Aray dan murid kelas C sudah pernah meminta bantuan para guru, tetapi para guru malah mengejek tanpa melatih mereka.
Amdara tersenyum tipis, dia mengangguk mengerti.
Dan di sinilah mereka sekarang, di tempat dekat danau lagi. Aray duduk bersila dengan mata tertutup seperti yang dikatakan Amdara. Aray sudah terbiasa dengan gelap, jadi saat menutup mata pun dia tidak merasa khawatir.
Amdara duduk bersila di belakang Aray. "Rasakan kekuatan mengalir pada tubuhmu."
Sebelumnya Amdara meminta Aray mengatur napas. Setelahnya melakukan kefokusan dengan tenang.
Amdara menyalurkan kekuatan pada tubuh Aray. Amdara tidak merasakan kekuatan pada tubuh Aray sama sekali. Aray merasakan sesuatu yang luar biasa dalam tubuhnya.
"Fokus. Kendalikan perlahan kekuatan itu."
Amdara menjelaskan bahwa kefokusan sangatlah diperlukan untuk mengendalikan kekuatan. Amdara sengaja menyalurkan kekuatannya untuk menguji pengendalian Aray terhadap kekuatan.
Aray mengikuti instruksi Amdara, dia memfokuskan pikiran dan mencoba mengendalikan kekuatan. Namun, tiba-tiba saja Aray merasakan kekuatan yang begitu besar pada tubuh hingga sulit mengendalikan.
Amdara tersentak saat melihat asap hitam tipis muncul di tubuh Aray. Ditambah Amdara merasakan aliran darah Aray yang tidak lancar. Bukan hanya itu, sesuatu yang besar di tubuh Aray membludak. Amdara tahu itu, kekuatan Aray muncul secara tiba-tiba sangat besar hingga membuat tubuh Aray memerah.
Walaupun Amdara mencoba menekan kekuatan besar itu, tetapi kekuatan Amdara malah terserap dan membuat kekuatan dalam tubuh Aray semakin membesar.
Darah Aray terasa mendidih, tubuhnya merasakan sensasi panas luar biasa. Keringat dingin mulai bermunculan. Awalnya Aray berpikir itu hal biasa, tetapi semakin dirinya memfokuskan pikiran dan merasakan kekuatan malah semakin sakit dan panas tubuhnya.
"Akh!"
Aray segera membuka mata dan memeluk erat tubuh. Rasa sakit semakin menjalar.
Amdara terkejut, dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Amdara kembali mencoba menekan dan mengendalikan kekuatan Aray dari luar tetapi tidak berhasil dan Aray malah semakin kesakitan sampai berguling-guling.
"Kau ingin membunuhku?! Kau menipuku! Brengsek! Akh sakit sekali!"
Amdara berdiri, keringat dingin menetes dari dahi. Dirinya mencoba menenangkan Aray tetapi Aray terus berteriak kesakitan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Amdara tidak melakukan kesalahan, tetapi tubuh dan kekuatan Aray yang bermasalah. Jelas-jelas kekuatan Aray sebelumnya tidak aktif, tetapi tiba-tiba saja aktif karena dirinya menyalurkan kekuatan. Apa kekuatan Amdara terlalu besar untuk tubuh Aray? Atau kekuatan Aray aktif saat mendapat kekuatan Amdara?
Rasa khawatir mulai menyelimuti, Amdara merasa telah melakukan kesalahan besar sekarang.
"Aray, kau kenapa Nak?!"
Seseorang mendarat cepat di depan Aray. Orang itu dapat merasakan kekuatan dahsyat pada tubuh Aray. Dia adalah Guru Aneh, wali kelas C Amdara.
Orang tersebut begitu terkejut, dia lalu menatap Amdara yang masih diam dengan kebingungannya sendiri.
"Nak, sebenarnya apa yang terjadi?"
Amdara sadar dia sedang ditanya langsung memberi hormat dan kemudian menjelaskan awal mula kekuatan Aray yang membludak.
