapi dia terlambat mengehentikan pertarungan ini.

"Teratai Penghisap Nyawa, siapa yang menggunakan jurus berbahaya ini?"

Tetua Haki tentu terkejut karena ada jurus berbahaya ini digunakan di sekolah. Jika digunakan untuk menyerang musuh kuat, itu tidak akan menjadi masalah tetapi mengapa jurus ini dikeluarkan di sekolah? Apa ada musuh?

Terlebih lagi teratai ini telah berwarna hitam yang menandakan bahwa telah menelan korban. Tetua Haki terlambat mencegah korban yang dimakan oleh bunga Teratai Penghisap Nyawa.

Tetua dari sekolah Magic Awan Langit itu kemudian mulai menyerawang, memastikan siapa yang menjadi korban.

Bau anyir menyeruak begitu saja ketika Tetua Haki mencoba membuka bunga Teratai Penghisap Nyawa. Namun yang pasti ada seseorang di dalam bunga itu.

"Bocah berambut putih?"

Mendengar perkataan Tetua Haki, membuat Inay teringat pada Amdara. Dia tidak melihat Amdara di sekeliling. Perasaan Inay mendadak tidak enak.

"Tetua, apa yang sebenarnya terjadi?!"

Tetua Haki mencoba menenangkan diri setelah menyerawang. Dia nampak terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Seorang bocah berpakaian laki-laki tercabik-cabik dengan darah segar mengalir deras. Di dalam bunga Teratai Penghisap Nyawa terdapat seperti taring yang menusuk tubuh bocah kecil itu. Di tambah lagi Tetua Haki hampir tidak merasakan kekuatan spiritual bocah berambut putih tersebut.

Episodes
1 1 Misi Rahasia
2 2 - Masalah Besar
3 3 Tetua Haki
4 4 Bunga Teratai Penghisap Nyawa
5 5 Roh Hitam
6 6 Hukuman
7 7 Mengikuti Kelas Pertama
8 8 Murid-murid yang Aneh
9 9 Latihan Malam
10 10 Kekuatan Asing
11 11 Mengambil Masalah
12 12 Penindas Kecil
13 13 Berburu Roh Hitam
14 14 Ketua Kelas Dirgan
15 15 Pertandingan
16 16 Pertandingan 2
17 17 Pertandingan 3
18 18 Bocah Berambut Putih
19 19 Guru Aneh
20 20 Permainan
21 21 Permainan 2
22 22 Permainan 3
23 23 Permintaan
24 24 Raja Roh
25 25 Bocah Bertopeng
26 26 Perbincangan Para Tetua
27 27 Penarik Perhatian
28 28 Misi Pertama
29 29 Kejadian Tak Terduga
30 30 Kejadian di Penginapan
31 31 Nenek Penjual Jepit Rambut
32 32 Tawaran
33 33 Latihan
34 Pengumuman
35 34 Selendang Hitam
36 35 Pertemuan Tak Terduga
37 Pengenalan Tokoh
38 36 Krisis
39 37 Pengobatan
40 38 Di Awal Fajar
41 39 Mengambil Masalah 2
42 40 Satu Kesepakatan
43 41 - Malam Yang Terasa Panjang
44 42 - Menuju Ke Desa Bumi Selatan
45 43 - Desa Terpencil Tanah Mati
46 44 - Kejadian Tak Terduga (2)
47 45 - Makhluk Mengerikan
48 46 - Malam Mencekam
49 47 - Cerita Dari Kepala Desa
50 48 - Desa Bumi Selatan
51 48 - Desa Bumi Selatan
52 49 - Fakta Tersembunyi
53 50 - Kejanggalan
54 51 - Mayat Hidup
55 52 - Irama Kematian
56 53 - Kisah Yang Terkuak
57 54 - Teman Baru
58 55 - Kembali ke Akademi
59 56 - Sampai dengan Selamat
60 57 - Kembali ke Akademi (2)
61 58 - Persiapan Pertandingan Antar Kelas
62 59 - Pertandingan Antar Kelas Dimulai!
63 60 - Pertandingan Pertama
64 61 - Kedatangan Yang Ditunggu
65 62 - Kerja Sama Tim
66 63 - Awal Perubahan
67 64 - Dipagi-pagi Buta
68 65 - Mencari Tanaman Herbal
69 66 - Pertanyaan Tak Terduga
70 67 - Hutan Arwah
71 68 - Kekhawatiran
72 69 - Dua Makhluk Penghuni Hutan Arwah
73 70 - Dunia Lain
74 71 - Dunia Lain (2)
75 72 - Dunia Lain (3)
76 73 - Dark World
77 74 - Aray
78 75 - Atma
79 76 - Atma (2)
80 77 - Tatapan Meremehkan
81 78 - Kelinci Percobaan
82 79 - Ramuan Aneh
83 80 - Perubahan Kecil yang Tidak Disadari
84 81 - Hutang yang Harus Dibayar
85 82 - Malam Menenangkan
86 83 - Membuat Penawar
87 84 - Panggilan Dari Tetua
88 85 - Kejadian di Balai Istirahat
89 86 - Keadaan yang Mengkhawatirkan
90 87 - Kelompok Kelas Satu C
91 88 - Ujian Tertulis
92 89 - Bentang Alam Mimpi Amdara
93 90 - Bentang Alam Mimpi Amdara (2)
94 91 - Membuat Penawar (2)
95 92 - Membuat Penawar (3)
96 93 - Pil Aneh
97 94 - Pertandingan Antar Kelas (2)
98 95 - Arena Pertandingan
99 96 - Arena Pertandingan (2)
100 97 - Dua Pengendali Angin
101 98 - Keputusan
102 99 - Nada
103 100 - Arena Pertandingan (3)
104 101 - Arena Pertandingan (4)
105 102 - Arena Pertandingan (5)
106 103 - Saling Bantu
107 104 - Kejadian Di Balai Istirahat (2)
108 105 - Nada (2)
109 106 - Ketakutan
110 107 - Arena Pertandingan (6)
111 108 - Kekuatan Inay
112 109 - Tiga Kali Lolos
113 110 - Guru Aneh (2)
114 111 - Membuat Strategi
115 112 - Pertandingan Antar Kelompok
116 113 - Menjalankan Strategi Awal
117 114 - Serangan Dari Lawan
118 115 - Alam Bawah Sadar Milik Lasi
119 116 - Perlawanan Sengit
120 117 - Serangan Tidak Terduga
121 118 - Akhir Pertandingan
122 119 - Menganalisa Kekuatan Lawan
123 120 - Strategi Dirgan
124 121 - Sebelum Pertandingan
125 122 - Serangan Awal
126 123 - Babak Final
127 124 - Rencana Penyerangan
128 125 - Memainkan Strategi
129 126 - Kecurigaan
130 127 - Roh Hitam (2)
131 128 - Roh Hitam (3)
132 129 - Kedatangan Yang Ditunggu
133 130 - Menyerang Raja Roh Hitam
134 131 - Keinginan
135 132 - Merayakan Kemenangan
136 133 - Nenek Nian
137 134 - Mengubah Penampilan
138 135 - Sebuah Kebanggaan
139 136 - Menemui Tetua
140 137 - Keputusan
141 138 - Perjalanan Menuju Kediaman Tentu Haki
142 139 - Siluman Harimau Api
143 140 - Kekuatan Gabungan
144 141 - Teknik Penyerapan Kekuatan
145 141 - Melanjutkan Perjalanan
146 142 - Hutan
147 143 - Roh Hitam (4)
148 144 - Kondisi yang Mengkhawatirkan
149 145 - Shi
150 146 - Perjalanan Di Hutan (2)
151 147 - Tabir
152 148 - Teman-teman Amdara
153 149 - Bertemu Siluman Ular
154 150 - Irama Ketenangan
155 151 - Pengendali Jiwa Makhluk
156 152 - Akhirnya Sampai!
157 153 - Kebenaran yang Baru Terungkap
158 154 - Latihan Pertama
159 155 - Pemusatan Kekuatan
160 156 - Pertemuan Kedua
161 157 - Kemampuan Luar Biasa
162 158 - Kabar
163 159 - Di Hutan
164 160 - Daerah Barat
165 161 - Burung Phoenix
166 162 - Serangan Spiritual
167 163 - Sosok Misterius
168 164 - Siluman Rubah Merah
169 165 - Pelatihan Keras dari Dua Siluman
170 166 - Kekuatan Baru
171 167 - Berburu Bersama
172 168 - Pengetaman Permata Siluman
173 169 - Kembali
174 170 - Perubahan
175 171 - Perubahan II
176 172 - Pelatihan Tertutup
177 173 - Daerah Roh Hitam
178 174 - Daerah Roh Hitam II
179 175 - Daerah Roh Hitam III
180 176 - Daerah Roh Hitam IV
181 177 - Pelatihan Tertutup II
182 178 - Pelatihan Tertutup III
183 179 - Tetua Widya
184 180 - Penginapan
185 181 - Transaksi
186 182 - Melanjutkan Perjalanan
187 183 - Desa Igir
188 184 - Melawan Orang-orang Aliran Hitam
189 185 - Penyerangan
190 186 - Misi Selesai
191 187 - Mencari Informasi
192 188 - Seluring Putih
193 189 - Bocah Pengemis
194 190 - Bocah Pengemis (2)
195 191 - Negosiasi
196 192 - Transaksi II
197 193 - Penginapan II
198 194 - Raja Roh Hitam
199 195 - Raja Roh Hitam II
200 196 - Lima Belas Bintang Malam
201 197 - Pengendali Jiwa Makhluk II
202 198 - Irama Ketenangan II
203 199 - Dark World II
204 200 - Pengungkapan
205 201 - Penyerangan
206 202 - Penyerangan II
207 203 - Penyerangan III
208 204 - Yang Tidak Terduga
209 205 - Perasaan Sesal
210 206 - Pertemuan Teman Lama
211 207 - Yang Tidak Pernah Diharapkan
212 208 - Sesuatu Yang Tidak Terduga
213 209 - Aura Tidak Biasa
214 210 - Pertanyaan
215 211 - Tabir II
216 212 - Kita Teman
217 213 - Kita Teman II
218 214 - Sebuah Ikatan Erat
219 215 - Menuju Klan Ang
220 216 - Serangan Kejutan
221 217 - Sesepuh Klan Ang
222 218 - Kekuatan Klan Ang
223 219 - Kekuatan Mengerikan
224 220 - Kedatangan Tetua Haki
225 221 - Kesedihan Amdara
226 222 - Kepergian
227 223 - Kepergian II
228 224 - Dalam Perjalanan
229 225 - Sesuatu yang Tidak Terduga II
230 226 - Mimpi
231 227 - Melanjutkan Perjalanan
232 228 - Melewati Gunung
233 229 - Melewati Gunung II
234 230 - Melewati Gunung III
235 231 - Bukan Sosoknya
236 232 - Menyeberangi Laut Hitam
237 233 - Menyeberangi Laut Hitam II
238 234 - Siluman Naga Air
239 235 - Siluman Naga Air II
240 236 - Siapa Kau Sebenarnya?
241 237 - Sebuah Kabar
242 238 - Cerita Dari Naga Air
243 239 - Bukan Tanpa Alasan
244 240 - Mengambil Masalah III
245 241 - Sampai di Tempat Tujuan
246 242 - Kota Ujung Bumi
247 243 - Cerita dari Amdara
248 244 - Gadis Berambut Merah
249 245 - Serangan Tidak Terduga
250 246 - Pertandingan Dadakan
251 247 - Pertarungan
252 248 - Pertarungan II
253 249 - Pertarungan III
254 250 - Pertarungan IV
255 251 - Perubahan III
256 252 - Serangan Bayang Pencakar Jiwa
257 253 - Kekuatan Asing II
258 254 - Keberadaan Amdara
259 255 - Ketu
260 256 - Kekhawatiran
261 257 - Syarat
262 258 - Roh Hitam V
263 259 - Air Terjun
264 260 - Ai
265 261 - Ungkapan
266 262 - Kita Sama
267 263 - Permata Air
268 264 - Pencabutan Benang Merah
269 265 - Pencabutan Benang Merah
270 266 - Rencana Mereka
271 267 - Pencabutan Benang Merah III
272 268 - Aura Kegelapan
273 269 - Awal Mula
274 270 - Perang Dunia
275 271 - Perang Dunia II
276 272 - Perang Dunia III
277 273 - Perang Dunia IV
278 274 - Penyebab Kebangkitan Roh Hitam
279 275 - Dunia Manusia dalam Kehancuran
280 276 - Bentang Alam Mimpi Amdara III
281 277 - Kebahagian Sesaat
282 278 - Gadis Berambut Putih
283 279 - Ketidaktahuan Amdara
284 280 - Aura Mengerikan
285 281 - Aray II
286 282 - Pertemuan Tidak Terduga
287 283 - Pertanyaan
288 284 - Anak Iblis
289 285 - Pertemuan
290 286 - Jati Diri
291 287 - Bukan Luffy
292 288 - Serangan
293 289 - Hubungan
294 290 - Identitas
295 291 - Akhir
296 292 - Tidak Ada Kata Teman
297 293 - Cahaya Merah
298 294 - Kebenaran
299 295 - Dua Pilihan
300 296 - Hubungan
301 297 - Fakta
302 298 - Diluluhlantakkan
303 299 - Kehancuran
304 300 - Dunia Roh Hitam
305 301 - Dunia Roh Hitam II
306 302 - Berakhir
Episodes

Updated 306 Episodes

1
1 Misi Rahasia
2
2 - Masalah Besar
3
3 Tetua Haki
4
4 Bunga Teratai Penghisap Nyawa
5
5 Roh Hitam
6
6 Hukuman
7
7 Mengikuti Kelas Pertama
8
8 Murid-murid yang Aneh
9
9 Latihan Malam
10
10 Kekuatan Asing
11
11 Mengambil Masalah
12
12 Penindas Kecil
13
13 Berburu Roh Hitam
14
14 Ketua Kelas Dirgan
15
15 Pertandingan
16
16 Pertandingan 2
17
17 Pertandingan 3
18
18 Bocah Berambut Putih
19
19 Guru Aneh
20
20 Permainan
21
21 Permainan 2
22
22 Permainan 3
23
23 Permintaan
24
24 Raja Roh
25
25 Bocah Bertopeng
26
26 Perbincangan Para Tetua
27
27 Penarik Perhatian
28
28 Misi Pertama
29
29 Kejadian Tak Terduga
30
30 Kejadian di Penginapan
31
31 Nenek Penjual Jepit Rambut
32
32 Tawaran
33
33 Latihan
34
Pengumuman
35
34 Selendang Hitam
36
35 Pertemuan Tak Terduga
37
Pengenalan Tokoh
38
36 Krisis
39
37 Pengobatan
40
38 Di Awal Fajar
41
39 Mengambil Masalah 2
42
40 Satu Kesepakatan
43
41 - Malam Yang Terasa Panjang
44
42 - Menuju Ke Desa Bumi Selatan
45
43 - Desa Terpencil Tanah Mati
46
44 - Kejadian Tak Terduga (2)
47
45 - Makhluk Mengerikan
48
46 - Malam Mencekam
49
47 - Cerita Dari Kepala Desa
50
48 - Desa Bumi Selatan
51
48 - Desa Bumi Selatan
52
49 - Fakta Tersembunyi
53
50 - Kejanggalan
54
51 - Mayat Hidup
55
52 - Irama Kematian
56
53 - Kisah Yang Terkuak
57
54 - Teman Baru
58
55 - Kembali ke Akademi
59
56 - Sampai dengan Selamat
60
57 - Kembali ke Akademi (2)
61
58 - Persiapan Pertandingan Antar Kelas
62
59 - Pertandingan Antar Kelas Dimulai!
63
60 - Pertandingan Pertama
64
61 - Kedatangan Yang Ditunggu
65
62 - Kerja Sama Tim
66
63 - Awal Perubahan
67
64 - Dipagi-pagi Buta
68
65 - Mencari Tanaman Herbal
69
66 - Pertanyaan Tak Terduga
70
67 - Hutan Arwah
71
68 - Kekhawatiran
72
69 - Dua Makhluk Penghuni Hutan Arwah
73
70 - Dunia Lain
74
71 - Dunia Lain (2)
75
72 - Dunia Lain (3)
76
73 - Dark World
77
74 - Aray
78
75 - Atma
79
76 - Atma (2)
80
77 - Tatapan Meremehkan
81
78 - Kelinci Percobaan
82
79 - Ramuan Aneh
83
80 - Perubahan Kecil yang Tidak Disadari
84
81 - Hutang yang Harus Dibayar
85
82 - Malam Menenangkan
86
83 - Membuat Penawar
87
84 - Panggilan Dari Tetua
88
85 - Kejadian di Balai Istirahat
89
86 - Keadaan yang Mengkhawatirkan
90
87 - Kelompok Kelas Satu C
91
88 - Ujian Tertulis
92
89 - Bentang Alam Mimpi Amdara
93
90 - Bentang Alam Mimpi Amdara (2)
94
91 - Membuat Penawar (2)
95
92 - Membuat Penawar (3)
96
93 - Pil Aneh
97
94 - Pertandingan Antar Kelas (2)
98
95 - Arena Pertandingan
99
96 - Arena Pertandingan (2)
100
97 - Dua Pengendali Angin
101
98 - Keputusan
102
99 - Nada
103
100 - Arena Pertandingan (3)
104
101 - Arena Pertandingan (4)
105
102 - Arena Pertandingan (5)
106
103 - Saling Bantu
107
104 - Kejadian Di Balai Istirahat (2)
108
105 - Nada (2)
109
106 - Ketakutan
110
107 - Arena Pertandingan (6)
111
108 - Kekuatan Inay
112
109 - Tiga Kali Lolos
113
110 - Guru Aneh (2)
114
111 - Membuat Strategi
115
112 - Pertandingan Antar Kelompok
116
113 - Menjalankan Strategi Awal
117
114 - Serangan Dari Lawan
118
115 - Alam Bawah Sadar Milik Lasi
119
116 - Perlawanan Sengit
120
117 - Serangan Tidak Terduga
121
118 - Akhir Pertandingan
122
119 - Menganalisa Kekuatan Lawan
123
120 - Strategi Dirgan
124
121 - Sebelum Pertandingan
125
122 - Serangan Awal
126
123 - Babak Final
127
124 - Rencana Penyerangan
128
125 - Memainkan Strategi
129
126 - Kecurigaan
130
127 - Roh Hitam (2)
131
128 - Roh Hitam (3)
132
129 - Kedatangan Yang Ditunggu
133
130 - Menyerang Raja Roh Hitam
134
131 - Keinginan
135
132 - Merayakan Kemenangan
136
133 - Nenek Nian
137
134 - Mengubah Penampilan
138
135 - Sebuah Kebanggaan
139
136 - Menemui Tetua
140
137 - Keputusan
141
138 - Perjalanan Menuju Kediaman Tentu Haki
142
139 - Siluman Harimau Api
143
140 - Kekuatan Gabungan
144
141 - Teknik Penyerapan Kekuatan
145
141 - Melanjutkan Perjalanan
146
142 - Hutan
147
143 - Roh Hitam (4)
148
144 - Kondisi yang Mengkhawatirkan
149
145 - Shi
150
146 - Perjalanan Di Hutan (2)
151
147 - Tabir
152
148 - Teman-teman Amdara
153
149 - Bertemu Siluman Ular
154
150 - Irama Ketenangan
155
151 - Pengendali Jiwa Makhluk
156
152 - Akhirnya Sampai!
157
153 - Kebenaran yang Baru Terungkap
158
154 - Latihan Pertama
159
155 - Pemusatan Kekuatan
160
156 - Pertemuan Kedua
161
157 - Kemampuan Luar Biasa
162
158 - Kabar
163
159 - Di Hutan
164
160 - Daerah Barat
165
161 - Burung Phoenix
166
162 - Serangan Spiritual
167
163 - Sosok Misterius
168
164 - Siluman Rubah Merah
169
165 - Pelatihan Keras dari Dua Siluman
170
166 - Kekuatan Baru
171
167 - Berburu Bersama
172
168 - Pengetaman Permata Siluman
173
169 - Kembali
174
170 - Perubahan
175
171 - Perubahan II
176
172 - Pelatihan Tertutup
177
173 - Daerah Roh Hitam
178
174 - Daerah Roh Hitam II
179
175 - Daerah Roh Hitam III
180
176 - Daerah Roh Hitam IV
181
177 - Pelatihan Tertutup II
182
178 - Pelatihan Tertutup III
183
179 - Tetua Widya
184
180 - Penginapan
185
181 - Transaksi
186
182 - Melanjutkan Perjalanan
187
183 - Desa Igir
188
184 - Melawan Orang-orang Aliran Hitam
189
185 - Penyerangan
190
186 - Misi Selesai
191
187 - Mencari Informasi
192
188 - Seluring Putih
193
189 - Bocah Pengemis
194
190 - Bocah Pengemis (2)
195
191 - Negosiasi
196
192 - Transaksi II
197
193 - Penginapan II
198
194 - Raja Roh Hitam
199
195 - Raja Roh Hitam II
200
196 - Lima Belas Bintang Malam
201
197 - Pengendali Jiwa Makhluk II
202
198 - Irama Ketenangan II
203
199 - Dark World II
204
200 - Pengungkapan
205
201 - Penyerangan
206
202 - Penyerangan II
207
203 - Penyerangan III
208
204 - Yang Tidak Terduga
209
205 - Perasaan Sesal
210
206 - Pertemuan Teman Lama
211
207 - Yang Tidak Pernah Diharapkan
212
208 - Sesuatu Yang Tidak Terduga
213
209 - Aura Tidak Biasa
214
210 - Pertanyaan
215
211 - Tabir II
216
212 - Kita Teman
217
213 - Kita Teman II
218
214 - Sebuah Ikatan Erat
219
215 - Menuju Klan Ang
220
216 - Serangan Kejutan
221
217 - Sesepuh Klan Ang
222
218 - Kekuatan Klan Ang
223
219 - Kekuatan Mengerikan
224
220 - Kedatangan Tetua Haki
225
221 - Kesedihan Amdara
226
222 - Kepergian
227
223 - Kepergian II
228
224 - Dalam Perjalanan
229
225 - Sesuatu yang Tidak Terduga II
230
226 - Mimpi
231
227 - Melanjutkan Perjalanan
232
228 - Melewati Gunung
233
229 - Melewati Gunung II
234
230 - Melewati Gunung III
235
231 - Bukan Sosoknya
236
232 - Menyeberangi Laut Hitam
237
233 - Menyeberangi Laut Hitam II
238
234 - Siluman Naga Air
239
235 - Siluman Naga Air II
240
236 - Siapa Kau Sebenarnya?
241
237 - Sebuah Kabar
242
238 - Cerita Dari Naga Air
243
239 - Bukan Tanpa Alasan
244
240 - Mengambil Masalah III
245
241 - Sampai di Tempat Tujuan
246
242 - Kota Ujung Bumi
247
243 - Cerita dari Amdara
248
244 - Gadis Berambut Merah
249
245 - Serangan Tidak Terduga
250
246 - Pertandingan Dadakan
251
247 - Pertarungan
252
248 - Pertarungan II
253
249 - Pertarungan III
254
250 - Pertarungan IV
255
251 - Perubahan III
256
252 - Serangan Bayang Pencakar Jiwa
257
253 - Kekuatan Asing II
258
254 - Keberadaan Amdara
259
255 - Ketu
260
256 - Kekhawatiran
261
257 - Syarat
262
258 - Roh Hitam V
263
259 - Air Terjun
264
260 - Ai
265
261 - Ungkapan
266
262 - Kita Sama
267
263 - Permata Air
268
264 - Pencabutan Benang Merah
269
265 - Pencabutan Benang Merah
270
266 - Rencana Mereka
271
267 - Pencabutan Benang Merah III
272
268 - Aura Kegelapan
273
269 - Awal Mula
274
270 - Perang Dunia
275
271 - Perang Dunia II
276
272 - Perang Dunia III
277
273 - Perang Dunia IV
278
274 - Penyebab Kebangkitan Roh Hitam
279
275 - Dunia Manusia dalam Kehancuran
280
276 - Bentang Alam Mimpi Amdara III
281
277 - Kebahagian Sesaat
282
278 - Gadis Berambut Putih
283
279 - Ketidaktahuan Amdara
284
280 - Aura Mengerikan
285
281 - Aray II
286
282 - Pertemuan Tidak Terduga
287
283 - Pertanyaan
288
284 - Anak Iblis
289
285 - Pertemuan
290
286 - Jati Diri
291
287 - Bukan Luffy
292
288 - Serangan
293
289 - Hubungan
294
290 - Identitas
295
291 - Akhir
296
292 - Tidak Ada Kata Teman
297
293 - Cahaya Merah
298
294 - Kebenaran
299
295 - Dua Pilihan
300
296 - Hubungan
301
297 - Fakta
302
298 - Diluluhlantakkan
303
299 - Kehancuran
304
300 - Dunia Roh Hitam
305
301 - Dunia Roh Hitam II
306
302 - Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!