Mendengar penjelasan Amdara membuat Guru Aneh kembali tersentak. Dirinya menyalurkan kekuatan untuk menekan kekuatan Aray. Ada banyak pertanyaan di kepala Guru Aneh, tetapi saat ini dirinya harus menyelamatkan muridnya.
"Guru, aku akan memanggil Tetua Haki."
Amdara tidak meragunakan Guru Aneh. Namun sekarang sepertinya tidak cukup, dirinya berniat pergi untuk memanggil Tetua Haki tetapi langsung dicegah oleh Guru Aneh yang mengatakan tidak perlu.
Guru Aneh meminta Amdara mengambilkan air dari danau, dengan cepat Amdara mengambilnya.
"Tubuhnya tidak mampu mendapat kekuatan besar ini."
Guru Aneh terus menyalurkan kekuatan untuk menekan kekuatan Aray. Aray masih merasa tubuhnya seperti akan meledak, dia terus berteriak kesakitan.
Amdara juga ingin bertanya pada Guru Aneh tetapi waktunya sekarang tidaklah tepat.
Butuh lima belas menit untuk meredakan kekuatan Aray. Sekarang Aray terbaring dengan napas tidak teratur. Dia tidak merasakan sakit dan panas lagi.
Guru Aneh membantu Aray bersender pada dadanya untuk minum air. Dengan pelan Aray meminumnya.
"Guru, bagaimana?" Pertanyaan Amdara hanya dijawab dengan anggukan.
Guru Aneh mengembuskan napas, dia benar-benar terkejut saat ini. Kekuatannya terkuras hanya untuk menekan kekuatan dahsyat Aray.
Jantung Aray berdetak lebih keras sebelum perlahan pandangannya mengabur dan tidak sadarkan diri.
Amdara yang melihat Aray tidak sadarkan diri semakin khawatir. Namun, dengan sigap Guru Aneh mengatakan Aray sudah baik-baik saja dan Amdara tidak perlu khawatir.
Guru Aneh menggendong Aray dan Amdara diminta untuk segera pergi beristirahat. Sementara Aray akan diurus Guru Aneh jadi Amdara tidak perlu merasa khawatir.
Amdara langsung memberi hormat dan meminta bantuan Guru Aneh agar Aray segera sembuh. Mendengarnya membuat Guru Aneh tersenyum sebelum mengangguk. Amdara hanya diam saat Guru Aneh melesat membawa Aray pergi.
Ini pertama kalinya Amdara melakukan kesalahan fatal di dalam hidupnya. Dia merasa sangat bersalah pada Aray.
*
*
*
Seperti biasa, Inay dan Amdara pagi-pagi membersihkan halaman dan setelahnya pergi ke kelas. Perasaan Amdara masih tidak tenang mengenai kejadian semalam. Apalagi hari ini Aray tidak masuk kelas.
Bocah berambut putih itu memang pandai menyembunyikan ekspresi, Inay bahkan tidak tahu bahwa adik seperguruannya itu tengah memikirkan banyak hal.
Pembelajaran seperti sebelumnya, mengenai teknik-teknik dasar. Masih banyak yang belum bisa melakukan tetapi Guru Aneh terus memotivasi mereka supaya tidak putus semangat. Kelas selesai dengan cepat dan lancar.
Saat Amdara akan keluar dari kelas, Guru Aneh memanggil dan meminta Amdara berbicara sebentar dengannya.
Inay penasaran, tetapi melihat Amdara yang mengangguk pertanda dia akan diberitahukan nanti.
Di ruang kelas yang gelap seketika terang saat Guru Aneh memunculkan cahaya. Guru Aneh telah membuat perisai pelindung agar orang lain tidak mendengar pembicaraannya dengan Amdara.
Guru Aneh duduk di bangku guru, sementara Amdara berdiri di depannya.
"Guru, bagaimana keadaan Aray?" Tanya Amdara.
"Dia sudah membaik. Hanya perlu istirahat," jawab Guru Aneh seadanya.
Semalam Guru Aneh membawa Aray ke tempat Guru Aneh yang tidak akan membuat keributan. Guru Aneh mengembuskan napas sebelum kembali berkata.
Mendengar ucapan Guru Aneh membuat Amdara mengurungkan niat menjenguk Aray. Sepertinya Aray memang membutuhkan waktu istirahat banyak.
"Luffy, bisa kau kembali menjelaskan kejadian semalam?"
Amdara tahu ini memang sulit dimengerti dan dijelaskan. Dia juga kurang paham dengan kejadian semalam.
"Guru, Saya hanya membantu Aray untuk mengendalikan kekuatan."
Penjelasan Amdara kali ini cukup jelas tidak seperti semalam. Mungkin saja semalam keadaan tidak mendukung, karena Amdara juga tengah merasa cemas.
Dari penjelasan Amdara, bocah ini menyalurkan kekuatan untuk menguji Aray apakah bisa mengontrol kekuatan dengan baik atau tidak. Namun, tiba-tiba saja tubuh Aray memiliki kekuatan sendiri dan asap hitam tipis muncul di tubuh Aray. Amdara bahkan mencoba menekan kekuatan besar itu tetapi tidak berhasil dan setelahnya Aray berteriak kesakitan.
Amdara tidak mengatakan bahwa kekuatannya terserap oleh tubuh Aray yang membuat kekuatan itu bertambah besar.
Guru Aneh nampak termenung memikirkan penjelasan Amdara. Selama ini dia tidak tahu bahwa ada orang yang bisa mengaktifkan kekuatan orang dengan cepat. Kekuatan yang telah lama tidak aktif akan sulit diobati oleh orang luar tetapi kekuatan itu akan aktif sendiri oleh tubuh. Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi?
Guru Aneh sebelumnya tidak pernah merasakan kekuatan Aray. Kejadian semalam membuatnya menyadari sesuatu bahwa Aray memiliki kekuatan yang amat besar tetapi karena pengontrolan Aray yang kurang baik membuat kekuatan itu tidak aktif. Dan Amdara menyalurkan kekuatan, setelah itu kekuatan besar muncul. Bukankah Amdara dapat mengaktifkan kekuatan orang lain? Sebelumnya Guru Aneh memikirkan mengenai segel yang ada pada tubuh murid-muridnya. Namun setelah penjelasan Amdara dipahami, sepertinya memang tidak ada segel pada tubuh mereka. Hal ini membuat Guru Aneh cukup bernapas lega.
Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi jika orang lain mengetahui hal ini. Guru Aneh meminta Amdara untuk mengulurkan tangan.
Guru Aneh tersentak saat mengetahui bahwa tubuh Amdara cukup istimewa. Ketika Guru Aneh mencoba menyalurkan kekuatan pada Amdara, tubuh itu menolak. Padahal Amdara tidak melakukan apa pun.
Guru Aneh menatap Amdara dari atas sampai bawah dengan tatapan sulit diartikan.
"Mn? Aneh. Tubuhmu berbeda dengan yang lain."
Amdara tidak mengerti maksud Guru Aneh. Dia hanya diam mendengar penjelasan Guru Aneh.
"Biasanya manusia yang memiliki kekuatan akan menerima kekuatan yang disalurkan orang lain. Tapi tubuhmu menolak sendiri." Guru Aneh melepas tangan Amdara sebelum kembali berbicara.
"Dan lagi kau dapat mengaktifkan kekuatan orang lain. Ini sungguh bakat yang tidak biasa."
Mendengar hal itu membuat Amdara menaikkan sebelah alis. Apa benar yang dikatakan Guru Aneh bahwa Amdara bisa mengaktifkan kekuatan orang lain? Tetapi Amdara tidak yakin dengan hal itu.
Guru Aneh tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun termasuk para Tetua. Hal membahayakan akan terjadi pada bocah perempuan di depannya jika orang lain mengetahuinya.
"Nak, jangan katakan ini pada siapapun. Kau mengerti?"
Amdara mengangguk, dia juga merasa ini juga hal yang sangat penting dan tentu dirinya akan merahasiakan dari Inay juga.
Ini bukan hanya akan membahayakan Aray tetapi Amdara juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments